in

4 Hal Memilukan yang Dialami Pasca Terjadinya Gempa di Lombok

Rasa berduka, sedih, kehilangan jelas masih dirasakan oleh para penduduk Lombok yang terkena guncangan gempa 6,5 SR Minggu lalu. Ratusan kali guncangan susulan pun membuat penduduk merasa trauma, mereka takut jika guncangan akan terjadi mengingat gempa yang sangat massif.

Mereka berduyun-duyun pergi ke pengungsian karena rumah telah rata dengan tanah, barang-barang mereka juga tak terselamatkan. Dari bencana dahsyat ini, berikut hal memilukan yang dialami warga yang Boombastis rangkum dari berbagai sumber.

Ribuan rumah warga hancur dan rata dengan tanah

Rumah warga yang roboh [Sumber gambar]
Gempa 6,5 SR yang baru saja terjadi ini mengakibatkan banyak sekali kerugian materi. Mulai dari rumah warga, ruko, serta bangunan lain. Tercatat ada seribu lebih rumah warga yang mengalami kerusakan baik berat, sedang, hingga ringan. Dari kejadian ini, presiden RI, Joko Widodo sempat meninjau keadaan para pengungsi dan menanyakan perihal rumah mereka yang runtuh. Hingga saat ini, semua rumah beserta kerusakannya sedang dalam pendataan, nantinya pemerintah akan membantu warga membangun kembali seperti yang dilansir dari detik.com.

Para pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani

Suasana Rinjani saat gempa Lombok [Sumber gambar]
Gempa bumi ini berpusat di Gunung Rinjani, maka hal ini jelas memberi dampak kepada ratusan pendaki. Dilanir dari Liputan6.com, ada sekitar 829 orang yang mendaki Gunung Rinjani. Terdiri dari 637 adalah wisatawan asing dan 192 warga lokal. Sehari setelah gempa terjadi, Kepala Humas Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) telah mengevakuasi 429 orang pendaki. Sisanya masih ada 266 orang yang berada di posisi antara Danau Segara Anak dan Pelawangan Sembalun. Salah satu pendaki asal Makassar, Muhammad Ainul Taksim (25) meninggal dunia karena tertimpa batu longsor ketika berada di Gunung Rinjani.

Meninggalnya pendaki asal Malaysia

WNA Malaysia korban gempa [Sumber gambar]
Adalah Siti Nur Ismawida (30), pendaki asal Malaysia yang juga meninggal dunia. Berbeda dengan Ainul Taksim, Ismawida meninggal karena tertimpa reruntuhan tembok rumah warga Sembalun, Lombok, tempatnya menginap. Ia sebenarnya sedang dalam rangka liburan bersama 17 warga Malaysia yang lain untuk menaklukkan sang Rinjani. Sayang nasib belum berpihakpadanya karena nyawanya tak tertolong ketika tertimpa dinding rumah.

5 orang ibu melahirkan di pengungsian

Ibu-ibu melahirkan di pengungsian [Sumber gambar]
Hal yang tak kalah memilukan adalah para ibu yang harus melahirkan di pengungsian. Di tengah duka gempa, mereka tetap berjuang menyelamatkan dirinya dan bayi di tenda posko Kecamatan Sembalun, Lombok. Setidaknya ada 5 perempuan yang dibawa ke posko bencana karena unit puskesmas juga hancur rata dengan tanah. Seperti diberitakan kumparan.com, Dari lima orang itu, satu orang sudah melahirkan bayinya dalam keadaan sehat. Empat ibu lainnya masih ada yang bukaan 1, bukaan 2, bukaan 3, dan bukaan 7. Untungnya, semua bisa tertangani karena ada beberapa petugas medis yang membantu.

Ya,gempa Lombok memang masih menyisakan duka tersendiri. Warga masih bertahan di tenda dan tidak memilih ke puskesmas juga karena khawatir akan adanya gempa susulan. Tembok bangunan yang masih utuh juga bisa roboh satu ketika secara tiba-tiba. Untuk semua penduduk Indonesia, mari kita doakan semua saudara kita yang ada di Nusa Tenggara, semoga gempa dan bencana ini segera reda.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Selain Hukuman, Malaysia Juga Rasakan Hal ‘Pedih’ Ini Setelah Lecehkan Bendera Indonesia

Pelican Crossing Mulai Dibangun di Jakarta, Inilah Perbedaan dengan Jalur Penyeberangan Biasa