Khitan atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan sunat adalah tradisi yang pasti dilakukan oleh kebanyakan orangtua di Indonesia. FYI, sunat ini bukan hanya sekedar perintah yang dikaitkan secara agama saja, tetapi juga berdampak terhadap kesehatan anak.
Kalau dulu, ketika para orangtua bilang akan segera mengkhitan anak mereka, kebanyakan pasti takut bukan. Pasalnya, mereka akan berhadapan dengan jarum, pisau, serta peralatan medis lain. Makanya,ada banyak sekali mitos –entah itu yang terbukti atau hanya sebagai penenang agar anak tidak takut. Seperti kali ini yang akan Boombastis bahas, mengenai beberapa mitos seputar khitan.
Khitan seperti yang kita tau adalah membuang sebagian kulit pada kemaluan anak. Namun, ada yang percaya bahwa proses ini bisa membuat seorang anak tumbuh lebih cepat dan tinggi. Faktanya tidaklah begitu. Pertumbuhan seorang anak tidak ada hubungannya dengan khitan yang mereka lakukan, tetapi bergantung pada nutrisi, gizi, serta keturunan. Jika hal ini sering terjadi, mungkin secara kebetulan saja karena di Indonesia, khitan dilakukan di usia pertumbuhan 10-12 tahun. Sehingga setelahnya anak mengalami pertumbuhan fisik yang cepat.
Tak hanya menikah saja yang harus tepat pemilihan harinya, urusan khitan pun ditentukan oleh hari baik dalam beberapa adat. Di Jawa misalnya, beberapa orangtua mengkhususkan hari sesuai dengan hitungan weton, hari baik, serta waktu tertentu. Perbuatan ini juga diiringi dengan kepercayaan bahwa melakukan khitan di luar waktu tersebut bisa mendatangkan malapetaka tersendiri. Hal ini sebenarnya masih merupakan mitos, dalam Islam terutama, tidak ada larangan khusus untuk melakukan sunat pada hari-hari tertentu.
Hmmm, pernyataan satu ini memang agak sedikit lucu sih. Ada banyak sekali orangtua yang melarang anaknya menangis saat sedang dikhitan, karena ditakutkan mendapat istri atau jodoh seorang janda. Sebenarnya, sah-sah saja menangis dan mengeluarkan air mata, asalkan jangan sampai berlebihan dan mengganggu tenaga medis yang mengkhitan. Mungkin larangan ini tujuannya juga baik, agar si anak tidak cengeng dan dapat menahan rasa sakit ketika proses khitan.
Setelah proses sunat selesai ada nih orangtua yang meminta kulit yang dipotong untuk dibawa pulang ke rumah. Saat ditanya, jawabnya untuk dikubur karena berdasar pada kepercayaan bahwa mengubur sisa kulit khitan bisa membuang sial. Sekali lagi, kulit yang dipotong pada saat khitan adalah kulit biasa, tidak ada hubungannya dengan nasib baik atau buruk yang akan menimpa si anak. Semua kembali kepada pribadi masing-masing, segala kebaikan dan kejahatan akan kembali saat seseorang melakukan perbuatan tersebut.
Nah, ini mungkin bisa dipandang dari sisi medis. Daging serta telur adalah dua bahan makanan yang mengandung protein, justru dengan mengkonsumsi keduanya akan membantu pembentukan sel baru serta membantu jaringan yang rusak. Mitos ini muncul mungkin karena adanya alergi anak terhadap kedua bahan makanan itu, bukan persoalan memperlambat proses penyembuhan luka.
Itulah beberapa mitos seputar khitan yang banyak sekali dipercaya di masyarakat Indonesia. Mungkin kamu juga dulu pernah mengalami hal serupa? Kepercayaan itu berkembang karena minimnya pengetahuan terhadap proses khitan itu sendiri. Semoga hal ini bisa menjadi pengetahuan yang memperkaya para orangtua kita ke depannya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…