Film animasi memang memilki tempat tersendiri di hati para penggemarnya. Bagaimana tidak, film ini biasanya menggunakan berbagai efek yang membuat gerakan animasi tersebut terlihat halus dan seperti nyata. Dengan jalan cerita yang menarik dan berkesan, film animasi dijamin akan selalu dikenang oleh penggemarnya hingga beberapa tahun setelahnya.
Baca Juga : 5 Hukum di Amerika Yang Ternyata Menyengsarakan Banyak Orang
Nah, tapi pernahkah kamu bertanya-tanya siapakah sosok yang berada di balik film animasi kesayanganmu? Ya, dalam setiap film, akan selalu ada sosok dibelakang layar yang membuat film ini bisa kamu nikmati. Jika kamu mengira kepala-kepala brilian tersebut hanya berasal dari Amerika atau Jepang saja, kamu salah besar. Beberapa animator Indonesia ternyata juga turut berjasa dalam pembuatan film animasi terkenal. Siapa saja?
Rini Sugianto adalah salah satu sosok animator Indonesia yang sudah berhasil menembus hingga level dunia. Bagaimana tidak, ia terlibat langsung dalam pembuatan beberapa film animasi seperti “The Adventures of Tintin” dan “The Avengers”. Tidak hanya itu saja, ia juga terlibat dalam pembuatan animasi film “The Hobbit: The Desolation of Smaug” dan “Teenage Mutant Ninja Turtle”.
Sebagai animator, ia bertugas untuk menghidupkan karakter utama dalam film dengan jenis photorealistic. Tujuannya adalah agar karakter yang diciptakan bisa terlihat nyata. Rini mengatakan bahwa rencananya ia akan mengerjakan beberapa proyek film superhero lagi, namun untuk detailnya ia masih belum bisa menceritakannya.
Griselda adalah sosok yang hobi menggambar, dan siapa sangka ternyata hobinya itulah yang kini membuatnya mendunia. Wanita ini pindah ke AS sejak kelas 2 SMA dan menamatkan sekolahnya di sana sebelum kemudian melanjutkan di Art Center College of Design di Pasadena, AS.
Saat ini, Griselda bekerja di salah satu studio film animasi besar yakni Dreamwork. Selain itu, ia juga berprofesi sebagai pengajar di almamater kampusnya untuk ilmu komunikasi visual. Selama ia bekerja di Dreamwork, ia ternyata ikut terlibat dalam pembuatan film animasi terkenal Shrek, Kungfu Panda, dan Monster Aliens Inc.
Andre Surya mengenyam pendidikan jurusan Desain Komunikasi Visual di Universitas Tarumanegara, Jakarta. Ia kemudian berhasil bekerja di perusahaan Lucasfilm di Singapore yang juga merupakan perusahaan yang didirikan oleh George Lucas, sutradara film Star Wars.
Ia ikut andil dalam pembuatan film Iron Man, Star Trek, Terminator Salvation, Transformers: Revenge of the Fallen, Iron Man 2, serta Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull. Setelah sukses 10 tahun berkecimpung dalam pembuatan animasi skala global, kini ia kembali ke Indonesia untuk mengembangkan perusahaannya sendiri, Enspire Studio.
Christiawan Lie lulus dari ITB kemudian berhasil mendapatkan beasiswa full bright di jurusan Sequential Art atau komik di Savannah College of Art and Design. Ia selanjutnya berhasil ikut terlibat dalam pembuatan film animasi Transformers 3, GI Joe, Spiderman 4, Starwars dan Lord of the Rings.
Ia juga memiliki kemampuan hebat dalam menggambar. Buktinya, karyanya kemudian dipilih dalam pembuatan GI Joe Sigma 6. Kini ia mendirikan Caravan Studio di Indonesia dengan tujuan untuk mengembangkan dunia animasi di Indonesia.
Marsha Chikita adalah putri dari pasangan Ikang Fawzi dan Marissa Haque. Ia memulai karirnya sebagai seorang animator sejak magang di perusahaan Las’ Copaque Production. Karena kerja kerasnya dan kemampuanya, Kiki akhirnya diterima sebagai pegawai tetap di perusahaan tersebut. Ia juga terlibat langsung dalam pembuatan film animasi terkenal asal Malaysia, Upin Ipin.
Kini, Marsha Chikita telah kembali di Indonesia untuk mendirikan perusahaan animasi khas Indonesia. Bersama lima orang rekannya, Marsha membuat perusahaan animasi independen bernama Monso House.
Jika kamu terkagum-kagum dengan detail mulus di film The Hobbit, The Avenger atau Iron Man 3, maka itu semua berkat tangan dingin Michael Reynold Tagore. Pria asal Surabaya ini menjadi salah satu orang yang dipercaya untuk membuat kostum-kostum Iron Man. Dalam pembuatan film animasi komputer Happy Feet 2, Reynold bekerja membuat tampilan salju dan background datarannya. Sedangkan untuk film The Hobbit, ia bertugas memperhalus gambar komputer agar baik penonton ataupun pembuatnya tidak bisa membedakan mana yang asli manusia dan mana yang manipulasi komputer.
Saat ini Reynold beralih kewarganegaraan menjadi warga Australia. Ia juga memiliki paspor yang memungkinkan ia menjadi penduduk permanen New Zealand, negara tempat skill-nya begitu dibutuhkan. Ia menginginkan kebebasan dan ingin bekerja sesuai apa yang ia impikan sejak lama, yaitu sebagai animator. Sehingga ia tidak bisa menetap di Indonesia karena dua kewarganegaraan tidak diperkenankan di Indonesia. Sementara itu, industri animasi Indonesia belum cukup besar untuk bisa berkecimpung secara profesional.
Baca Juga :Kabar Pemeran Kera Sakti Setelah Hampir 20 Tahun Berlalu (Biksu Tong Berubah Drastis!)
Nah, deretan nama-nama tersebut membuktikan bahwa orang Indonesia juga mampu berprestasi dan berkecimpung di dunia internasional. Makanya, kalau kamu ingin seperti mereka, terus berjuang dan berusaha keras, ya!
Akhirnya kejadian, seorang petugas pemadam kebakaran Depok gugur ketika melakukan tugasnya. Dia adalah Martin Panjaitan,…
Menjelang pemilu yang semakin dekat, sejumlah daerah mengadakan debat calon kepala daerah untuk memperkenalkan visi…
Kasus penahanan seorang guru bernama Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik. Perempuan…
Solo yang dikenal dengan kota yang tenang, baru-baru ini terdapat kejadian yang menghebohkan. Kota Solo…
Fomo (fear of missing out) adalah rasa takut ketinggalan akan sesuatu hal yang sedang tren.…
Drama Korea sering kali memberikan kisah-kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup…