Di tengah gejolak keruwetan sepak bola nasional, nama Krishna Murti layaknya menjadi pemeran utama yang menonjol aksinya. Bukan lantaran ia terlibat, melainkan menjadi sosok tersebut adalah pemotong tali-tali praktek laknat di sepak bola itu. Bersama satuan tugas anti mafia bola, dirinya dan tim sukses membuat sindikat-sindikat pengaturan skor di Indonesia mati kutu serta tidak tenang hidupnya.
Tercatat saat ini ada 15 orang yang ditahan dengan tuduhan melakukan praktek match fixing. Jumlah yang tergolong sangat besar, jika dibandingkan aksi PSSI yang memerangi hal tersebut. Kembali tentang Krishna Murti, usut punya usut orang ini ternyata bukan sosok sembarang. Dirinya adalah aparat penegak hukum yang punya banyak prestasi dan kiprah di luar negeri. Dan berikut selengkapnya tentang bapak 49 tahun tersebut.
Aparat Penagak hukum yang kerap tangani kasus-kasus besar
Selain kasus-kasus sepak bola terkait pengaturan skor, dalam perjalanannya pria berkacamata ini rupanya telah banyak tangani beberapa kasus besar di tanah air. Mulai dari kasus kasus kopi sianida Mirna Salihin sampai terror bom bunuh diri di Sarinah, Thamrin.
Untuk perkara terakhir tersebut, bahkan memaksa turun tangan terlibat adu tembak untuk meringkus para pelaku terror. Tidak berhenti disitu saja, saat ia menjabat posisi Kanit Reserse Narkoba di Polwitabes Surabaya, Krishna juga lihai menangani kasus-kasus peredaran narkoba yang melibatkan warga sipil, polri, hingga tentara.
Brigadir Jenderal Polisi mempunyai banyak gelar
Berkat kiprahnya yang selalu all out dalam menjalankan tugas, pria sempat bersekolah di Malang ini juga tergolong aparatur penegak hukum yang banjir prestasi. Dari penelusuran penulis, sekurangnya ada ‘medali emas’ yang dianugerahkan kepadanya.
Mulai dari Bintang Bhayangkara Nararya, Satyalencana Kesetiaan XXIV, Satyalencana Kesetiaan XVI dan masih banyak lagi. Dan uniknya selain dari Indonesia, pria kerap bergaya nyentrik ini juga sempat mendapatkan penghargaan luar negeri, yaitu UNTAES Medals dari Krosia, lalu UNAMID Medals diberikan oleh pemerintah Sudan.
Lulusan Akademi Polisi yang kerap diberi tugas luar negeri
Kalau melihat riwayatnya, sebagai seorang Polisi bapak 49 tahun ini ternyata juga rekam jejak tugas di luar negeri. Dilasnir dari Viva.com, terhitung ada dua tugas ke luar negeri. Dimana tugasnya tersebut bisa dikatakan masuk pada kategori yang sangar.
Contohnya saat Bosnia, Krishna masuk pada anggota polri yang dinas di jajaran PBB. Sedangkan ketika di Sudan, pria asal Jakarta ini ditugasi membangun systim keamanan bertaraf internasional di sana. Berkat kebiasaan tugas-tugas tersebut ungkap melihat serangan peperangan merupakan hal yang biasa saja.
BACA JUGA: Aiptu Rutaman, Polisi Superhero yang Berhasil Selamatkan Nyawa 1 Keluarga dari Kematian
Begitulah sobat Boombastis secuil hal yang terkait bapak 49 tahun tersebut. Meski bukan yang terhebat, namun dari beliau kita bisa belajar kalau kepercayaan atasan berasal dari prestasi positif saat mengemban tugas. Bukan karena uang, atau praktek busuk layaknya para mafia bola itu.