Sejarah panjang kontingen Garuda Indonesia yang menjadi pasukan Perdamaian PBB di belahan dunia memang banyak menyisakan cerita menarik. Misalnya saat konflik di Afrika bergejolak karena pemberontakan, pasukan TNI yang tergabung dalam kontingen Garuda III Kongo diterjunkan ke sana.
Kelak, kiprah mereka di Kongo tercatat dengan tinta emas karena keberhasilannya meredam pemberontakan yang terjadi. Namun, ada sebuah kisah yang cukup unik di balik keberhasilan pasukan Garuda III tersebut. Alih-alih melakukan pertempuran, mereka justru memanfaatkan sosok ‘Hantu Putih’ yang menjadi legenda setempat.
Pada tahun 1962, situasi Kongo tengah panas lantaran konflik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Saat itu, kondisi darurat militer tengah diberlakukan karena adanya pertempuran antara kelompok milisi di bawah pimpinan Moises Tsommbe melawan pemerintah Republik Demokratik Kongo pimpinan Presiden Kasavubu. Masyarakat sipil pun menjadi korban dari pertikaian berdarah itu.
Kontingen Garuda III (Konga III) di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris akhirnya ditunjuk untuk meredam situasi di Kongo. Di lapangan, mereka menjadi pasukan penjaga perdamaian PBB yang dikendalikan oleh UNOC (United Nations Operation in the Congo). Hebatnya, pasukan Indonesia ternyata berhasil mengambil hati masyarakat lokal dengan mengajari mereka banyak hal. Terutama soal masak memasak.
Membaur di tengah-tengah masyarakat, membuat pasukan Indonesia tak lepas dari incaran para milisi. Hingga pada suatu ketika, sekitar 2.000 milisi Kongo menyerbu markas kontingen Garuda III yang dipertahankan oleh 300 prajurit. Beruntung, serangan yang ada berhasil dipatahkan setelah terjadi kontak senjata selama berjam-jam lamanya. Kolonel Kemal Idris pun mulai berencana untuk melakukan serangan balasan.
Serangan balasan yang dimaksud Kemal Idris kemudian dikisahkannya dalam biografi berjudul Kemal Idris: bertarung dalam revolusi (1996). Kala itu, ia memanfaatkan kebiasaan orang-orang Kongo yang percaya takhayul soal hantu spritesses, yakni sosok putih yang melayang-layang pada malam hari. Pasukan yang dibawa pun hanya berkekuatan 30 orang saja.
“Kami melakukan penyerangan di malam hari dengan kapal yang digelapkan di atas danau Tanganyika, tidak berapa jauh dari daerah Albertville. Pasukan kami yang berkekuatan 30 orang menyamar sebagai hantu,” ucap Kemal Idris mengenang masa itu. Operasi tersebut ternyata berhasil membuat 3.000 milisi kocar-kacir, di mana pasukan Indonesia juga berhasil menyita ribuan pucuk senjata.
Kesuksesan pasukan Garuda III tanpa menimbulkan korban jiwa itu mendapat apresiasi dari Letnan Jenderal Kadebe Ngeso dari Ethopia. Dirinya pun sempat heran bagaimana bisa 30 orang prajurit berhasil menangkap 3.000 milisi tanpa ada jatuh korban dari Indonesia. Setelah mengetahui soal Les Spiritesses yang disematkan pada pasukan Indonesia, barulah dirinya paham.
BACA JUGA: Inilah 5 Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia Terhebat yang Pernah Ada, Indonesia Masuk
Keberhasilan pasukan Garuda III di bawah pimpinan Kolonel Kemal Idris mengatasi pemberontakan di atas, kelak akan dikenang sebagai sebuah taktik konyol namun ternyata berhasil. Bahkan, penyerbuan tersebut juga memperoleh kemenangan di dua sisi yang berbeda, yakni meredam pemberontakan sekaligus mengharumkan nama kontingen Garuda III yang bertugas di Kongo.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…