Di tengah susahnya cari kerja seperti sekarang ini, nama Freeport ibarat surga yang tak ternilai harganya. Bukan tentang emasnya yang banyak itu, namun rumor mengatakan ketika seseorang bekerja di Freeport mereka pasti akan sangat bahagia. Gaji besar, banyak tunjangan ini itu dan hal-hal yang bikin masa depan terjamin. Kesannya memang seperti itu, namun kita harus selalu ingat kalau rumor adalah sesuatu hal yang perlu pembuktian lebih dalam agar bisa dipercaya.
Ya, nyatanya kerja di Freeport tak seenak apa yang dipikir banyak orang. Utamanya karena lokasinya yang sangat jauh, apalagi yang kampung halamannya di Indonesia bagian barat. Namun, bukan hanya perkara jarak dan dan terpencilnya lokasi Freeport, tapi banyak faktor lain yang jadi alasan kenapa kerja di perusahaan milik Amerika itu tidak benar-benar enak.
Berikut adalah alasan-alasan kenapa bekerja di Freeport tidak selalu menyenangkan.
Menjadi penambang artinya selamat tinggal dengan cahaya matahari. Lebih spesifik lagi, kita akan menghabiskan selama 8 jam plus lembur di kedalaman tanah yang tak main-main. 1-2 kilometer di dalam tanah, tentu bukan hal yang enteng.
Risiko di dalam tanah juga sangat besar. Salah satunya adalah kemungkinan lorong-lorong di dalam tanah itu tertimbun tanah akibat gempa ataupun kesalahan lainnya. Mati sudah kalau posisinya seperti itu. Makanya, cukup pantas para pekerja Freeport dibayar mahal karena risiko mereka juga besar. Belum lagi tantangan yang lainnya adalah udara dingin luar biasa serta nafas tersengal karena kadar oksigen yang rendah.
Asumsi banyak orang, kerja di tambang pasti bayarannya besar. Apalagi perusahaannya sekelas Freeport yang sudah Internasional. Kesannya memang besar, namun jika disandingkan dengan berbagai fakta, gaji di Freeport tidaklah terlalu besar. Yang utama adalah risikonya, mau semahal apa pun bayarannya, kalau risikonya nyawa ya tetap murah sebanyak apa pun gajinya.
Gaji untuk pegawai Freeport dengan 0 tahun pengalaman adalah Rp 20 juta belum termasuk tunjangan-tunjangannya. Nilai ini bisa dibilang tidak terlalu besar dengan gaji penambang di negara lain. Di Australia, gaji untuk supir truk tambang bisa mencapai Rp 1,2 miliar pertahun. Jika diasumsikan gaji pegawai Freeport Rp 25 juta per bulan, dalam setahun mereka hanya akan mendapatkan sekitar Rp 300 juta saja. Gaji pegawai Freeport sendiri juga masih kalah dengan bidang usaha lain misalnya waitres di kapal pesiar. Asal tahu saja, mereka biasanya mengantongi lebih dari Rp 25 juta per bulannya.
Alasan kenapa seseorang bergaji besar salah satunya adalah biaya hidup yang juga besar. Seperti yang kita tahu, di Papua apa-apa memang mahal. Bahkan es teh saja bisa bisa sampai Rp 12 ribu. Makanya tak terlalu heran jika di sana gaji sangat tinggi, lebih-lebih Freeport
Memang benar jika Freeport menjamin tempat tinggal dan makan, namun kebutuhan pekerja bukan hanya itu. Mereka butuh membeli barang-barang, atau mungkin hiburan. Dengan mahalnya harga-harga di Papua, maka gaji tinggi seakan relevan. Justru sangat konyol kalau gajinya sama seperti di daerah-daerah lain.
Mengacu pada poin pertama tadi, memang tidak bisa dipungkiri jika menjadi pekerja penambangan risikonya besar, bahkan bisa-bisa mati. Namun, selain itu ada risiko lain yang dampaknya juga berujung pada kematian pula, khususnya di Freeport. Ya, apalagi kalau bukan kasus penembakan-penembakan misterius yang ditujukan kepada pegawai Freeport.
Seperti yang sudah cukup sering diberitakan, selalu saja ada kasus-kasus kematian pekerja Freeport karena ditembak. Bahkan hal tersebut juga pernah dialami oleh pekerja asing. Fakta ini makin melengkapi kenyataan jika bekerja di sana risikonya benar-benar sangat besar.
Setiap orang pasti tahu siapa pemilik tambang emas itu dan siapa yang menikmati hasilnya. Ya, tambang tersebut milik negara kita, namun sebagian besar bukan kita yang menikmati hasilnya, melainkan hanya beberapa persen saja. Melihat fakta ini, maka menjadi pegawai Freeport tentu adalah hal yang dilematis. Ibarat kasarnya, kita membantu pencuri mengambil televisi di rumah kita sendiri.
Beban moral pula kepada rakyat Papua yang bahkan tidak bisa segila di Jawa soal pendidikan, infrastruktur, dan pembangunan. Padahal dengan emas-emas itu, daerah ini sangat mungkin jadi megapolitan bahkan seperti Dubai. Ya, pada akhirnya ini semua dikembalikan lagi kepada masing-masing orang untuk menyikapinya.
Inilah fakta-fakta yang menunjukkan kalau kerja di sana ternyata tidak se-menyenangkan yang dikira banyak orang. Makanya, ketika ada rumor yang mengatakan ini itu, maka jangan mudah percaya dulu. Kaji faktanya dan kemudian temukan kebenaran di baliknya. Namun pada akhirnya, hidup adalah pilihan, terserah persepsi masing-masing untuk menyikapinya bagaimana.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…