Bangkrutnya negara kaya minyak sekelas Venezula, cukup mengejutkan seluruh masyarakat dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Tentu saja, yang pertama kali terngiang di benak publik tanah air adalah bayang-bayang krisis moneter pada 1998 silam. Di mana nilai dollar yang membubung kala itu menghajar rupiah habis-habisan. Alhasil, bangkrutnya negara yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro itu menjadi peringatan bagi Indonesia.
Tak perlu menunggu negara ini harus kolaps dan bangkrut. Pemerintah seharusnya bisa jeli mengambil langkah-langkah protektif dari peristiwa bangkrutnya negara di kawasan Amerika Latin tersebut. Sumber Daya Alam yang melimpah, tidak menjadi jaminan sebuah negara bisa terus menerus eksis dari hantaman krisis. Setidaknya, pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah penting di bawah ini agar tak ikut-ikutan terdampak.
Realita saat ini, sebagian kekayaan alam Indonesia masih dikelola dan dinikmati oleh pihak asing. Jika dibiarkan terus-menerus, sumber daya tersebut lama kelamaan akan menipis dan bahkan habis sama sekali. Berkaca dari venezuela, negara itu terbukti memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Dilansir dari bbc.com, pemerintah setempat bergantung dengan pemasukan ekspor dengan nilai sebesar 95%.
Ini artinya, tentu banyak aliran uang yang masuk ya Sahabat Boombastis. Mereka pun dengan entengnya menggunakan sebagian dana yang tersedia untuk membiayai sejumlah program sosial guna mengurangi ketidaksetaraan dan kemiskinan. Saat harga minyak anjlok pada 2014, pemerintah pun pusing tujuh keliling menutup lubang perekonomian negara dengan jalan memotong sejumlah program populer.
Untuk selamat dari amukan krisis, Indonesia harus jeli dalam memanfaatkan peluang bisnis dalam negerinya. Tentu saja, tidak hanya bergantung pada satu sektor usaha. Masih ada banyak potensi ekonomi yang bisa dikembangkan di dalam negeri ini. Seperti UMKM, industri kreatif, pariwisata, bisnis digital dan lainnya. Bukan hanya menunggu pemasukan dari hasil bumi dan lautan Indonesia.
Hal ini sejalan dengan pandangan Direktur Eksekutif Refor Miners Institute, Komaidi Notonegoro. Dilansir dari economy.okezone.com, Venezuela mengalami krisis karena negara tersebut terlalu bergantung pada satu sektor saja yaitu minyak. Menurutnya, hal itu tidak akan terjadi di Indonesia lantaran roda perekonomian pemerintah juga ditopang dari unit usaha lainnya.
Menurut Wapres Jusuf Kalla, salah satu penyebab bangkrutnya Venezuela adalah karena tidak adanya kepercayaan dari investor asing. Pemerintah setempat, kerap menginginkan agar unit usaha yang bukan dari negara mereka untuk segera dinasionalisasi atau diubah menjadi milik lokal. Tentu saja, banyak investor yang enggan berbisnis kembali dan memilih meninggalkan Venezuela.
“Tak usah dulu terlalu cepat mengambil yang ada, itu masalah di Venezuela akhirnya dia bangkrut luar biasa, karena semuanya ingin dinasionalisasikan, akibatnya terjadi seperti itu,” ujarnya yang dilansir dari economy.okezone.com. Pada akhirnya, faktor trust atau kepercayaan menjadi sebuah perkara yang penting bagi sebuah negara. Tanpa hal tersebut, siapa yang bisa menjamin bisnisnya bisa berjalan dan menghasilkan untung?
Krisis memang sanggup membuat siapa saja kehilangan kontrol atas dirinya. Termasuk pemerintah. Di venezuela, otoritas setempat mengeluarkan sebuah kebijakan yang justru menjadi blunder dalam ekonomi mereka. Mereka memutuskan untuk membuat mata uang baru, di mana hal tersebut dipercaya menjadi solusi dari krisis yang dihadapi.
Bukannya menjadi solusi, keadaan malah bertambah semakin parah. Hal semacam inilah yang patut menjadi pelajaran bagi pemerintah Indonesia. Jika terjadi krisis ekonomi, langkah pertama yang harus ditempuh adalah membuat kebijakan baru dengan dasar dan analisis yang kuat. Apa dan bagaimana dampak jangka panjangnya bagi perekonomian dan kebutuhan negara. Jangan sampai peraturan baru tersebut justru berbalik menyengsarakan rakyat.
Dilansir dari cnnindonesia.com, salah satu penyebab bangkrutnya Venzuela adalah krisis politik di dalam negerinya sendiri. Persaingan antar aparatur negara yang kurang sehat ,dan ditambah dengan turunnya kepercayaan masyarakat pada pemimpin, menjadikan Venezuela semakin terperosok dalam jurang krisis. Tentu saja, Indonesia harus belajar dari peristiwa ini.
Peta perpolitikan tanah air yang kerap bergejolak belakangan ini, menjadi sebuah indikasi bahwa masyarakat Indonesia rentan tersulut dengan isu-isu yang ada. Padahal, kesemua hal tersebut belum terbukti kebenarannya. Sebagai rakyat, tugas kita adalah mengawal dan menjaga agar proses demokrasi di negeri bisa berjalan dengan baik, aman serta damai. Beda boleh, tapi jangan saling menjatuhkan ya Sahabat Boombastis.
Memang, faktor krisis yang dialami oleh setiap negara tentu disebabkan oleh beragam hal yang berbeda. Baik datang dari segi sosial, ekonomi maupun kebijakan politik yang ada. Indonesia yang pernah mengalami krisis pada 1998, tentu harus mengambil pelajaran dari bangkrutnya Venezuela agar hal semacam ini tak terulang kembali.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…