Insiden penabrakan KRI Tjiptadi oleh Kapal Pengawas Perikanan Vietnam sempat menuai berbagai komentar di Indonesia. Dilansir dari laman nasional.tempo.co, KRI Tjipradi-381 yang tengah melaksanakan operasi penegakan hukum di ZEE Indonesia, hendak menangkap kapal pencuri ikan dari Vietnam yang berada di sana. Namun, aksi tersebut hendak digagalkan dengan cara menabrakkan diri ke lambung kapal KRI Tjiptadi-381.
Bisa dibilang, hal ini merupakan tindakan provokasi yang dilakukan oleh pihak Vietnam terhadap otoritas hukum laut di Indonesia. Sebagai sesama negara ASEAN, baik Indonesia maupun Vietnam sama-sama memiliki keunggulan di bidang militer. Utamanya dari matra laut. Lantas, seperti apa perbandingan kekuatan Angkatan Laut antar kedua negara?
Indonesia yang unggul jumlah populasi penduduk daripada Vietnam, ternyata kalah dari segi personil militer aktif. Dikutip dari laman globalfirepower.com, Indonesia memiliki pasukan yang siap diterjunkan di medan pertempuran sebanyak 400,000.
Sedangkan Vietnam, unggul jumlah personil berkekuatan 482.000 prajurit. Selain itu, negeri komunis itu juga ditunjang dengan ketersediaan Reserve Military alias komponen militer cadangan aktif dengan jumlah mencapai 5.000.000 personel. Sementara Indonesia, hanya diperkuat sebanyak 400.000 saja.
Di sektor laut, aset perang Indonesia berada di peringkat 10 sebagai negara yang memiliki alutsista terbanyak dunia dengan total 221 buah. Sementara untuk Vietnam, berada di posisi ke-36 dunia dan memiliki alutsista laut sebanyak 65 buah. Untuk armada pemukul, Indonesia masih banyak mengandalkan alutsista buatan Eropa seperti Belanda, Inggris dan buatan dalam negeri sendiri.
Sedangkan Vietnam, banyak membeli alutsista buatan Rusia untuk dan sebagian merupakan buatan AS. Meski unggul di dengan kepemilikan kapal jenis Corvettes, Indonesia kalah dari kepemilikan kapal selam dari Vietnam yang jmlahnya 6 berbanding 5. Namun secara keseluruhan, armada Indonesia masih dibilang lebih kuat dibanding Vietnam.
Sebagai bentuk menjaga kedaulatan negara, Vietnam memberlakukan militerisasi kepada armada nelayan miliknya. Hal ini cukup beralasan karena negeri berpaham komunis itu juga tengah berseteru dengan China soal wilayah di Laut China Selatan. Dilansir dari laman dw.com, hal tersebut akhirnya mendorong pemerintah Vietnam mengeluarkan Dekrit 67, yang berisi menyediakan jaminan kredit untuk membangun kapal yang lebih besar bagi armada nelayan.
Nantinya, kebijakan ini diharapkan bisa memperkuat klaim Vietnam atas Laut Cina Selatan yang juga mencakup kawasan utara Natuna. Tak heran jika insiden tabrakan dengan KRI Tjiptadi-381, merupakan buntut dari kepercayaan diri Vietnam atas aturan yang dilegalkan oleh pemerintahannya.
BACA JUGA: Seperti Ini Sangarnya Militer Vietnam, Saingan Terhebat Indonesia di Asia Tenggara
Insiden penabrakan kapal yang terjadi di area Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) itu, diharapkan tidak terulang kembali di masa depan. Selain dapat mengganggu hubungan diplomatik kedua negara, hal tersebut juga bisa memicu keributan yang ujung-ujungnya menjadi peperangan antar negara sesama ASEAN. Meski kekuatan militer kedua negara bisa dikatakan berimbang, toh konflik militer bukanlah solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…