Keberadaan uang mungkin terlihat membawa dampak yang bagus. Misalnya soal praktis dan efisien. Namun, di sisi lain uang justru membawa dampak jelek yang meluas. Ya, bukan hanya gara-gara uang sampai saling sikat antara saudara, esensi uang sendiri memang sejatinya tidak semanis seperti yang terlihat.
Gara-gara uang sebuah negara bisa hancur berantakan? Ya, lantaran superioritas salah satu mata uang, maka mata uang yang lain jatuh nilainya. Bukti paling nyata adalah dolar Zimbabwe yang nominal uang kertasnya mencapai jutaan, namun nilainya sangat kecil. Bahkan dibandingkan dengan rupiah. Uang sejatinya tak membawa kebaikan. Jujur saja, meskipun kesannya kuno, udik, tak maju dan sebagainya, sistem barter jauh lebih baik.
Nah, seumpama uang sejak awal tidak pernah tercipta, lalu hal apa saja yang akan terjadi? Jangan langsung berpikiran buruk, karena yang terjadi justru sebaliknya. Simak ulasannya berikut.
Perbedaan mata uang menjadi problematika tersendiri. Ya, seperti sekarang Rupiah terpaut jauh dengan dolar dan menyebabkan mahalnya barang-barang. Bahkan pengaruh dari perbedaan mata uang ini dialami semua negara di dunia. Fluktuasi membuat sebuah mata uang jadi jumawa sedangkan yang lain tidak, atau sebaliknya.
Tanpa uang, sudah jelas kita takkan mengalami hal semacam ini. Negara takkan pernah susah mikir masalah nilah mata uang yang naik turun. Bahkan George Soros takkan pernah membuat Indonesia krisis di tahun 1997-1998. Masalah-masalah yang terkait dengan uang pun lenyap dan dampaknya jelas bagus bagi ekonomi dunia.
Sebelum uang tercipta, proses transaksi dilakukan dengan cara barter alias tukar menukar barang dengan barang. Memang terkesan tak efisien, namun keunikan dari sistem barter ini adalah nilainya yang takkan pernah berubah. Jika dulu harga satu kilogram gula setara dengan sekilo beras, maka nilainya akan tetap sama sampai dua ribu tahun lagi.
Takkan pernah sistem barter mengalami kenaikan nilai seperti dampak penggunaan uang. Bandingkan dengan uang, harga sekilo gula di tahun 1950 mungkin hanya beberapa puluh rupiah saja. Namun, kini harganya melejit berkali-kali lipat. Barter memang udik, namun ia bisa membuat barang nilanya tetap stabil.
Tak ada uang artinya tak ada diferensiasi nilai mata uang. Hal ini akan menyebabkan kemakmuran yang merata di seluruh dunia. Zimbabwe bahkan tak perlu risau lagi gara-gara uangnya yang nilainya tak karuan itu.
Standar kemakmuran sebuah negara bukan lagi mata uangnya. Namun, seberapa banyak stok barangnya. Ketika semua negara sama, maka dampaknya tidak ada saling iri gara-gara kesenjangan. Alhasil, dunia akan diliputi dengan kebahagiaan.
Bukan hanya di Indonesia, korupsi jadi masalah pelik banyak negara lain. Kenapa sih korupsi mudah dilakukan dan jumlahnya kadang sangat menggila? Ya, karena adanya uang yang bisa dikemas dalam bentuk digit-digit itu. Ketika uang tidak ada, maka korupsi juga akan lenyap.
Uang memang menjadi hal yang paling sering dijadikan obyek korupsi. Jarang, hampir tak pernah, para koruptor mengorupsi mobil atau apartemen karena bendanya jelas terlihat dan bakal jadi barang bukti yang konkrit. Tanpa uang, maka takkan ada korupsi. Jika pun masih keukeuh, mungkin koruptor akan menyikat barang-barang mahal. Saham, emas atau lainnya yang justru jadi bukti telak yang akan menjebloskan mereka lebih lama di penjara.
Gara-gara uang saudara sendiri ditikam, ungkapan ini mungkin sudah sangat familiar di telinga yang menunjukkan arti jika uang bisa bikin orang buta. Faktanya pun memang demikian. Banyak orang yang berselisih, bahkan masih saudara sendiri, hanya gara-gara uang. Bahkan tak sedikit pula kasus pembunuhan hanya gara-gara uang beberapa lembar ratusan ribu saja.
Ketika uang dihilangkan, maka tidak akan ada konflik-konflik dengan tujuan uang seperti yang sudah-sudah. Meskipun begitu, mungkin akan tetap saja ada orang berselisih. Kali ini bukan karena uang tapi mungkin barang-barang. Lucu dan menggelikan sih, ketika dua orang berkelahi hanya karena beras 5 kilogram.
Kalau tidak ada uang, kira-kira bagaimana kita beli pulsa atau paket internet? Tidak mungkin kan dengan satu kilogram garam? Biasanya masalah ini akan selesai dengan adanya uang. Namun, untuk menghindari perbedaan nilainya, maka solusinya adalah memakai alat tukar yang universal di seluruh dunia. Ya, apalagi kalau bukan emas dan perak.
Emas nilainya tetap sama sampai kapan pun. Kalau pun sekarang harganya mahal, itu karena rupiah yang mengalami penurunan nilai. Jika dipatok dengan emas, ternyata harga-harga cenderung stabil bahkan turun. Soal universalitas, emas memang akan diterima dan diakui di mana pun.
Beginilah dunia jika uang dihilangkan. Alih-alih buruk, hal ini justru mengandung banyak dampak yang bagus. Bahkan bisa jadi solusi ketimpangan sosial level dunia. Namun mungkin banyak pihak takkan setuju dengan hal ini. Ya, terutama negara-negara yang mata uangnya sangat jumawa itu. Mereka tentu saja tak mau kehilangan kedigjayaan mata uangnya dengan tiba-tiba sama rata dengan negara lain.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…