Meskipun sekarang ketenaran Sylvester Stallone sudah memudar, di era 80an dan 90an ia termasuk salah satu aktor papan atas. Film-filmnya sukses dan meraup keuntungan jutaan dollar.
Ia pun menjadi salah satu aktor laga Hollywood yang punya fans di seluruh dunia berkat filmnya seperti Rocky, Rambo, Over the Top, dll. Tapi tahukah Anda betapa berat perjuangannya?
Sejak awal lahirnya saja, Sly, begitu panggilannya, sudah mengalami masalah. Ibunya mengalami kesulitan saat melahirkannya, sehingga memaksa dokter untuk menggunakan sebuah alat bernama forcep.
Akibat kesalahan penggunaannya, terjadi sedikit kecacatan di wajah Sly. Bagian bawah sisi kiri wajahnya lumpuh, termasuk bibir, lidah, dan dagunya. Tetapi kecacatan ini justru menjadi ciri khasnya saat ia ngetop.
Saat di usia sekolah, Sly termasuk anak yang sering dibully karena badannya yang kecil dan ceking. Karena itu ia terpacu untuk membesarkan tubuhnya melalui latihan-latihan berat. Untuk menghemat ongkos, ia berlatih di tempat pembuangan besi tua, dengan menggunakan bagian-bagian rangka mobil dan mesin sebagai barbelnya.
Di sekolah sendiri, nilai nilainya selalu jeblok. Setelah tubuhnya jadi gede, ia berubah jadi nakal dan mulai suka berantem, bolos, main panah-panahan, mengerjai guru dll. Hal ini menyebabkan ia harus pindah sekolah sebanyak 16 kali! Uniknya, ia tetap bertahan untuk melanjutkan sekolah sampai lulus.
Saat berusia dewasa, Sly mulai tertarik dengan karir di dunia akting. Ia sempat main di beberapa drama teater. Tapi peran yang ia dapatkan hanya peran-peran sampingan. Di masa ini Sly mencoba membiayai hidupnya secara mandiri, sambil menunggu keberuntungan datang kepadanya. Ia pernah bekerja serabutan sebagai penjaga bioskop, pembersih kandang singa (dan sempat dipipisin singa).
Saking miskinnya, ia terpaksa menerima tawaran bermain dalam sebuah film mesum berjudul “The Party at Kitty and Stud” (yang kemudian juga dikenal dengan judul “Itallian Stallion”). Saat itu Sly memang hanya punya dua pilihan, menerima tawaran itu, atau merampok agar bisa makan.
Sebegitu miskinnya sampai-sampai ia tidak bisa membeli makanan untuk anjingnya yang bernama Butkus. Saat itu istrinya pun sedang hamil. Keadaan miskin ini membuat Sly harus menjual Butkus di sebuah toko. Ia berdiri lama di depan toko itu bersama Butkus. Berharap ada orang yang mau membeli dan merawat Butkus. Hal ini terjadi bukan karena Sly ingin mendapatkan uang dari penjualan Butkus, melainkan karena ia sendiri sudah tak mampu lagi merawatnya. Akhirnya Butkus terjual seharga $35.
Saat Sly menonton pertandingan tinju antara Muhammad Ali dan Chuck Wepner, ia sangat terinspirasi oleh latar berlakang kisah pertarungan tinju itu. Ali adalah seorang juara dunia sedangkan Wepner hanyalah petinju papan bawah. Tetapi semangat Wepner untuk membuktikan dirinya, membuat ia sanggup bertahan melawan Ali dan memukul jatuh juara dunia itu di ronde 9. Ali kemudian bangkit dan menghajar Wepner sampai luka parah dan TKO di ronde 15.
Berdasarkan pertarungan ini, Sly mendapatkan ilham untuk menulis kisah tentang Rocky. Seorang petinju papan bawah yang hidup miskin dan harus menjadi debt collector. Tetapi hatinya baik dan banyak disukai orang. Rocky mendapatkan kesempatan terbaik dalam hidupnya saat juara dunia bernama Apollo Creed mencari lawan tanding untuk menggantikan lawan sebenarnya yang mengalami kecelakaan.
Sly menulis script ini dalam satu malam saja setelah selesai menonton pertandingan Ali-Wepner. Istrinya yang sedang hamil membantunya mengetik naskah itu. Setelah selesai, Sly menawarkannya ke beberapa studio. Ada produser yang tertarik untuk membeli naskah itu seharga $350.000. Tetapi Sly menolaknya saat ia tahu bahwa sang produser tidak ingin menggunakan Sly sebagai bintang utama. Padahal Sly ingin menjadi bintang utama di film ini.
Tawaran ini kemudian ditolaknya padahal saat itu istrinya sedang hamil dan mereka benar-benar butuh uang. Di sinilah kepercayaan diri dan ketabahannya mulai diuji. Tetapi Sly yakin banget terhadap kemampuan dirinya. Ia tahu bahwa ia bisa memerankan Rocky dengan baik. Ia tahu bahwa naskah filmnya ini bagus banget dan bakalan sukses.
Karena itulah ia bersabar di dalam kemiskinannya. Bertahan di dalam segala kesulitan, karena ia yakin akan dirinya sendiri. Di masa-masa ini, Sly dan istrinya harus bertahan hidup dengan segala cara dan upaya, padahal tawaran untuk membeli naskah itu dengan harga mahal terus berdatangan. Tetapi Sly tak ingin menjualnya jika ia tidak diijinkan bermain sebagai pemeran utamanya.
Nasib baik akhirnya datang juga. Ada produser yang setuju untuk mengijinkan Sly menjadi bintang utama di naskah itu, tetapi sebagai kompensasinya, harga naskah itu menjadi jauh lebih murah dari penawaran manapun. Sly pun dibayar dengan sangat murah.
Meskipun begitu, Sly tetap berusaha profesional dan membuktikan bahwa orang-orang telah melakukan kesalahan dengan meremehkan dirinya. Film Rocky kemudian berhasil diselesaikan dan meraup keuntungan yang sangat besar dari modal yang sangat kecil. Nama Sly mulai dikenal dunia dan kehidupannya pun perlahan-lahan membaik.
Film Rocky sendiri mendapat penghargaan sebagai film terbaik dan naskah terbaik di ajang Oscar, Sly pun mendapat nominasi sebagai aktor terbaik. Di sini ia membuktikan bahwa keteguhan, ketabahan untuk bertahan, serta kesabaran akan membuahkan hasil yang baik.
Ketika ia mendapatkan bayaran dari naskah Rocky, hal yang pertama dibeli Sly adalah Butkus, anjing kesayangannya. Ia menanti selama 3 hari di depan toko tempat ia dulu menjual Butkus, berharap untuk bertemu dengan pembeli anjingnya itu. Ketika akhirnya ia bertemu dengan orang itu, ternyata orang itu tak ingin menjual Butkus kepadanya. Dengan sepenuh hati Sly memohon dan memohon, menawarkan harga puluhan kali lipat lebih tinggi dari harga awalnya. Ia akhirnya berhasil membeli Butkus kembali seharga $15.000, meskipun hal itu mengurangi jatah bayaran skripnya yang sangat besar.
Sly menjadi sangat sukses di Hollywood dan menjadi aktor papan atas berkat film Rocky. Ia kemudian bermain di banyak film, salah satunya “Rambo” yang membuatnya jauh lebih terkenal lagi. Karirnya sangat kinclong di tahun 80 dan 90an untuk kemudian sangat meredup di tahun 2000an. Tetapi ia tetap sabar dan tabah serta berusaha untuk kembali membuat film berkualitas. Hal ini terbayar dengan suksesnya serial Rocky yang ke 6, dan serial Rambo ke 4. Ia juga membuat The Expendables yang lumayan sukses.
Sylvester Stallone adalah contoh pribadi yang tabah, percaya kepada diri sendiri, serta sabar. Jika salah satu saja dari ketiga unsur ini hilang, dipastikan ia tak akan sesukses sekarang. Kisah ini bisa kita jadikan pelajaran di dalam hidup kita sendiri. Bahwa meskipun saat ini kehidupan kita masih belum membaik, kita harus selalu tabah, percaya diri, dan sabar. Suatu saat nanti, kesempatan baik itu akan datang, dan kehidupan akan membaik.
Terus berjuang!
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…