Indonesia adalah negara yang besar. Negeri ini punya wilayah yang luas membentang. Sumber daya negeri kita juga seolah tak terbatas. Subur makmur lagi melimpah ruah. Ditambah lagi kekayaan budayanya, tradisi, dan suku bangsanya yang semakin menambah nilai lebih di mata dunia. Tapi, pernah tidak kamu berpikir, kenapa kita selalu kalah dari negara lain? Kenapa kita tak pernah sekalipun menduduki posisi pertama sebagai negara paling disegani, paling maju di dunia?
Tentu untuk menuju ke arah sana, ada banyak sekali hal yang mesti dibenahi oleh negara kita. Namun, kalau harus menyebutkan sebagian faktor yang menyebabkan kenapa sih negara kita selalu kalah dari negara lain, di bawah ini kami telah merangkum empat di antaranya untuk kamu. Apa saja itu?
Melihat pencapaian negeri lain dalam berbagai bidang pengetahuan, kita sering minder sendiri. Kamu juga pasti pernah berpikir kalau Indonesia kalah bersaing di kancah internasional karena jarang melahirkan orang pintar. Benarkah demikian? Nyatanya tidak. Sejak dulu negeri ini memiliki orang-orang hebat di bidangnya masing-masing.
Ada Ricky Elson, teknorat yang ahli dalam motor kendaraan berkekuatan listrik. Ada juga Prof. Dr. Ali Zum Mashar, si penemu nikroba penyubur tanah. Jangan lupakan juga “wong ndeso” asal desa Juwet, Kediri, Dr. Khoirul Anwar, orang yang berjasa dalam penyempurnaan sinyal 4G seperti yang kita nikmati sekarang. Hingga Dr. Warsito si penemu rompi terapi kanker. Lalu, ke mana orang-orang cerdas ini sekarang?
Mereka semua kini berada di luar negeri. Orang-orang di atas beserta orang cerdas lainnya kini hidup makmur di luar sana. Mereka terbuang oleh negerinya sendiri. Padahal di negeri asing mereka dapat leluasa mengembangkan karya mereka. Pemerintah di sana bahkan mendukung upaya mereka. Banyak pula perusahaan multinasional yang tertarik membeli teknologi ciptaan mereka dengan harga selangit. Hal yang berbanding terbalik dengan kenyataan miris yang mereka terima di tempat kelahirannya.
Tingkat kedisiplinan masyarakat kita masih tergolong sangat minim. Ini sudah jadi rahasia publik. Tak perlu melakukan eksperimen sosial untuk mengetahui hal ini. Perhatikan saja lingkungan sekitar kamu. Coba lihat betapa watados (wajah tanpa dosa) warga kita membuang puntung rokok, permen, atau sampah lainnya di sembarang tempat. Lihat juga gerombolan pembeli yang seolah tak sudi antre ketika membeli makanan di Pedagang Kaki Lima. Kesadaran publik untuk bersikap disiplin adalah barang mewah di negeri ini.
Bandingkan dengan Jepang, salah satu negeri dengan budaya disiplin tingkat tinggi yang mampu membuat semua orang berdecak kagum. Tidakkah kita iri dengan budaya disiplin yang terus mereka lestarikan dalam kehidupan sehari-hari? Betapa tertibnya mereka mengantre ketika menunggu angkutan umum, betapa bersih jalan-jalan yang ada berkat orang-orangnya yang cinta kebersihan, atau betapa tepat waktunya mereka ketika membuat janji.
Lalu hal selanjutnya yang membuat kita tertinggal dari negara lain adalah menyangkut bidang pendidikan. Mutu pendidikan di negeri kita masih dinilai tak terlalu baik dibandingkan dengan negeri lain. Tengok saja ranking indeks prestasi pendidikan semua negara di dunia. Saat ini Indonesia hanya duduk di posisi 108. Itu untuk ranking global. Bagaimana dengan ranking di ASEAN?
Dalam daftar sesama negara Asia Tenggara, Indonesia cuma menduduki posisi ke-5. Posisi ini kalah dari Singapura yang berada di urutan pertama, disusul kemudian Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Bagaimana kita mau meningkatkan mutu pendidikan, ketika negara lain sudah menggratiskan hampir semua biaya penunjang pendidikan anak-anak di wilayahnya, Indonesia masih sibuk tarik ulur program pendidikan yang seolah tak habis ujung pembahasannya.
Indonesia adalah negeri yang majemuk. Negeri ini kaya akan masyarakatnya yang berasal dari berbagai ragam suka, etnis, dan agama. Sayangnya, deretan peristiwa yang akhir-akhir ini terjadi menunjukan bahwa negeri ini masih jauh dari kata rasa saling memiliki. Muncul pihak-pihak atau golongan tertentu yang merasa diri mereka adalah yang paling benar dan bahkan ingin “dipertuhankan.”
Dengan kondisi seperti ini, bagaimana bangsa kita mau maju. Ketika negeri lain saling berlomba dalam persatuan, Indonesia justru malah dirundung perpecahan. Kita semestinya saling introspeksi diri. Upayakan sebisa mungkin untuk menahan amarah atau dendam terhadap saudara kita sendiri. Apabila situasi ini terus terus bergemuruh, jangan terkejut jika nantinya di Indonesia muncul perang saudara.
Korupsi yang sudah mengakar kuat dalam bangsa ini diakibatkan oleh para “oknum” pejabat kita yang terus membudayakan perbuatan haram ini. Nyaris setiap harinya di media-media online atau media cetak, ada saja pejabat kita, entah itu di pemerintahan pusat atau daerah yang tersandung kasus korupsi.
Tahun lalu Badan Anti-Korupsi Dunia, Transparency International, merilis laporan tahunan atas hasil upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh 176 negara dalam periode satu tahun. Hasilnya, Indonesia berada di peringkat 90. Artinya? Prestasi Indonesia dalam hal korupsi terus menunjukkan hasil yang “hebat.” Negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura (7), Brunei Darussalam (41), dan Malaysia (58) saja kalah oleh kita. Hebat kan negara kita ini?
Apabila pemerintah masih setengah-setengah dalam menangani kejahatan luar biasa ini, mustahil negara kita akan mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya. Tentu diperlukan sikap yang tegas untuk menghukum para koruptor. Hukuman paling berat yang mampu membuat mereka jera dan setidaknya membikin calon koruptor lainnya berpikir dua kali jika ingin melakukan tindakan ini.
Itulah lima faktor yang diduga kuat menyebabkan Indonesia tersendat dan selalu jalan di tempat. Untuk menanggulangi semua kekurangan di atas, tentu diperlukan kesadaran semua elemen bangsa. Jangan hanya berpangku tangan pada pemerintah. Apabila hal-hal di atas tak juga dibenahi, jangan harap Indonesia akan jadi pemimpin dunia atau setidaknya macan Asia.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…