Hari ini libur sekolah. Terlihat seorang anak perempuan seumuran 11 tahun sedang berada di dalam empang kecil yang airnya keruh dan penuh dengan tumbuhan rawa diatas permukaan airnya. Sehingga apa yang ada di dasar air tak terlihat. Ia menunduk dengan kedua tanganya yang berulang kali merogoh bagian dasar air. Ia bersama adiknya yang masih berumur 18 bulan. Ia bukan sedang bermain dengan adiknya seperti anak seumuran lainnya. Melainkan, mencari nafkah bagi saudara-saudaranya yang lain dengan mencari kijing di dasar empang kecil ini. Semenjak Tita yang berumur 11 tahun ini bersama ketiga saudara yang lainnya menjadi yatim piatu, mereka harus hidup dengan mandiri.
Bocah perempuan malang ini mempunyai kakak yang masih duduk di kelas 1 smp dan merupakan saudara yang paling besar. Kedua adiknya saiful dan zainal masih berumur 18 bulan dan 3 tahun. Sari yang merupakan kakak Tita harus berbagi tugas dengan Tita untuk tetap hidup dan bisa merawat kedua adiknya.
Anak malang yang masih SD ini, sangat sedih sekali melihat adiknya yang tidak bisa mendapat belaian ibunya seperti dirinya. Sehingga ia harus benar-benar memberikan kasih sayang layaknya sang ibu.
Setiap pagi Tita selalu berangkat untuk mencari kijing dan eceng gondok untuk dijual agar bisa mendapat uang untuk menghidupi keluarganya. Jalan yang licin dan becek pun tidak dapat menghalangi Tita untuk tetap pergi mencari kijing dan eceng gondok agar dapat bertahan hidup bersama keluarganya. Ia berjalan setapak demi setapak sejauh lima kilometer dengan membawa adiknya yang bernama saiful. Meskipun terasa berat Tita pun tidak pernah patah semangat.
Kedua orang tuanya telah meninggal sejak setahun yang lalu. Ayahnya mengidap paru-paru basah , ia terpeleset saat mencari kayu bakar, kemudian dirawat dan akhirnya kritis. Kemudian, tak lama ayahnya kemudian meninggal. Ibunya pun bernasib sama. Ia juga mengidap paru-paru basah. Kian lama keadaannya semakin memburuk lantaran depresi karena suaminya meninggal. Kemudian, ibu empat anak ini menyusul suami tecinta tersebut. Oleh karena itu, Tita bekerja keras membanting tulang untuk bertahan hidup. Tita adalah salah satu dari 4 bersaudara yang berjuang untuk menyambung hidup.
Tita adalah anak kedua dari empat bersaudara. Kakaknya, Sari adalah anak sulung yang umurnya tidak jauh dari umur Tita. Peninggalan kedua orang tuanya hanyalah sebuah rumah yang dindingnya semi permanen di dekat kolam tanaman air yang sudah tak terpakai. Terkadang jika hujan turun mereka terkadang terkena tetesan hujan karena atap genting yang bocor.
https://www.youtube.com/watch?v=7fkMYxtHXzA
Sementara kakak Tita yaitu Sari mengurus rumah, Tita berinisiatif mencari uang dengan menjual hasil dari mencari kijing maupun eceng gondok yang telah didapatnya dengan susah payah. Uang yang didapat dari hasil menjual kijing dan eceng gondok tersebut digunakan untuk membeli makan sehari-hari dan susu bagi adik-adiknya yang masih bayi.
Sari bukannya tak mau membantu Tita untuk mencari uang, tapi ia tidak ahli dalam menjajakan dagangan ditambah lagi Sari juga harus mengurusi rumah dan adik-adiknya serta membuat makanan untuk Tita dan adik-adiknya tersebut. Setelah lelah mencari kijing dan eceng gondok, Tita langsung mengolah kijing dan eceng gondok untuk dijadikan beberapa kantong plastik kijing dan beberapa ikat eceng gondok untuk dijual. Meskipun pegal-pegal dan rasa sakit akibat berjalan tanpa alas kaki itu terasa sangat menusuk di kakinya, namun ia tetap pergi untuk menjual kijing dan eceng gondok tersebut. Setiap kantong plastik kijing hanya dihargai seribu rupiah dan seikat eceng gondok hanya dihargai dengan limaratus rupiah saja. Tita tidak berani menjual mahal dagangannya tersebut karena kebanyakan dari warga di daerahnya juga bisa mencari kijing dan eceng gondok sendiri.
Peruntungan memang tak bisa ditebak, terkadang Tita dapat menjual hingga hampir habis jualannya namun terkadang juga dagangan Tita masih tersisa banyak. Meskipun barang jualannya tidak habis, Tita tak habis pikir untuk menjual dagangannya. Ia selalu menitipkan barang dagangannya tersebut ke sebuah toko dekat rumahnya. Perempuan ini berharap jika daganganya bisa laku terjual jika ia titipkan.
Terkadang Tita juga sangat sedih karena tidak bisa bermain seperti anak-anak normal lainnya. Namun apa daya dengan keadaannya saat ini, Tita tidak mau hanya bermalas-malasan dan pasrah menerima nasibnya. Dengan keadaan yang ia alami, ia arus berjuang keras mencari uang untuk menghidupi keluarganya sekaligus membayar uang sekolahnya. Bagi Tita sekolah itu merupakan suatu keharusan. Dengan sekolah lah ia berharap nantinya bisa sukses dan membahagiakan kakak dan adik-adiknya.
Hari ini hanya sayur sup lah yang menjadi lauk makanan hari ini. Namun, bagi keluarga ini, sayur sup sudah menjadi makanan yang istimewa . Selain harga bahan-bahannya yang murah, makanan ini juga bisa bertahan hingga beberapa hari.
Selalu ada hikmah dibalik suatu peristiwa. Semenjak ibunya tiada, Sari yang sebelumnya tidak bisa apa-apa , sekarang ia dapat memasak sekaligus mengurusi keluarganya. Ia menjadi pengganti ibunya mengerjakan pekerjaan apa saja. Begitupun denganTita, ia menjadi anak yang kuat meskipun cobaan yang dialaminya sungguh berat.
Empat saudara ini bahu-membahu untuk bertahan hidup. Meskipun ada saudara dekat yang tinggal di sekitar tempat tinggalnya, namun mereka tidak mau merepotkan saudaranya tersebut, karena nasib sanak saudaranya pun tak jauh berbeda. Tetapi seringkali saudaranya tersebut membantu ketika mereka berempat kesusahan. Seperti disaat saiful adiknya yang masih bayi itu sakit dan harus dilarikan ke rumah sakit. Mereka bingung bagaimana membayar biaya rumah sakit tersebut. Namun saudaranya berbaik hati menolong mereka dengan menanggung biaya rumah sakit tersebut.
Meskipun hidup miskin, Sari dan Tita sempat merasakan limpahan kasih sayang orang tuanya tersebut. Mereka masih bersyukur karena masih bisa merasakan kasih sayang orang tuanya. Mereka tidak bisa membayangkan jika posisinya berada pada posisi adik-adiknya yang tidak pernah merasakan kasih sayang dari orang tuanya tersebut. Saat melihat adik-adiknya, Sari dan Tita mulai meneteskan air mata mengingat saat mereka bisa bermain dan jalan-jalan dengan orang tuanya. Maka dari itulah, mereka berusaha untuk membahagiakan adik-adiknya bak orang tua dari kedua adiknya.
Dengan keadaan yang serba kekurangan tersebut, tidak mematahkan keinginan mereka untuk membahagiakan adik-adiknya. Apapun yang terjadi tanpa memikirkan keadaan yang mereka alami saat ini, mereka harus tetap sabar dikala adiknya menangi rewel. Terkadang ada rasa marah. Tetapi saat mengingat adik-adiknya tak mendapat kasih sayang orang tua, kemarahan kedua kakak ini hilang. Satu hal yang mereka inginkan yaituadik-adiknya merasakan kasih sayang layaknya kasih sayang orang tua terhadap anaknya kandungnya sendiri.
activate javascript