Rasa sayang, rasa kasih dan rasa cinta adalah hak hakiki setiap manusia di seluruh dunia. Semua orang bebas dan berhak untuk merasakannya walaupun terkadang kenyataannya tidak sejurus dengan harapan yang diangankan.
Tidak peduli siapapun orangnya, masyarakat umum, politikus, selebritis sampai dengan kepala negara pun pernah merasakan jatuh cinta. Bahkan ada kisahnya yang sangat mengharukan sekali. Berikut ini adalah kisah cinta dari presiden-presiden di Indonesia, dari Soekarno sampai Joko Widodo (Jokowi).
Di usia muda, selain memiliki kewibawaan, kepintaran, keberanian, intelektual dan sangat religius, Soekarno juga dikaruniai badan yang tegap dan besar serta ketampanan yang dapat membuat wanita terkesima.Soekarno menikah pertama kali saat masih berusia 20 tahun dengan seorang gadis belia bernama Oetari Tjokroaminoto yang tak lain adalah putri dari HOS Tjokroaminoto. Sayangnya, pernikahan keduanya hanya seumur jagung.
Selepas berpisah dari Oetari, Soekarno menikahi gadis belia lainnya yang masih berusia 20 tahun, yaitu Inggit Ganarsih. Saat itu Soekarno sudah berusia 33 tahun. Selama 20 tahun menikah, keduanya harus berpisah karena Inggit tidak mau dimadu dan kembali Soekarno memperistri Fatmawati yang juga masih berumur 22 tahun.
Pernikahannya dengan Fatmawati juga tidak langgeng dan mereka harus berpisah setelah pria tersebut diangkat menjadi Proklamator dan Presiden Republik Indonesia pertama. Setelah bercerai, Soekarno menikah dengan beberapa wanita lainnya, seperti Hartini, Ratna Sari Dewi, haryati, Yurike Singer, Kartini Manopo dan yang terakhir Heldy Djafar.
Tidak seperti presiden pertama Indonesia, presiden kedua negeri ini, yaitu Soeharto hanya menambatkan hati dan cintanya untuk seorang wanita saja. Yaitu Siti Hartinah atau lebih dikenal dengan nama Tien Soeharto.
Keduanya pertama kali bertemu saat masih berusia anak-anak dan kembali bertemu saat dewasa. Kedua orang tua Soeharto dan Siti Hartinah sepakat menjodohkan keduanya pada waktu itu walaupun secara garis besar, kasta keduanya berbeda.
Soeharto adalah anak dari seorang petani biasa, sedangkan Siti Hartinah adalah anak dari seorang bangsawan yang cukup terkenal di zamannya. Bersama mengarungi mahligai rumah tangga, cinta keduanya tumbuh bersemi dan mereka berdua berhasil melampaui zaman demi zaman dan menjadi saksi sejarah di Tanah Air.
Sayangnya, Tien Soeharto harus meninggalkan Soeharto terlebih dahulu. Dia meninggal pada tanggap 29 April 1996. Walaupun telah tiada, Soeharto tetap menunjukkan rasa cintanya kepada wanita yang telah mendampinginya lebih dari setengah abad tersebut.
Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal dengan nama BJ Habibie bertemu dengan Hasri Ainun Besari pada saat mereka berdua masih belia. Keduanya mengenyam pendidikan di SMP dan SMA yang sama, hanya saja waktu itu, Habibie menjadi kakak kelas dari Ainun.
Saat SMA, Habibie kerap mengolok-olok Ainun dengan sebutan “gendut”. Walaupun pada waktu itu Habibie sudah menaruh hati kepada wanita yang akhirnya menjadi istrinya tersebut. Sepulang dari studinya di Jerman, Habibie memberanikan diri untuk melamar Ainun. Pada tanggal 12 Mei 1962, keduanya resmi menjadi suami istri.
Banyak kesulitan dan rintangan yang mereka hadapi berdua, baik saat masih di Indonesia ataupun ketika berada di Jerman. Akan tetapi Ainun tetap setia mendampingi Habibie tanpa mengurangi rasa cinta atau berkeluh kesah karena keadaan rumah tangganya yang tidak seperti pasangan suami istri yang berkecukupan saat itu.
Tahun demi tahun sampai akhirnya Habibie diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia ke-3, Ainun terus menumpahkan rasa cintanya dan dukungan kepada suaminya itu tanpa pamrih. Sayangnya, Ainun harus meninggalkan Habibie seorang diri. Ainun meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2010 karena penyakit kanker ovarium.
Habibie sangat terpukul dan bersedih karena kematian Ainun. Banyak puisi dan perkataan Habibie yang akhirnya menginspirasi seorang sineas Indonesia untuk mengabadikan cinta mereka dalam bentuk film layar lebar berjudul, “Habibie & Ainun.”
Bermula dari rasa trauma yang hinggap di hati Shinta Nuriyah, pinangan Abdurahman Wahid atau akrab dipanggil Gus Dur yang waktu itu akan berangkat menimba ilmu di Kairo, Mesir, ditolaknya. Hal ini dikarenakan pada usia ke-13, Shinta pernah dipinang oleh seorang guru namun tidak terealisasi dan nama guru tersebut adalah Abdurrahman.
Tanpa kenal lelah, Gus Dur terus melakukan komunikasi melalui surat kepada Shinta, walaupun awalnya masih sedikit ada ‘bumbu’ penolakan, pada akhirnya gadis itupun luluh hatinya. Biarpun begitu, ketika datang untuk melamar, Shinta masih sempat ragu terhadap Gus Dur. Namun kelembutan, karisma, intelektual dan kerendahan hati Gus Dur serta jawaban dari seorang peramal yang akhirnya membuat Shinta mengiyakan lamaran pria itu.
Setelah dua tahun bertunangan, pada bulan September 1968, keduanya menikah dengan cara yang cukup unik, yaitu pada saat itu Gus Dur sedang berada di Kairo sedangkan Shinta di Jombang. Pernikahan tersebut akhirnya diwakili oleh kakek Gus Dur, Kiai Bisri Syansuri yang berusia 81 tahun. Tidak sedikit yang terkecoh dan menganggap suami Shinta sudah tua.
Sepulang dari Kairo, Gus Dur langsung melangsungkan resepsi secara nyata dan dihadiri oleh banyak orang. Selama bertahun-tahun, keduanya menjalin bahtera rumah tangga sampai pada kesempatan Gus Dur berhasil menjadi Presiden Indonesia ke-4.
Selain Shinta, anak-anak, keluarga dan segenap orang-orang NU, jasa Gus Dur bagi bangsa ini cukup besar, terutama kepada orang-orang keturunan dan eks anggota PKI. Banyak orang yang merasa kehilangan setelah Gus Dur meninggal karena keteladanannya sebagai pemimpin bangsa dapat diacungi jempol.
Salah satu putri dari Proklamator Republik Indonesia, yaitu Megawati Soekarnoputri juga pernah menjabat sebagai Presiden RI ke-5 setelah Gus Dur. Untuk urusan percintaannya, Megawati pernah menikah sebanyak 3 kali. Pernikahan pertamanya adalah dengan seorang perwira menengah di TNI AU bernama Surindro Suprijarso. Sayangnya, Megawati harus kehilangan Surindro setelah pesawat yang ditumpangi suaminya tersebut terhempas dan hancur di perairan Biak, Papua pada tanggal 22 Januari 1970.
Sepeninggal Surindro yang jasadnya tidak diketemukan, sekitar tahun 1972, Megawati menjalin asmara dengan seorang pengusaha asal Mesir yang juga diketahui sebagai seorang Diplomat Mesir di Jakarta bernama Hassan Gamal Ahmad Hasan dan akhirnya keduanya menikah. Hanya saja karena masih terikat status pernikahan dengan Surindro, banyak sorotan tajam diarahkan ke Megawati dan pada akhirnya pernikahan keduanya hanya bertahan 3 bulan saja.
Selepas berpisah dengan Hassan, Megawati berjumpa dengan seorang pria yang berperawakan tinggi besar, berkulit putih dan sangat santun bernama Taufiq Kemas. Saat diadakannya acara ziarah ke Makam Bung Karno di Blitar pada bulan Juli 1971. Sebenarnya, keduanya pernah bertemu dan berkenalan sebelumnya, karena Taufiq adalah teman dari Guntur Soekarnoputra, saudara kandung Megawati.
Dari perkenalan kedua ini, jalinan asmara keduanya mulai merekah. Tak menunggu lama setelah menjalin pacaran, keduanya menikha pada akhir bulan Maret 1973 di sebuah Panti Perwira, Jalan Prapatan, Jakarta Pusat. Karena keduanya aktif dalam partai dan segala hal yang berhubungan dengan politik, baik Taufiq atau Megawati sempat menjadi musuh politik Orde Baru. Bahkan Taufiq juga pernah menjadi tahanan politik.
Seakan tak peduli dengan segala rintangan dan tekanan yang terjadi, mereka berdua berhasil membuktikan bahwa cinta mereka tak tergoyahkan. Sayangnya, Megawati harus kembali menjadi janda setelah Taufiq meninggal dunia di tahun .Walaupun tiada, Megawati tetap menjaga bara cintanya kepada suaminya tersebut.
Susilo Bambang Yudhoyono atau akrab disebut SBY ini merupakan Presiden Indonesia ke-6 setelah Megawati Soekarnoputri. SBY muda merupakan alumni SMA Negeri Pacitan, Jawa Timur yang kemudian kuliahnya di salah satu universitas di Kota Surabaya. Dari sinilah dia berkenalan dengan seorang wanita cantik berdarah campuran Jawa-Filipina bernama Ida.
Tidak berapa lama setelah berpacaran, keduanya melangsungkan pernikahan di sebuah Kantor Catatan Sipil di Jakarta. Dikarenakan pernikahannya tersebut kuliah SBY pun terganggu dan mereka pun pindah ke Malang, Jawa Timur. SBY kemudian melanjutkan pendidikan di Pendidikan Guru SLP (PGSLP).Karena ingin memperbaiki perekonomian, SBY lantas meninggalkan Ida dan 2 orang anaknya untuk menjadi kadet Akabri. Sayangnya, karena syarat untuk menjadi seorang kadet haruslah orang yang belum menikah, maka SBY meminta Ida untuk merahasikan status pernikahan mereka.
Ternyata, karir SBY di angkatan bersenjata cukup moncer. Selain cerdas dan pandai, ketampanan dan tubuh yang tegap membuat semua wanita tergila-gila, salah satunya adalah Kristiani Herawati yang tak lain adalah anak dari (alm) Letjend TNI-AD Sarwo Edi Wibowo. Pada saat itu, Kristiani Herawati atau sering dipanggil Ani ini sedang berlibur ke Magelang, Jawa Tengah dan dia diajak ayahnya untuk mengikuti acara peresmian Balai Taruna dan melihat SBY untuk pertama kali.
Pertemuan kedua adalah saat SBY berada di rumah dinas ayahnya di kompleks AKABRI. Dari situlah mereka berkenalan dan pucuk dicinta ulam tiba, keduanya sama-sama menaruh hati. Setelah lama bersurat-suratan dan berpacaran, keduanya menikah pada tanggal 30 Juli 1976. Walaupun sempat muncul permasalahan terkait Ida sang istri pertama dan kedua anaknya, namun cinta SBY dan Ani seakan tidak terbendung. Mereka tetap menjaga hangatnya romantisme dan asmara mereka hingga sekarang ini.
Ada yang mengatakan bahwa cinta pada pandangan pertama itu omong kosong belaka, namun hal itu terbukti benar, setidaknya oleh seorang wanita muda yang waktu itu masih berstatus siswi SMA 3 Solo, Iriana. Dia bertemu pertama kali dengan Joko Widodo di pinggiran Kali Anyar, Solo dan langsung terpikat dengan pria yang pada saat itu sudah berstatus sebagai Mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan perawakan jangkung dan berambut gondrong.
Setelah pertemuan pertama itu, Iriana mengiyakan ajakan Jokowi untuk berpacaran setelah 6 bulan pria dengan perawakan kurus ini berusaha untuk mendapatkan hatinya. Walaupun keduanya terpisah oleh kota, Jokowi di Yogyakarta dan Iriana di Solo, keduanya tetap dapat menghabiskan waktu berdua. Tepatnya pada tanggal 24 Desember 1986, ikatan cinta mereka semakin kokoh dengan dilangsungkannya pernikahan yang dilakukan di Solo.
Setelah menikah, Jokowi pernah menjadi pekerja di PT Kertas Kraft Aceh dan mereka berdua tinggal di Aceh untuk beberapa saat. Keduanya kembali ke Solo setelah Iriana hamil muda. Keuletan dan kerja keras Jokowi serta dukungan sepenuhnya dari Iriana, berhasil menjadikan dia sebagai Walikota Solo. Bahkan dia pernah menyabet predikat sebagai walikota terbaik 3 dunia.
Setelah menjabat sebagai Walikota Solo, Jokowi kemudian berhasil menjadi Gubernur DKI Jakarta dan pada tahun 2014, dia menjabat sebagai Presiden Indonesia ke-7. Dari seluruh perjalanan karir Jokowi tersebut, Iriana tetap menjadi seorang istri yang tidak menuntut banyak dan terus memberikan cinta serta dukungan sepenuhnya kepada sang suami.
Seorang presiden memang menjadi simbol dari negara sekaligus seorang yang memiliki pengaruh terhadap segala aspek dalam negara yang bersangkutan. Walaupun sebagai seorang kepala negara, namun seorang presiden tetaplah seorang manusia biasa yang juga tak luput mendapatkan karunia berupa cinta. Demikian kisah singkat percintaan para Presiden Indonesia dari Soekarno sampai dengan Jokowi.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…