Belum selesai kasus Lion Air JT610 jatuh di Perairan Karawang, lagi-lagi masalah menyambangi maskapai milik Rusdi Kirana ini. Kemarin (7/11), Lion Air JT611 rute Bengkulu-Jakarta juga mengalami masalah. Padahal, bbc.com menulis tentang pendapat Arnold Barnett, Profesor Statistik dari Massachusetts Institue of Technology bahwa kecelakaan yang terjadi dalam interval singkat jarang terjadi.
“Intinya ini adalah kebetulan,” ungkapnya. Namun jika sudah bicara tentang keadaan cuaca, mungkin memang cenderung bisa terjadi. Sayangnya, kecelakaan yang dialami oleh maskapai Lion Air terlalu sering. Berikut akan Boombastis.com rangkum kecelakaan-kecelakaan Lion Air selama beroperasi di Indonesia.
3 tahun setelah Lion Air didirikan, maskapai ini sudah mengalami kecelakaan penerbangan. Pada 14 Januari 2002, pesawat tipe Boeing 737-200 rute Jakarta-Pekanbaru-Batam mengalami insiden setelah badan pesawat meninggalkan landasan pacu. Meski tak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini, dikabarkan penumpang mengalami patah tulang. Setelahnya, pesawat ini tak digunakan lagi.
Setelah menyebabkan banyak penumpang syok dalam kecelakaan tahun 2002, 2 tahun setelahnya Lion Air kembali membuat masyarakat Indonesia menganga. Pada 30 November 2004, pesawat rute Jakarta-Solo-Surabaya tergelincir dan keluar dari landasan hingga menabrak kuburan saat mendarat di Bandara Adisumarmo, Solo. Akibatnya, 25 orang tewas dalam kejadian ini, 55 orang luka berat, dan 63 luka ringan.
Rupanya kecelakaan yang dialami Lion Air kebanyakan ketika melakukan pendaratan, setelah tahun 2004 telah mengalami, 2006 terjadi lagi. Kali ini, pesawat rute Denpasar-Surabaya tergelincir setelah mendarat di Bandara Juanda pada 4 Maret 2006. Meski tak ada korban jiwa, pesawat keluar dari landasan pacu cukup jauh sehingga rusak total dan tak pernah dioperasikan lagi.
Coba bayangkan bagaimana jadinya proses pendaratan tanpa roda? Hal ini yang dialami oleh penumpang Lion Air rute Jakarta-Makassar-Gorontalo, pada 26 Desember 2006. Lagi-lagi tak ada korban jiwa yang tewas, tetapi tekanan psikologis berupa trauma pasti dialami oleh seluruh penumpang. Apalagi penyebab kecelakan adalah lepasnya roda sebelah kanan, serta roda kiri menembus bagian sayap. Enggak kebayang, deh, betapa hectic-nya situasi pesawat kala itu.
Terjadi lagi kecelakaan ketika pesawat Lion Air akan mendarat. Pesawat rute Jakarta-Pontianak-Jakarta yang terbang pada 3 November 2010 tergelincir di Bandara Supadio, Pontianak. Pesawat menghantam landasan pacu cukup keras sehingga pada akhirnya para penumpang dievakuasi melalui seluncuran darurat. Beruntung para penumpang bisa diajak bekerja sama dan seluruhnya selamat.
Sama seperti kecelakaan-kecelakaan sebelumnya, pada 13 April 2013, pesawat Lion Air tujuan Bandung-Denpasar mengalami tragedi sebelum mendarat. Hal ini disebabkan oleh halusinasi pilot yang positif narkoba, mengira ia sudah sampai di landasan, padahal masih jauh di depannya. Sehingga, pesawat ini mendarat darurat di laut dan terbelah menjadi dua bagian. Para penumpang pun mencoba menyelamatkan diri sendiri dengan berenang, ajaibnya mereka semua selamat. Hingga kini, sanksi yang akan diberikan pada Lion Air hanya wacana belaka terkait kecelakaan ini.
Belum selesai penumpang berduka dengan adanya kecelakaan pada 13 April 2013, 6 hari setelahnya, tepatnya 19 April 2013, pesawat Lion Air kembali mengalami tragedi. Pesawat rute Denpasar-Jakarta ini mengalami mati mesin ketika akan mengudara. Sehingga, para penumpang pun seperti terlempar di atas kursi sendiri. Setelah disuruh menunggu selama 5 menit untuk perbaikan, penumpang memilih turun, berganti maskapai daripada harus mengorbankan nyawa.
Pesawat tujuan Denpasar dari Balikpapan dan Surabaya ini terpental empat kali sebelum akhirnya mendarat. Pada 1 Februari 2014, pesawat dengan 222 penumpang dan awak kabin ini mengalami kerusakan parah pada bagian badan pesawat. Beruntung tidak ada korban tewas dalam kecelakaan ini, tetapi beberapa di antaranya mengalami luka parah dan trauma berat.
Satu tahun yang lalu, Lion Air kembali mengalami insiden yang cukup membuat tepok jidat. Bahan bakar mengucur dari salah satu sayap pesawat dan disaksikan oleh penumpang. Alhasil, penumpang berhasil dievakuasi dan pihak Lion Air dipanggil oleh Kementerian Perhubungan. Namun rupanya tak ada sanksi berat, sehingga mereka masih bisa beroperasi hingga sekarang.
29 Oktober 2018 merupakan hari yang pasti diingat oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, Lion Air JT610 rute Jakarta-Pangkalpinang dinyatakan hilang kontak sesaat setelah take off dan ditemukan tenggelam di Perairan Karawang. Tak seperti kecelakaan pada tahun 2004 silam, di mana masih banyak nyawa yang bisa diselamatkan. Semua penumpang Lion Air JT610 tewas dan hingga saat ini masih belum semua ditemukan jasadnya.
Belum hilang duka masyarakat terhadap tragedi Lion Air JT610, sudah kembali terjadi kecelakaan untuk pesawat rute Bengkulu-Jakarta. Ketika akan take off, pesawat JT633 ini menabrak salah satu lampu bandara hingga salah satu sayapnya patah. Penumpang pun dibuat gelisah dengan tragedi ini dan berharap pihak Lion Air segera dihentikan pengoperasiannya.
11 tragedi yang menimpa Lion Air memang hanya sebagian jika diambil dari total kecelakaan minor mereka. Meskipun begitu, sudah lebih dari 10 kecelakaan terjadi dalam maskapai ini, tetapi tak segera ada penanganan khusus dari Kementerian Perhubungan mengenai kelanjutan operasinya. Berbeda dengan Adam Air yang dinyatakan gulung tikar setelah tragedi tahun 2007 silam.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…