Categories: Trending

Herlina, Si Pending Emas Pejuang Wanita untuk Irian Barat

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia telah merdeka. Tapi Belanda rupanya masih ingin menguasai Indonesia dengan tidak serta merta menyerahkan Irian Barat ke pemerintah Indonesia. Belanda berjanji akan menyerahkan bumi Cendrawasih ke tangan Indonesia setahun setelah kemerdekaan Indonesia. Tapi ternyata sampai lebih dari setahun, tanah Irian belum juga dikembalikan oleh Belanda.

Pemerintah kita langsung bertindak dengan menggalakkan operasi Trikora. Dalam operasi ini ternyata ada satu orang relawan wanita yang bersedia diterjunkan di tengah rimba Irian Barat. Ia adalah Herlina Kasim, atau Herlina si Pending Emas.

1. Merasa Terpanggil saat TRIKORA dicanangkan

Herlina adalah seorang anggota pers kelahiran Malang, 24 Februari 1941. Ketika Presiden Soekarno mencanangkan operasi Trikora untuk membebaskan Irian dari Belanda, Herlina sedang bertugas di Maluku. Kala itu, Herlina adalah pendiri Mingguan Karya yang berkantor di Ternate.

Mayjend Soeharto memimpin Komando Mandala dalam operasi TRIKORA [Image Source]
Mendengar adanya operasi militer Trikora, jiwa nasionalis dan petualang Herlina terpanggil untuk bergabung dalam operasi tersebut. Ia meminta ijin pada Panglima Kodam XVI Pattimura untuk diterjunkan ke rimba Irian dan berjuang bersama yang lain merebut Irian dari tangan Belanda.

2. Tak Cukup Hanya Bersuara tapi Juga Bertindak

Sebagai bagian dari Komando Mandala Operasi Trikora, Akhirnya Kodam Pattimura menerjunkan Herlina dan 20 orang sukarelawan lainnya di hutan rimba Irian Barat (sekitar Merauke sekarang). Dengan penerjunan ini, maka Herlina adalah pasukan wanita pertama di Indonesia yang terjun ke hutan Irian.

Herlina Kasim dengan para prajurit lainnya [Image Source]
Sebelum menjadi sukarelawati, bersama penduduk sekitar Herlina melakukan demonstrasi menentang Dewan Boneka bentukan Belanda dan mengajak mereka yang bergabung untuk berjuang merebut Irian Barat. Maluku sendiri kala itu menjadi garis depan yang kian memanas menyusul dibentuknya Dewan Boneka bentukan Belanda di Irian.

3. “Saya Berjuang Tidak untuk Mencari Hadiah”

Berkat kerelaannya berjuang di hutan Irian dan atas aksinya di Maluku, Herlina mendapatkan anugerah tanda jasa dari Presiden Soekarno. Tanda jasa itu adalah Pending Emas, yaitu sebuah ikat pinggang dari emas murni seberat 500 gram dan uang senilai Rp.10juta.


Herlina Kasim mendapat Pending Emas dari Presiden Soekarno [Image Source]
Sempat menerima tanda jasa ini, kemudian Herlina mengembalikan semua hadiah yang diberikan oleh Presinden-nya itu. Menurutnya, ia melakukan itu karena tulus ingin berjuang demi bangsanya bukan semata-mata untuk mencari hadiah. Ia juga merasa tak nyaman dengan seperjuangannya yang bahkan mengalami cacat selama merebut Irian Barat.

4. Menjadi Penerbit Surat Kabar Berita Harian Palsu

Pasca penerjunannya di operasi Trikora, pada 1965 kemampuan Herlina di bidang tulis menulis. Ia mendapat tugas dari Opsus (Operasi Khusus) Departemen Luar Negeri untuk menerbitkan surat kabar Berita harian palsu. Surat kabar ini kemudian disebarkan ke semenanjung Malaka. Isi dari surat kabar ini lebih banyak mengarah pada tindakan propaganda anti pembentukan negara Malaysia.


Presiden Soekarno melakukan pidato ganyang Malaysia [Image Source]
Dalam penyebaran surat kabar tersebut, Herlina menyamar sebagai nelayan dan masuk ke wilayah perairan Malaysia. Surat kabar yang telah diterbitkan ini akan disebar oleh para kurir yang telah bersiap di negeri Jiran. Peredaran surat kabar palsu ini akhirnya berhenti ketika pecah Gerakan 30 September.

5. Mengusulkan Nama Irian Dikembalikan Lagi

Setelah masa-masa pengabdiannya tersebut, sang Pending Emas tak terdengar kabarnya. Terakhir kali kabarnya menjadi perbincangan adalah ketika Peringatan 50 Tahun Trikora pada 19 Desember 2011 lalu. Dalam acara tersebut ia mengajukan usul pada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan DPR untuk mengubah nama Papua menjadi Irian kembali.

Masa senja Herlina Kasim [Image Source]
Menurutnya, nama Irian mengingatkan kembali bahwa NKRI adalah akhir dari seluruh rakyat Irian, seperti yang tercantum dalam arsip-arsip UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority) dan hasil PAPERA (Penentuan Pendapat Rakyat) pada 1969. Herlina juga menambahkan jika nama Papua lebih identik dengan gerakan OPM (Organsasi Papua Merdeka) yang bertentangan dengan semangat para pejuang Trikora.

Begitulah kisah semangat juang sang Pending Emas dari kota Malang ini. Ia memberikan pelajaran bahwa perjuangan memperebutkan dan mempertahankan kemerdekaan tak boleh berhenti setelah Indonesia merdeka. Herlina Kasim juga mengajarkan pada kita bahwa berjuang demi tanah air bukan semata-mata karena hadiah tapi karena rasa cinta dan memiliki tanah air itu sendiri.

Share
Published by
VeBee

Recent Posts

4 Kontroversi Seputar Doktif yang Kerap Bongkar Produk Skincare Overclaim

Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…

1 week ago

Serba-serbi Tol Cipularang yang Kerap Makan Korban, Mitos hingga Sejarah Pembangunan

Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…

1 week ago

4 Live Action Paling Booming di Netflix, Bisa Jadi Teman Malam Minggu

Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…

2 weeks ago

Fenomena Joged Sadbor yang Ubah Nasib Warga jadi Kaya, Benarkah Disawer Judol?

Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…

3 weeks ago

Pengusaha Budidaya Jamur Tiram Modal 100 Ribu Bisa Dapat Omzet Puluhan Juta Sekali Panen

Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…

3 weeks ago

6 Tahun Merawat Suami Lumpuh Sampai Sembuh, Perempuan Ini Berakhir Diceraikan

Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…

3 weeks ago