17 April 2019 kemarin adalah hari penting untuk Indonesia. Karena pada saat itulah masyarakat mengeluarkan haknya untuk memilih siapa yang pantas menjadi pemimpin negara. Sedangkan dua pasangan calon presiden dan wakilnya tentu menebak-nebak siapa yang akan terpilih nantinya. Apakah dirinya atau malah lawannya.
Tapi, di samping keramaian pesta demokrasi kemarin, terdapat kisah-kisah tak terduga di baliknya. Adalah cerita kurang menyenangkan dari beberapa TPS di beberapa wilayah. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan di bawah ini.
Ada satu kejadian yang jadi sorotan seluruh Indonesia adalah datang dari Kota Blitar. Dilansir dari sindonews, ada seorang pemilih yang dengan tega melukai petugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) menggunakan senjata tajam. Hal ini bermula dari pemilih berinisial Y yang menolak mencelupkan jarinya ke dalam tinta. Tapi, karena ini sudah menjadi peraturan sejak dulu, petugas bernama Luki Setia tetap memaksa Y untuk mencelupkan jarinya.
Adu mulut pun dimulai. Namun warga lainnya melerai dan juga menyuruh Y untuk tetap melaksanakan aturan yang ada. Dengan tidak ikhlas, akhirnya Y mencelupkan kelingkingnya ke tinta dan kemudian pergi meninggalkan TPS. Tak berapa lama, Y kembali ke TPS dan menyabetkan pisau ke dagu Luki Setia. Tahu korbannya terluka, Y langsung melarikan diri, sedangkan Luki Setia dibawa ke rumah sakit terdekat. Dan kabar buruknya, sampai saat ini Y masih dalam pencarian pihak kepolisian.
Di Desa Tapaan, Kabupaten Sampang, Madura juga terjadi peristiwa tak kalah tragis. Adalah terdapat dua kubu yang melakukan bentrok di TPS lalu berakhir menjadi tragedi penembakan. Kejadian ini bermula dari kubu yang dipimpin oleh Muara berencana mengambil mandat saksi dari Caleg Hanura Dapil IV yang bernama Farfar. Namun, tindakan Muara tersebut menjadi kubu yang dipimpin oleh Widjan kebakaran jenggot. Pasalnya, Widjan sudah menerima mandat menjadi saksi Farfar terlebih dulu.
Akibatnya, bentrok dari kedua kelompok ini pun tak dapat dihindarkan. Kelompok Widjan bertarung menggunakan senjata tajam. Sedangkan kubu Muara bertikai memakai senjata tajam dan juga api. Mereka terus berselisih hingga akhirnya pria bernama Mansur yang merupakan kelompok Widjan terkena tembakan di lengan kirinya. Alhasil, pihak kepolisian langsung datang dan membubarkan dua kelompok ini. Tapi, meskipun sudah terjadi peristiwa menyeramkan ini, pelaksanaan pemungutan suara tetap aman sentosa sampai akhir.
Mutini, seorang nenek yang ada di Desa Sepanjang, Kabupaten Malang mendadak meninggal dunia di TPS. Awalnya, ia dan anak perempuannya berjalan ke TPS dengan berjalan kaki. Setiba di lokasi, wanita berusia 62 tahun tersebut langsung duduk di ruang tunggu setelah mendaftar. Tak ada angin, tak ada hujan, Mutini langsung saja jatuh dari kursi namun tetap dalam kondisi sadar.
Petugas di TPS lalu menghubungi pihak medis agar Mutini segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Singkat cerita, Mutini tak kunjung membaik setelah dirawat di UGD dan akhirnya meninggal dunia. Berdasarkan analisa dokter, wanita paruh baya tersebut meninggal karena serangan jantung.
Desa Jenetalasa, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan juga terdapat peristiwa yang kurang menyenangkan. Mengutip dari kompas.com, di TPS 42 Berlian Indah, pelaksanaan pemungutan suara sempat dihentikan. Ini dikarenakan terdapat sembilan surat suara yang sudah tercoblos pada foto pasangan calon nomor 01.
Dari sini, TPS mendadak didatangi petugas dari mana pun. Baik dari KPU, Bawaslu hingga aparat kepolisian. Mereka memastikan apakah surat suara tercoblos tersebut benar-benar ada atau tidak. Ternyata, setelah ditelusuri, memang ada sembilan surat suara yang sudah tercoblos. Sehingga surat-surat tersebut dinyatakan rusak dan pemungutan suara kembali dilanjutkan dengan pengawasan ketat.
Salah satu rakyat twitter yaitu @enjang_as menggambarkan situasi pemilu di Kota Bekasi. Ia mencuitkan “20an lebih TPS di Kota Bekasi belum nyoblos. Problem: kertas suara kurang dan tertukar. #Pemilu2019.” Dan kasus ini pun ternyata juga diakui oleh Komisioner Bawaslu Kota Bekasi, Ali Mahyail. Menurutnya, hal ini dapat terjadi karena KPU Kota Bekasi kurang maksimal di lapangan. Sebagai contoh, permintaan petugas sortir lipat yang seharusnya ditambah dua kali lipat tidak dijalankan. Sehingga terjadilah seperti ini.
Sementara itu, Ketua KPU Kota Bekasi, Nurul Sumarheni tidak membantah tanggapan tersebut. Tapi, ia mengaku kalau situasi pencoblosan di beberapa daerah Bekasi masih berlangsung kondusif. Kemudian, ia juga menginginkan adanya pemilu susulan pada Hari Kamis, 18 April 2019 bagi masyarakat yang belum mencoblos. Agar semua orang bisa menjalankan haknya untuk memilih.
BACA JUGA : Melihat Kisah Perjuangan Pendistribusian Surat Suara yang Bakal ‘Menamparmu’ Kalau Golput
Kisah-kisah miris di ataslah yang mewarnai pesta demokrasi kemarin. Ada yang terlibat perkelahian sampai dengan insiden kekurangan surat suara. Ya semoga hal ini tidak akan terjadi di pemilihan presiden di tahun 2024 mendatang. Agar pemungutan suara bisa berjalan lancar sesuai apa yang diinginkan masyarakat.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…