Penyakit difteri ternyata telah menjadi ancaman di Kota Malang. Hal ini diketahui dari adanya 212 siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Malang, dinyatakan positif carrier difteri atau orang yang membawa bakteri difteri. Dilansir dari Liputan 6, difteri juga terdapat pada 42 siswa dan 20 guru di SMA Negeri 7 Kota Malang, yang juga positif sebagai carrier.
Atas temuan tersebut, kegiatan belajar dan mengajar sempat diliburkan oleh masing-masing sekolah. Difteri yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae tersebut, sejatinya tergolong penyakit yang langka, dengan kasus kurang dari 15 ribu per tahun di Indonesia. Karena difteri tergolong penyakit menular berbahaya, ada baiknya kita simak ulasan yang dikutip dari laman alodokter.com berikut ini.
Bakteri Corynebacterium diphtheria yang bisa menyebarkan dirinya, menjadi penyebab adanya difteri. Karena sifatnya yang menular, penyakit ini bisa menjangkiti seseorang yang tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur penderita difteri saat batuk atau bersin. Tak hanya itu, penularan juga bisa melalui gelas atau sendok yang terkontaminasi air liur penderita.
Mereka yang hidup di area padat penduduk atau memiliki tingkat kebersihan yang buruk, sangat rentan terpapar difteri. Terlebih jika memiliki riwayat imunisasi yang tidak lengkap, risiko terserang akan lebih tinggi daripada mereka yang telah diimunisasi difteri. Tak hanya itu, mereka yang memiliki daya tubuh rendah, juga berpotensi untuk terjangkiti virus Corynebacterium diphtheria penyebab difteri.
Saat difteri menyerang seseorang, ada beberapa gejala yang bisa dirasakan dan dilihat secara fisik. Hal yang paling mencolok adalah munculnya benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, penderita difteri umumnya akan merasakan gejala lain seperti sakit pada tenggorokan, batuk, pilek, demam hingga menggigil dan merasa lemas.
Jika penderita difteri tergolong akut, biasanya akan muncul gejala seperti gangguan penglihatan, keringat dingin,sesak napas, jantung berdebar, dan kulit pucat atau membiru. Jika tidak segera dilakukan penanganan, bakteri penyebab difteri bisa mengeluarkan racun yang dapat merusak sejumlah organ, seperti jantung, ginjal, atau otak. Jelas, penyakit satu ini sangat berbahaya bagi manusia.
Penyakit difteri sejatinya bisa dicegah mulai usia dini, terutama saat pemberian imunisasi DPT yang dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis), pada fase awal tersebut. Dilansir dari laman alodokter.com, Pemberian vaksin ini dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun. Tak hanya itu, vaksin sejenis DPT (Tdap atau Td) juga bisa diberikan pada rentang usia 10,12 hingga 18 tahun agar memberikan perlindungan yang optimal.
BACA JUGA: Selain Cacar Monyet, 5 Penyakit dari Hewan Ini juga Menular ke Manusia
Meski positif carrier difteri, bukan berarti orang tersebut menderita penyakit difteri pada tubuhnya. Hanya saja, ada kuman yang masih ada dan dibawa (carrier) pada tubuhnya sehingga disebut sebagai carrier difteri. Mudah-mudahan bisa segera ditangani ya Sahabat Boombastis.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…