Melihat Hiroshima yang sangat indah hari ini, tentu kita takkan pernah lupa kalau kota satu ini pernah sangat buruk rupa. Jangankan bunga sakura bermekaran di sepanjang jalan, yang ada justru potongan-potongan tubuh yang tercerai berai kemana pun mata memandang. Ya, Hiroshima pernah jadi saksi kejamnya bom atom yang menghujam jantung mereka dan sukses membuat kota ini seperti diorama kiamat skala 1:1.
Hal yang paling di-notice alias diperhatikan dari kejadian ini umumnya hanya seputar jumlah korban, radiasi, atau mungkin alasan-alasan. Tak banyak yang membicarakan Paul Tibbets, padahal dialah orang yang jadi eksekutornya. Ya, serdadu Amerika ini boleh dibilang sebagai sosok yang bertanggung jawab atas matinya ratusan ribu orang Hiroshima serta hancurnya kota indah ini.
Paul Tibbets mungkin jadi nama yang asing bagi kita, tapi untuk orang Jepang sosoknya ibarat malaikat maut yang mencabuti nyawa para leluhur. Lebih jauh tentang Tibbets, berikut adalah fakta-fakta dari sang eksekutor Hiroshima.
Paul adalah salah satu pilot terbaik Amerika di masa Perang Dunia II. Makanya, kemudian ia dipercaya untuk misi pengeboman Hiroshima. Menjadi penerbang terbaik, siapa sangka jika pada mulanya ia tak direstui di pekerjaan itu. Sang ayah, lebih menyukainya bekerja sebagai dokter.
Namun, Paul sendiri lebih tertarik dengan militer, hingga hal ini membuat ayahnya marah. “Jika kau ingin bunuh diri, silakan. Aku tak peduli,” begitu ucap sang ayah yang ditirukan Paul dalam sebuah wawancara. Tapi, meskipun sang ayah ogah, namun ibu Paul justru mendukungnya. Dari hal kecil ini, nantinya akan terjadi kengerian gila di Hiroshima.
Pilihan Paul untuk masuk militer ternyata tak salah. Di sana ia bertumbuh menjadi seorang serdadu yang kuat luar biasa. Ia masuk Angkatan Udara dan terlibat dalam berbagai misi penting. Hingga akhirnya ia diberi penghargaan sebagai pilot terbaik Angkatan Udara AS kala itu.
Dengan riwayat kerja yang prestisius, Paul pun menarik perhatian seorang jendral bernama Uzal Ent. Dari sini kemudian si pembunuh Hiroshima ini diputuskan untuk menjadi pilot pesawat B-29 yang nantinya dipakai untuk salah satu misi paling keji di Perang Dunia II.
Sebelum benar-benar mengeksekusi misinya, Paul dikarantina selama beberapa lama. Di sana ia diajari apapun yang berhubungan dengan misinya. Mulai soal betapa mengerikannya benda yang bakal dibawanya, sampai tentang bagaimana manuver menghindari bomnya sendiri.
Ia belajar dengan Dr Oppenheimmer yang dikenal juga sebagai pemrakarsa bom atom. Tak hanya itu, ia dilatih pula oleh para instruktur berpengalaman yang akhirnya memastikan Paul sudah sangat siap untuk misi pembantaian penduduk Hiroshima.
Sebelumnya AS sudah memperhitungkan kapan waktu yang pas untuk misi ini dilakukan. Lalu dikatakan jika pagi hari adalah momen yang pas karena mempertimbangkan satu dan lain hal. Hingga tibalah waktunya, saat itu pukul 08.15 tanggal 6 Agustus 1945, pesawat B-29 yang dikemudikan Paul dan anak buahnya sudah ada di langit Hiroshima. Tanpa basa-basi, kemudian bom atom seberat 4000 kg itu pun dijatuhkan.
Tak butuh waktu lama sampai akhirnya Hiroshima hancur berantakan. Paul pun hanya bisa terhenyak melihat ini dan kemudian segera bermanuver seperti yang sudah dipelajarinya selama latihan. “Satu cahaya yang terang memenuhi pesawat dan kami memutar pesawat kembali untuk melihat Hiroshima. Kota tersebut tersembunyi di balik awan yang mengerikan itu,” begitu ungkap Paul.
Setelah misi keji selesai, Paul kembali ke pangkalan yang ada di Pulau Tinian. Ia pun disambut sebagai pahlawan dan mendapatkan penghargaan baru berupa medali Distinguished Service Cross.
Setelah misi berdarah ini Jepang pun takluk se-takluk-takluknya dengan sekutu. Hal ini pun sekaligus mengakhiri Perang Dunia II dengan kemenangan di pihak AS dan teman-temannya. Bagi paul hal ini juga jadi berita bagus walaupun pada akhirnya ia mengalami banyak masalah keluarga.
Mungkin tidak ada korelasinya, tapi setelah Perang Dunia II, rumah tangga Paul kacau. Ia bercerai dari istri yang sangat dicintainya karena sebab yang tak jelas. Kemudian ia menikah lagi dengan seorang wanita Perancis. Paul sendiri meninggal tahun 2007 lalu. Meskipun terlihat tenang, pastinya sedikit banyak ia merasakan sedikit sesal atas apa yang pernah dilakukannya.
Kejadian ini sangat bersejarah bagi orang-orang Hiroshima walaupun sangat menyakitkan tentu saja. Meskipun demikian, soal bom ini mereka terus menggelar peringatan-peringatan untuk mengenang kejadian mengerikan itu. AS sendiri menganggap penghancuran Hiroshima adalah yang terbaik. Menurut mereka, jika tidak seperti ini maka makin banyak nyawa yang tak bisa diselamatkan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…