Indonesia yang dihuni oleh berbagai manusia dari ras, agama, serta budaya yang berbeda. Tidak banyak yang tau mungkin, tapi salah satunya ada loh komunitas Yahudi yang tinggal di tanah air tepatnya di Manado. Selama ini, Manado (Sulawesi Utara) memang terkenal dengan kota yang punya tingkat toleransi tinggi.
Pada akhir 2018 lalu, pemkot Manado mencanangkan kota ini sebagai Kota Do’a untuk seluruh umat beragama, ya termasuk di dalamnya orang-orang Yudaisme. Tidak seperti pemeluk agama lain yang memang secara resmi diakui oleh pemerintah, meski berbeda ternyata para penganut Yahudi tetap bisa hidup berdampingan dengan mereka yang mayoritas loh. Bagaiama ya kira-kira kehidupan mereka? Yuk, simak ulasan di bawah ini.
Tak melulu harus berdarah Yahudi, sebagian orang yang ada dalam komunitas ini menganut Yahudi karena pengalaman spiritual dan perjalanan hidup mereka masing-masing. Salah satu contohnya adalah Reginald (Yehuda Ben Abraham). Tak berdarah Yahudi, ia malah mantap menjadi seorang Yahudi setelah meletusnya konflik horizontal yang ada di Maluku Utara. Karena hal tersebut, ia mengungsi ke Manado, kampung halaman sang istri.
Dalam kondisi tersebutlah, ia merasa bahwa dirinya lebih dekat dengan sang maha kuasa. Hingga setelah mempelajari berbagai hal terkait tradisi Ibrani. Untuk memperdalam hal tersebut, pada tahun 2014, Reginald pergi ke Israel dan mantap menganut Yahudi sebagai kepercayaannya. Ternyata bukan tanpa halangan, di tengah keluarganya yang menganut berbagai macam keyakinan ia sempat ditolak oleh keluarga. Terkait dengan agama di KTP –yang untuk saat ini belum diresmikan oleh pemerintah—ia mengaku kalau dirinya hanya manut saja sesuai dengan kebijakan, jika pemerintah mengatakan kosong, ya berarti kosong. Sebaliknya, jika boleh diisi dengan keyakinannya sekarang, yah al tersebut malah bagus.
Meski masih asing bagi orang kebanyakan, mereka yang menganut Yahudi di sini tetap bisa hidup tenang berdampingan dengan berbagai macam pemeluk keyakinan. Masalah iman memang merupakan urusan masing-masing, tak bisa dipaksakan, mungkin kata ini pas sekali untuk mendeskripsikan kehidupan bertetangga di Manado. Orang Yahudi melaksanakan ibadah di rumah mereka masing-masing. Untuk acara komunitas, setiap Sabat atau hari Sabtu mereka akan pergi berdoa bersama di sinangoge (kanisah) yaitu tempat ibadah orang Yahudi. Ibadah ini sifatnya wajib, mungkin lebih mirip Misa pada umat Kristiani dan Salat Juma’t bagi muslim.
Selain menjadi rumah bagi para penganut ajaran kaum Ibrani, di sini juga terdapat sebuah tugu dengan ketinggian 62 kaki (19 meter) di sebuah puncak dataran tinggi pinggiran kota Manado. Bangunan itu tidak lain sebuah menorah raksasa, yang mungkin ukurannya paling besar di seluruh dunia. Enggak heran, jika kemudian banyak bendera-bendera Israel yang menghiasi sekitar tugu tersebut.
BACA JUGA: 8 Agama Asli Indonesia ini Tak Pernah Diakui oleh Pemerintah Sejak Dulu
Komunitas Yahudi di Manado ini memang sangat sedikit jumlahnya. Namun, mereka buktinya bisa diterima dan hidup berdampingan dengan masyarakat lain. Yah, kuncinya saling menghargai perbedaan saja ya, Sahabat. Toh, setiap agama juga mengajarkan untuk tidak saling mengusik dan mengganggu jika mereka tidak merugikan kita.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…