Rencana revisi KUHP dan UU KPK terus menuai sorotan di berbagai lapisan masyarakat. yang terbaru, peristiwa ini juga menyebabkan aksi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan oleh para mahasiswa di seluruh Indonesia. Dilansir dari Metro Tempo, Ribuan Mahasiswa saat menggelar aksi menolak RKUHP dan UU KPK yang baru di depan Gedung DPR/MPR.
Menariknya, demonstrasi semacam ini bukanlah hal baru yang terjadi di Indonesia. Jauh sebelum aksi menolak RKUHP dan UU KPK, mahasiswa telah turun ke jalanan sejak era pemerintahan Presiden Sukarno. Hal ini kemudian terus bergulir dari zaman ke zaman dengan dinamikanya masing-masing. Tak jarang, ada kisah haru dan tetesan air mata di balik aksi-aksi tersebut.
Pada 24 Februari 1966, Istana Negara tengah diadakan rapat Kabinet Dwikora yang langsung dipimpin oleh Presiden Sukarno. Gerombolan massa yang menolak hal tersebut, sempat melakukan demonstrasi di dekat lokasi. Ya, mahasiswa angkatan 66 memang tengah gencar menyuarakan agar sang kepala negara turun dari jabatannya. Sayang, meletusnya senjata sempat membuat salah seorang peserta demo ambruk tak bergerak.
Dilansir dari Historia, yang menjadi korban saat itu adalah seorang mahasiswa Fakultas kedokteran UI bernama Arief Rahman Hakim. Jaket kuning yang dipakainya saat demo, terlihat berlumuran darah. Pada titik ini, pasukan Tjakrabirawa dianggap sebagai pihak yang harus bertanggung jawab. Kematian Arief pun sempat dipuji oleh Jenderal A.H. Nasution sebagai Pahlawan AMPERA (Amanat Penderitaan Rakyat).
Beranjak ke era Soeharto, demonstraso besar-besaran kembali pecah. Dikutip dari harian Kompas yang terbit pada 13 Mei 1998, aksi ini diikuti oleh mahasiswa, dosen, pegawai, dan alumni universitas Trisaksi sekitar pukul 11.00 WIB. Hal tersebut merupakan awal dari protes dari mereka yang tak setuju dengan keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat, karena kembali memilih Soeharto sebagai presiden dan dilantik pada 11 Maret 1998.
Awalnya, aksi berjalan bisa meski ketegangan antara mahasiswa dan aparat sering terjadi. puncaknya, terdengar letusan senjata api yang berujung maut bagi empat mahasiswa yang akhirnya meregang nyawa tertembus peluru. Peristiwa ini terjadi pada 12 Maret 1998, yang akhirnya memicu gerakan massa yang lebih besar lagi. Kerusuhan pun akhirnya menjalar ke seluruh wilayah ibu kota dan akhirnya berhasil membuat Presiden Suharto mengundurkan diri sebagai presiden RI.
Demonstrasi menolak RUU KUHP dan UU KPK sempat menimbulkan insiden. Di tengah ricuhnya situasi, para peserta aksi yang merupakan mahasiswa tersebut sempat menjebol pagar gedung DPR. Tak hanya itu, mereka juga sempat terlibat saling dorong dan melempar kayu hingga botol ke arah Polisi. Meski demikian, aksi tersebut akhirnya berhasil mereda.
Tak hanya terjadi di Jakarta, demonstrasi juga terjadi di berbagai wilayah di Indonesia. Dilansir dari CNN Indonesia, aksi tersebut digelar serentak di Riau, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Makassar, di beberapa wilayah Jawa Timur hingga Papua. Khusus di bumi cendrawasih, bahkan sempat terjadi insiden kericuhan yang melibatkan aparat keamanan dengan mahasiswa yang mengikuti jalannya demonstrasi.
Demonstrasi yang dilakukan, merupakan bentuk nyata dari mereka yang ingin melakukan kritik terhadap kebijakan pemerintahan yang ada. Semoga saja, aksi-aksi yang ada tetap bisa berjalan lancar dan berakhir dengan damai tanpa ada kekerasan yang tidak perlu.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…