Tinggal sehari lagi sebagian masyarakat di Indonesia akan berkesempatan untuk memperbaiki nasibnya. Ya, lewat pemilihan kepala daerah tentu saja, yang mereka sudah memberikan banyak janji-janji dan mudah-mudahan tak berakhir jadi pepesan kosong saja. Menilik fenomena pemilihan kepala daerah ini, ternyata yang di-highlight tidak hanya tentang para calon dan program-programnya saja. Tapi, juga keanehan yang mengiringi prosesnya.
Salah satunya yang paling ikonik sehubungan dengan perhelatan ini adalah fenomena serangan fajar. Pagi-pagi buta, tiba-tiba saja sudah ada macam-macam sembako di depan pintu rumah. Tapi ada juga tulisan di sana yang intinya himbauan untuk memilih salah satu calon yang akan maju di pilkada. Hal ini tentu saja dilarang, tapi dalam praktiknya masih ada.
Tak hanya itu saja, masih ada banyak keanehan pilkada yang sepertinya hanya ada di Indonesia. Berikut ulasannya.
1. Uang Sogokan untuk Mendapatkan Suara
Suara rakyat tak bisa dibeli, tapi bisa dinego. Mungkin begitu pedoman beberapa oknum yang suka menyogok masyarakat untuk memilih pasangan kepala daerah tertentu. Jujur saja, kebanyakan orang memang masih bisa dibeli. Tapi kini mereka cerdas, tak mau hak pilihnya ditebus dengan harga murah. Setidaknya si oknum butuh jutaan untuk membeli banyak suara yang masing-masing kadang dihargai Rp 100 ribu.
Menjelang hari H seperti sekarang, biasanya praktik sogok ini gencar dilakukan. Tentu saja ini adalah bentuk kecurangan yang harusnya bisa ditangani oleh pihak yang berkaitan. Sayangnya, masyarakat tak pernah sadar jika awal pemilihan saja sudah curang begitu,maka sudah bisa dipastikan bagaimana nanti. Yang jelas, mereka yang terpilih gara-gara menyogok itu bakal cari cara untuk bisa balik modal.
2. Kampanye Undang Artis
Ada begitu banyak cara para calon terpilih ini untuk mendapatkan simpati masyarakat. Salah satunya dengan mengundang artis untuk menyemarakkan kampanye mereka. Cara ini sering dipakai oleh banyak calon dan sepertinya berhasil membuat nama mereka lebih dikenal luas oleh orang-orang sekitar.
Konon untuk mengundang para artis itu biasanya dana yang dikeluarkan cukup besar. Kisarannya bisa puluhan juta lebih katanya. Grab animo masyarakat sih besar, namun kadang tak selalu berbanding lurus dengan hasil di TPS nanti. Ya, setidaknya meskipun tak terpilih sudah dapat hiburan duluan.
3. Sebar Souvenir Mainstream
Sudah jadi agenda wajib bagi para calon kepala daerah tersebut untuk mempromosikan dirinya. Caranya selain lewat kampanye tadi adalah dengan memberikan souvenir-souvenir. Ada banyak jenisnya, mulai dari kalender, mug, buku yasin, pin, sampai stiker yang harganya tak sampai Rp 2 ribu per buahnya. Semuanya pasti menampilkan atribut si calon.
Hasilnya sendiri tak selalu mempengaruhi. Tapi, masyarakat jadi tahu siapa-siapa saja yang bakal maju di pemilihan gara-gara pernak-pernik seperti ini. Nah, biar mendapatkan simpati dan juga suara yang lebih, kenapa souvenir tersebut tidak diganti dengan yang lebih bernilai. Entah voucher pulsa, batu akik, atau mungkin yang lebih keren lagi kupon berlangganan pupuk yang pasti dibutuhkan para pemilih yang ada di daerah-daerah.
4. Melakukan Ritual Unik Agar Mendapatkan Keberuntungan
Masyarakat kita termasuk para calon ini, sebagian masih percaya dengan yang namanya klenik dan semacamnya. Hal tersebut kemudian direalisasikan dengan cara melakukan ritual-ritual agar nantinya bisa mendapatkan berkah dan juga kemenangan. Hal ini memang benar dilakukan. Di pemilu tahun lalu, beberapa orang tertangkap kamera tengah melakukan ritual unik jelang pemilihan.
Salah satunya ritual Ngalap Berkah di makam Sunan Pandanaran yang ada di Klaten, Jawa Tengah. Menurut juru kunci di sana, banyak orang-orang yang diduga para calon DPRD melakukan ritual tersebut. Mulai berdoa di makam sampai berendam malam di salah satu pemandian yang tak jauh dari sana. Di Pilkada tahun ini pasti sebagian calon juga melakukan ritual-ritual seperti ini. Meskipun tempat dan prosesnya berbeda.
5. Hias TPS Agar Warga Sedikit Senang Ketika Memilih
Lima menit untuk lima tahun ke depan, jadi pastikan untuk mempergunakan hak pilih dengan baik. Kalau malas, mungkin bisa berinisiatif dengan menghias TPS. Ya, cara ini kadang ampuh sebagai penarik perhatian masyarakat setempat untuk datang dan memilih. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh warga kelurahan Harjamukti, Depok.
Mereka menghias pintu masuk TPS dengan ornamen dan hiasan ngejreng biar warga semangat untuk memilih. Mungkin agar jauh lebih menarik, boleh juga mendatangkan pengisi acara. Misalnya band indie setempat atau mungkin acara adat. Memang agak berlebihan, tapi sepertinya tak masalah mengingat acara ini cuma dilakukan sekali dalam lima tahun.
6. Kertas Suara Salah Cetak di Saat yang Tak Pas
Namanya juga manusia, luput kadang menghampiri meskipun fokusnya sudah luar biasa. Bahkan dalam gelaran akbar seperti ini hal tersebut juga terjadi. Salah satu contohnya misalnya salah cetak surat suara. Padahal jumlah calon terpilihnya ada sekian, tapi yang tercetak justru kurang dari itu, serta masih banyak teknis salah cetak lainnya. Bukan konspirasi kok, ini memang seringkali kesalahan tukang cetaknya.
Salah satu kasus salah cetak yang baru ditemukan terjadi di Pilkada Bantul. Petugas menemukan sekitar 100an lembar surat suara yang fail lantaran salah satu foto calon tidak ditampilkan di sana. Bahkan di Kalimantan setidaknya ada 15 ribu surat suara yang juga salah cetak. Kali ini kasusnya calon yang ditampilkan kurang. Jadi seharusnya ada enam pasangan, tapi banyak ditemukan kertas suara yang hanya berisi 5 pasangan saja. Lain kali harus hati-hati tuh, biar uang negara tidak dihamburkan untuk hal-hal seperti itu.
Besok akan jadi penentuan bagi banyak daerah di Indonesia. Masyarakat harus bijak memilih calon yang potensial dan terbaik, sehingga membawa kemaslahatan. Terlepas dari hal unik di atas, pesta demokrasi satu ini harus menjadi langkah baru dalam perubahan yang lebih baik. Jangan golput ya, suara kita akan turut memengaruhi nasib banyak orang.