fi
Dalam urusan militer, di tahun 2015 lalu, peringkat Indonesia sudah naik dari kisaran 30-an ke urutan 12 dunia. Oleh karenanya, banyak negara, khususnya Amerika Serikat yang mulai ketar-ketir jika Indonesia benar-benar bangkit dan kembali menjadi “Macan Asia.”
Selain angkatan bersenjatanya, di Tanah Air ternyata juga memiliki ‘tentara’ yang siap berperang jika ada usikan, gangguan atau hal-hal yang meresahkan Indonesia dari luar, yaitu cyber squad atau tentara cyber. Walaupun secara resmi bala tentara ini tidak memiliki legitimasi secara hukum atau berbentuk badan nasional, akan tetapi jumlahnya cukup banyak dan siap menggempur siapa saja yang melangkahi kedaulatan dan harga diri Indonesia.
Berikut ini adalah aksi-aksi para hacker Tanah Air ketika melawan serangan cyber dari luar atau juga saat negara lain ‘mengganggu’ Indonesia.
Setelah hariah Australia, The Sidney Morning Herald, mempublikasikan aksi spionase pemerintah dari Negara Kanguru tersebut terhadap Indonesia, kondisi kedua negara menjadi memanas. Masalah ini diperparah dengan serangan defacing, spoofing dan hacking yang mengatasnamakan Anynomous Australia.
Hanya dalam waktu hitungan jam saja, Anonymous Australia memberikan klarifikasi bahwa pihak yang melakukan serangan tersebut memang ada yang berasal dari negara mereka, tapi mereka benar-benar tidak melakukannya. Bahkan Anonymous Australia juga bersedia memberikan bantuan kepada para hacker Indonesia untuk bersama menggempur situs-situs pemerintahan dan memohon agar para peretas dari Tanah Air berhenti menyerang website publik.
Bukan hanya sekali saja hacker Indonesia berseteru dengan para hacker dari Negeri Jiran, Malaysia. Ada beberapa ‘peperangan’ yang pernah terjadi di antara keduanya. Ketika munculnya hashtag #OpAustralia karena pemerintah Australia melakukan aksi penyadapan dan para hacker Indonesia menggempur website di negara tersebut, muncul satu rumor yang mengatakan bahwa ada oknum yang sengaja memancing di air keruh dan menurut pelacakan IP-nya berasal dari Malaysia.
Tentunya, dikarenakan serangan tersebut, beberapa kelompok hacker dari Malaysia juga melancarkan serangan balasan dan aksi defacing, spoofing sampai dengan serangan DDos bermunculan dari kedua negara.Beberapa hari setelah peperangan dilakukan, secara tiba-tiba kedua belah pihak saling mengendurkan serangan dan melakukan wait and see tanpa ada klarifikasi lebih lanjut.
Di tengah-tengah banyak umat Islam melaksanakan ibadah puasa, di tahun 2013 lalu ada ‘peperangan’ yang melibatkan hacker-hacker dari Tanah Air melawan peretas dari Bangladesh. Hal ini bermula dari diretasnya banyak sekali situs-situs Indonesia oleh sebuah kelompok hacker dari Bangladesh yang mengatasnamakan dirinya BD Gray Hat Hacker. Dikarenakan tidak memiliki sejarah konfrontasi dan menganggap bahwa hacker dari Bangladesh adalah saudara karena juga rata-rata beragama Islam, beberapa orang dari Indonesia meminta klarifikasi secara langsung ke fanspage BD Gray Hat Hacker. Namun justru pihak BD Gray Hat Hacker menuduh pihak Indonesiaplah yang terlebih dahulu menyerang situs-situs di Bangladesh dan mereka hanya melakukan serangan balasan.
Di tahun 2009 lalu, ada sebuah serangan beruntun ke ranah internet Indonesia yang dilakukan oleh para peretas dari Malaysia yang mendapatkan dukungan dari para hacker dari Cina. Tentu saja, tidak mau berpangku tangan saja, para peretas dari Indonesia melakukan serangan balasan walaupun mereka dikeroyok para hacker dari 2 negara.
Bermula dari saling ejek di dunia maya yang diteruskan dengan serangan ke ranah maya Indonesia oleh para peretas dari Myanmar pada tahun 2013 lalu, yang salah satunya adalah dengan melakukan defacing bergambar yang menghina Indonesia serta umat Islam, para hacker di Tanah Air geram dan melakukan serangan balasan. Hanya dalam waktu singkat saja, ratusan website di Myanmar runtuh oleh serangan dari para hacker Indonesia yang secara dilakukan secara serempak dan berkelanjutan. Bahkan, serangan-serangan yang dilakukan hacker dari Indonesia dilakukan secara sporadis tidak mempedulikan apakah website itu milik pemerintah atau umum.
Ketika semakin merananya rakyat Palestina akan kesewenang-wenangan pemerintah Israel, banyak hacker, khususnya hacktivist internasional, Anonymous, mengumandangkan perang terhadap Negara Zionis tersebut dengan menggunakan hashtag #OpIsrael. Tidak hanya dari berbagai negara saja, para peretas dari Indonesia juga turut menyumbang kekuatan dalam menggempur ranah cyber Israel. Akan tetapi, serangan dari Indonesia justru ditanggapi dingin dan dicemooh oleh para peretas dari Israel dengan mengatakan bahwa serangan tersebut hanya sedikit melukai saja dan mirip ulah anak kecil saja.
Sempat reda dan melakukan gencatan senjata setelah beberapa waktu sebelumnya terjadi perang di ranah cyber antara hacker Indonesia dan Filipina, pihak Filipina ternyata membatalkan secara sepihak kesepakatan tersebut dan kembali menyerang secara brutal website-website Indonesia di tahun 2015 lalu. Hal ini mereka lakukan setelah ada kabar tentang penjatuhan hukuman mati dari pengadilan Indonesia terhadap Mary Jane Veloso yang terbukti membawa barang-barang terlarang ke Tanah Air.
Tidak hanya perang antar-hacker saja, para peretas Indonesia juga pernah melakukan serangan satu arah ke beberapa negara, seperti ke Portugal, Kenya, Amerika Serikat sampai dengan Angola.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…