Hidup sebagai seorang santri memang ada plus minus tersendiri. Namanya juga santri, segala aktivitas pasti serba harus antre, belum lagi anak yang tinggal di pondok pesantren tersebut harus membiasakan hidup bersama orang lain. Segala kebiasaan buruk yang selama ini dilakukan perlahan harus ditinggalkan. Jika tidak mau bernasib malang seperti salah seorang santri di Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, Padang Panjang, Sumatera Barat ini.
Adalah Robi Alhalim, yang akhirnya meninggal karena dikeroyok oleh 19 rekannya sesama santri di pondok pesantren. Miris sih, namun kisah ini mungkin bisa menjadi pembelajaran untuk para santri di manapun kalian berada. Karena, hal seperti ini bukan pertama terjadi, melainkan sudah beberapa kali.
Robi Alhalim, seperti dikutip dari cnnindonesia.com, mendapat penganiayaan karena dirinya diduga mengambil barang milik santri lain tanpa izin. Korban memang sudah beberapa kali mencuri barang milik temannya seperti ponsel, pengeras suara dan lain-lain. Teman-temannya sudah tau apa yang dilakukan oleh Robi, setiap ketahuan ia selalu saja meminta maaf, namun lagi-lagi kembali mencuri. Karena kesal dan jengkel, para pelaku yang berjumlah belasan orang mengeroyok Robi.
Berdasarkan pengakuan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Padang Panjang, Inspektur Satu Kalbert Jonaidi di Padang Panjang, pengeroyokan diduga sebanyak tiga kali dalam tiga haru yakni Kamis (7/2), Jumat (8/2) dan Minggu (10/2). Karena kekerasan tersebut, korban tidak sadarkan diri dan dirawat di RSUP M Jamil, Padang. Di RS korban didiagnosa mengalami gegar otak dan cedera dada, sehingga tak sadarkan diri selama satu minggu sebelum akhirnya meninggal dunia.
Masih perihal pencurian, kejadian ini juga baru terjadi pada 5 Februari lalu. Di mana seorang santri di sebuah Ponpes di Siman, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, menjadi korban penganiayaan oleh temannya sesama santri. Anak lelaki berinisial ABF tersebut disebutkan mencuri sejumlah uang, padahal menurut ibunya ABF sudah diberikan uang jajan lebih dari cukup. Mengenai penganiayaan ini, ABF mendapat perlakuan yang cukup serius.
Ia dipukul menggunakan potongan asbes, tongkat, serta ditendang di beberapa bagian tubuh hingga meninggalkan memar. Setelah itu, ia diikat dengan tali oleh kedua temannya (BA dan AD), lalu digelandang dengan radius 10 m ke kamar mandi, kemudian direndam. Karena tak kuat menahan sakit setelah siksaan, korban meminta orangtuanya menjemput. Kedua teman korban ditetapkan sebagai tersangka.
Kasus yang ke tiga ini terjadi pada seorang santri asal pesantren Raudhatul Ulum, yang berada di kawasan Kecamatan Sakatiga Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan ( Sumsel) bernama Finanda Juni Harta pada Oktober 2018 lalu. Finanda meninggal dunia karena dugaan penganiayaan yang masih tidak diketahui dilakukan oleh siapa. Hal tersebut mulai terasa janggal saat keluarga membawa jenazahnya ke kampung halaman untuk dimakamkan. Finanda yang tak pernah punya riwayat sakit apapun saat itu dikatakan meninggal karena sakit.
Namun, setelah di periksa, sekujur tubuhnya penuh luka lebam seperti pukulan. Karena curiga, ayah korban membawa jenazahnya untuk diotopsi, hasilnya, Dr Forensik, dr Indra mengatakan jika pukulan pada titik vital yang membuat Finanda meregang nyawa. Sebelumnya, ketika pulang, remaja 14 tahun tersebut ingin meminta pindah sekolah. Sayang, ia tak menjelaskan alasannya sampai kemudian meninggal dunia karena diduga penganiayaan.
Masalah yang terakhir yang terjadi pada tahun 2015 ini tak kalah sepele, hanya karena sendal jepit. Ada Sahirul Amin (15) Santri Pondok Pesantren Jamiatul Ulum, di Kecamatan Sekupang, Kota Batam. Melansir swarakepri.com, korban yang baru duduk di bangku kelas 1 pesantren ini dirawat di RSBP Batam setelah mendapatkan tindak kekerasan oleh seniornya berinisial MZ(14) yang duduk di bangku kelas 3.
Masalahnya sepele banget, awalnya MZ yang hendak ke toilet, lalu meminjam sandal korban. Namun korban enggan meminjamkan sandal tersebut sehingga terjadi cekcok mulut. Karena emosi MZ langsung menonjok wajah korban dan bagian rusuk. Korban ditinggalkan begitu saja dalam keadaan kesakitan. Korban lalu dilarikan ke rumah sakit. Sayang, setelah enam hari tak sadarkan diri, korban akhirnya meninggal dunia.
BACA JUGA: 7 Penderitaan ini Hanya Dirasakan Mereka yang Jadi Anak Pesantren
Masalah di atas bisa dikatakan hal yang sering sekali terjadi di kalangan santri, ya Namanya juga hidup bareng-bareng. Semoga saja ke depan, pondok pesantren semakin bisa memberikan pengertian bagaimana seharusnya menjadi seorang santri yang benar-benar santri. Cukuplah hal menyedihkan di atas menjadi masa lalu dan pembelajaran untuk kita semua.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…