Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi negara yang sangat kaya keragaman mulai dari seni, budaya, suku, hingga agama. Perbedaan ini seharusnya bukan jadi halangan untuk tetap bisa hidup berdampingan secara rukun. Jangan sampai kerukunan antar umat beragama yang sudah berjalan baik selama ini terkoyak oleh aksi tidak bertanggung jawab beberapa orang tertentu.
Baca Juga : 7 Agama Baru Ini Eksis Dalam Setengah Abad Terakhir!
Memang media kita lebih sering menyoroti adanya tragedi, apalagi tragedi yang muncul akibat perbedaan yang prinsip. Padahal saat ini masih banyak kok orang-orang yang bisa hidup berdampingan dengan rukun meskipun mereka berbeda agama. Berikut ini buktinya.
Kebebasan beragama adalah hak setiap individu yang tidak boleh diganggu gugat. Bahkan oleh keluarga sendiri, itulah yang tercermin dari dua saudara kembar ini. Berita mengenai saudara kembar identik yang beda keyakinan ini sempat viral beberapa waktu lalu di berbagai media.
Satu orang memilih untuk memeluk Islam dan mengikuti syariat Islam dengan berjilbab, yang satu lagi memilih untuk menjadi biarawati Katolik di Konggregasi PBHK. Kisah keduanya banyak dibagikan setelah Bernadus Yohanes Raldy Doy membagikannya lewak akun Facebooknya.
Tahun Baru Imlek memang identik dengan perayaan keagamaan etnis Tionghoa. Tapi bukan berarti masyarakat lain tidak peduli dengan perayaan ini, contohnya dalam kegiatan Grebeg Sudiro yang diselenggarakan untuk menyambut Tahun Baru Imlek di kawasan Jalan Sudiroprajan, Solo. Dalam perayaan ini, tidak hanya etnis Tionghoa saja yang ramai menyambut, etnis Jawa yang beragama lain pun juga ikut membantu untuk menyelenggarakan acara pawai ini.
Perayaan khas dengan nuansa Tionghoa lengkap dengan lampion, kesenian barongsai tersaji dalam pawai ini yang juga dilengkapi dengan penampilan adat keraton Jawa. Lewat Grebeg Sudiro, tidak hanya tercermin kerukunan antar umat beragama saja, tapi juga bukti bahwa kerukunan antar etnis juga bisa tercipta. Perayaan ini menunjukkan bahwa etnis Tionghoa dan Jawa bisa hidup berdampingan dengan rukun dan saling menghormati.
Sejak 60 tahun lalu, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah di Solo berdiri berdampingan dan hanya terpisahkan oleh satu dinding saja. Gereja dan masjid ini bahkan juga memiliki alamat yang sama yaitu Jalan Gatot Subroto 222, Kampung Joyodiningratan, Kratonan, Serengan, Solo.
Keharmonisan dan kerukukan telah hidup dan terjada sejak dahulu, hingga meskipun pengurus masjid dan gereja telah berganti-ganti, dua tempat beribadah ini masih tetap kokoh hingga sekarang. Bukan hanya bangunannya saja yang berdampingan, untuk mewujudkan kerukunan ini, kedua tempat beribadah menunjukkan toleransinya. Misalnya, jika kebaktian hari Minggu bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, maka kebaktian pagi akan ditiadakan untuk menghormati umat muslim yang menjalankan shalat Ied. Sebaliknya, jika perayaan natal berlangsung, maka urusan parkir juga dibantu oleh pemuda masjid.
Nama aslinya bukan Kampung Pancasila, tapi itu adalah julukan berkat kerukunan dan toleransi antar umat beragama yang berhasil tercipta dan disebarkan oleh warga Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Di desa tersebut berkembang tiga agama yakni Islam, Kristen dan Hindu. Karena itu, dibangunlah masjid, gereja, dan pura dalam satu kompleks yang berdekatan.
Untuk menjaga kenyamanan beribadah, maka masing-masing tempat ibadah menyesuaikan diri agar tidak mengganggu acara keagamaan yang lain. Misalnya ketika Ramadhan tiba, tadarus Al Quran di masjid dengan pengeras suara dibatasi sampai pukul 22.00 agar tidak mengganggu umat lain. Umat Hindu yang biasanya sembahyang pukul 19:00, selama bulan puasa tanpa diminta mengubah jadwal sembahyang menjadi sebelum maghrib agar tidak mengganggu umat Muslim yang hendak berbuka dan tarawih.
Masyarakat Pulau Bali memang mayoritas beragama Hindu. Tapi, bukan berarti di sini tidak ada tempat bagi mereka yang beragama lain. Di Nusa Dua, Bali terdapat kompleks peribadatan yang unik. Bagaimana tidak, dalam satu kompleks di sini terdapat lima bangunan peribadatan yaitu Masjid, Gereja Katolik, Wihara, Gereka Kristen Protestan, dan Pura.
Karena terdapat 5 tempat peribadatan inilah maka tempat ini disebut sebagai Puja Mandala yang berarti tempat melakukan persembahyangan. Bisa dibilang, tempat ini merupakan miniatur kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Nah, bangunan ini juga membuktikan bahwa antar umat beragama bisa hidup saling berdampingan.
Asalkan jiwa toleransi dan mau menghormati orang lain masih hidup di hati kita, maka perpecahan atau pertengkaran karena masalah agama tidak akan terjadi. Lima hal yang sudah disebutkan di atas hanyalah contoh sebagian kecil yang menunjukkan bahwa antar umat beragama bisa hidup saling berdampingan. Maka jika ada orang yang menghasut dan menyebarkan kebencian, seharusnya dengan kepala dingin kita bisa menyadari bahwa apa yang dituduhkan adalah hal yang tidak benar. Kalaupun ada konflik, semua bisa diselesaikan dengan diskusi baik-baik.
Baca Juga : 10 Aliran Agama Unik Yang Tidak Ada di Indonesia
Jadi, tidak perlu ada pertikaian bukan?
Anak bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, tengah berbahagia setelah istrinya, Erina Gudono, melahirkan anak…
Musik dan tren sosial terus berkembang di Indonesia, salah satunya adalah fenomena "Sound Horeg" yang…
Kehilangan orang yang kita sayangi itu berat, apalagi kalau kepergiannya tiba-tiba. Seperti yang dialami oleh…
Cinta sejati yang terjalin antara Ikang Fawzi dan Marissa Haque telah melewati waktu yang panjang…
Kabar gembira datang dari presenter aktor kondang dan pengusaha top, Raffi Ahmad. Suami dari Nagita…
Nama Elaine Low beberapa waktu belakangan mencuat terutama di dunia bisnis dan investasi setelah menerima…