Virgiawan Listanto alias Iwan Fals memang bukan sosok penyanyi yang biasa saja. Sejak dulu, ia terkenal dengan keberaniannya menulis lirik-lirik tajam yang menyindir pemerintahan Indonesia. Apalagi jika mengenai koruptor, ia tak kenal ampun menusuk mereka dengan lagu-lagu yang tajam dan mengena.
Semalam (15/3) pria berusia 53 tahun ini membuat Garuda Wisnu Kencana membahana dengan lagu-lagunya. Di balik nada-nada yang enak didengar, tahukah Anda bahwa ternyata 7 lagu Iwan Fals ini benar-benar menampar pemerintahan kita?
1. Rekening Gendut (2013)
Lagu ini baru saja dirilis pada tahun 2013, sebuah sindirian Iwan Fals bagi bangsa yang abdi negaranya ini banyak melakukan tindak korupsi hingga punya ‘rekening gendut’ alias tabungan yang tidak masuk akal. Ia sepertinya sudah jengah dengan kondisi Indonesia yang habis digerogoti oleh pegawai pemerintahnya sendiri.
https://www.youtube.com/watch?v=LtoClQVLns8
Potongan lirik dari lagu ini adalah: “PNS muda mungkin juga yang tua, golongan 3B sampai level menteri, TNI, Polri juga tak terkecuali, entah bagaimana dengan Presidennya.” Sangat frontal namun memang fakta yang terjadi di lapangan kurang lebih seperti apa yang Iwan Fals tuliskan.
2. Politik Uang (2004)
Sudah bukan rahasia lagi bahwa di Indonesia yang namanya politik uang sudah bukan lagi hal yang tabu. Mau jadi anggota DPR, mau jadi Kepala Desa mau jadi Bupati dan jabatan-jabatan yang ditempuh lewat pemilihan oleh rakyat pasti rawan oleh suap menyuap. Iwan Fals masih dengan gaya lirik yang blak-blak an terinspirasi membuat lagu dengan tema ini.
Tahun 2004, Iwan Fals merilis Politik Uang yang liriknya dalam serta tajam sekali. Potongan yang paling mengena adalah: “Boleh saja partai ribuan jumlahnya, tapi yang menang yang punya uang. Seorang cepek-ceng sedah bisa jadi presiden. Begitulah cerita yang berkembang.”
3. Asik Nggak Asik (2004)
Lagu ini satu album dengan Politik Uang dalam Manusia Setengah Dewa yang dirilis tahun 2004. Mungkin bagi Iwan Fals, menyisipkan kata-kata yang cukup kasar dalam liriknya tidak lagi tabu ataupun merasa risih sendiri. Judulnya cukup seru, dengan lirik yang menggebu-gebu.
“Dunia politik dunia bintang, dunia hura-hura para binatang.” Begitu yang ditulis ayah dari Alm. Galang Rambu Anarki dalam lagunya ini. Tanpa basa basi, tanpa tendeng aling-aling langsung menyebut bahwa orang-orang yang berkecimpung dalam dunia politik tidak pantas lagi disebut sebagai manusia.
4. Robot Bernyawa (1991)
Orde baru adalah masa yang suram untuk diingat-ingat. Zaman itu, pemerintah sangat dominan dan diktator sehingga banyak orang takut untuk mengungkapkan kebenaran. Semuanya bersikap sesuai dengan keinginan penguasa, persis seperti robot.
Mengumpulkan segenap keberanian, ia menciptakan lagu Robot Bernyawa dalam Album Swarmi di tahun 1991. Dengan lantang, ia meneriakkan bahwa rakyat Indonesia tidak ada bedanya dengan mesin: “Jangan bertanya jangan bertingkah, robot bernyawa teruslah bekerja. Sapi perahan di jaman modern, mulut dikunci tak boleh bicara.”
5. Rubah (2007)
Dalam cerita anak-anak, rubah selalu diceritakan sebagai hewan yang jahat dan suka menipu. Berpura-pura baik namun ternyata akan menerkam mangsanya. Bagi Iwan Fals, hukum di Indonesia tidak jauh berbeda dengan fauna satu ini.
“Kesaksian tergusur oleh kepentingan, ngawur! Pemerintah keasikan berpolitik, ngawur! Partai politik sibuk menuhankan uang, ngawur!” Menurutnya, pemerintah dan partai politik hanya berakting untuk kepentingan mereka sendiri tanpa memperhatikan rakyat.
6. Bangsat (2013)
Usia Iwan Fals memang boleh semakin bertambah dan menua, namun semangatnya untuk mengobarkan keadilan serta rakyat Indonesia yang powerfull tidak akan pernah luntur. Tahun 2013, ia merilis lagu Bangsat yang liriknya memang kasar tapi begitu mengena.
https://www.youtube.com/watch?v=FLxdddT9Vdk
“Yang sudah jadi pejabat, pejabat yang senangnya menghisap darah rakyat, Bangsat!” Fenomena rakyat kelaparan sedangkan para pejabat dan anggota DPR malah sibuk menghabiskan uang yang dihimpun dari pajak dan hak masyarakat memang membuat miris luar biasa.
7. Untukmu Negeri (2002)
Sejak reformasi, Indonesia memang butuh waktu untuk kembali stabil. Namun sayangnya, lepas dari cengkeraman pemerintah yang diktaktor tidak berarti korupsi dan konflik internal lantas ikut berhenti. Semua itu masih saja berjalan, sampai Iwan Fals menuliskan: “Perihnya masih terasa, sakitnya tak terhingga. Nafsu ingin berkuasa sungguh mahal ongkosnya.”
https://www.youtube.com/watch?v=l7RfBq4VBLo
Indonesia memang masih belum bebas dari korupsi serta hal-hal buruk lainnya yang berasal dari pemerintahannya sendiri. Namun kita harus optimis dan ikut mendukung agar negeri kita di keesokan hari jadi lebih baik lagi.