PT. Freeport adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas dari sahamnya dimiliki oleh Freeport-MCMoRan Copper & Gold Inc, sebuah perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat. Freeport sudah melakukan eksplorasi emas di Papua sejak tahun 1967 di tambang Erstberg dan pada 1988 di tambang Grasberg. Tambang tersebut berada di kawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.
Perusahaan ini berkembang menjadi perusahaan yang memiliki penghasilan “raksasa” yaitu sebesar 2,3 milyar dolar AS. Mereka juga pernah mencapai harga emas paling tinggi selama 25 tahun terakhir pada posisi 540 dolar per ons. Freeport sering menjadi kontroversial di antara masyarakat karena beberapa isu, antara lain isu eksploitasi yang meresahkan. Apa saja fakta dibalik perusahaan emas raksasa yang meraup keuntungan dari Indonesia ini?
Perusahaan ini sudah mendapat teguran keras dari Kementrian Lingkungan Hidup sejak tahun 1997. Perusahaan mereka dianggap telah melanggar aturan perundang-undangan lingkungan hidup. Menurut perkiraan, penambangan PT ini telah menghasilkan limbah sebanyak 6 miliar ton. Jumlah tersebut kira-kira dua kali lipat dari bahan bumi yang digunakan untuk membuat Terusan Panama.
Kebanyakan dari limbah tersebut dibuang ke sekitar lokasi penambangan. Sebagian dari limbah juga mengalir ke sungai-sungai yang mengaliri dataran rendah yang dekat dengan Taman Nasional Lorentz, sebuah daerah hutan hujan tropis yang telah diberkan status “khusus” oleh PPB. Masalah lingkungan hidup ini tampaknya diabaikan oleh PT. Freeport dan mereka terus saja melakukan eksploitasi sehingga gunung emas di Papua malah berbentuk seperti lubang raksasa yang mengerikan.
Dari dokumen-dokumen Freeport yang dikumpulkan dari berbagai media, sejak tahun 1998 hingga 2004, Freeport memberikan dana sebanyak hampir 20 juta dolar kepada para jenderal, kolonel, mayor dan kapten militer polisi. Setiap komandan menerima puluhan ribu dolar untuk menjaga dan mengamankan Freeport. Tidak sembarang orang bisa masuk ke PT ini, meskipun dalam misi mencari berita.
Dalam waktu singkat, Freeport telah menghabisan 35 juta doar untuk membangun infrastruktur militer seperti barak, kantor pusat, ruang makan dan lain-lain. Para penjaga keamanan tersebut juga diberi fasilitas berupa mobil jenis Land Rover dan Land Cruiser yang rutin diganti setiap beberapa tahun sekali. Tidak heran jika PT ini selalu sepi dari publikasi media.
Dalam video singkat ini diperlihatkan bagaimana pengeboman gunung dilakukan untuk mengeruk emas dari perut bumi Papua. Tambang Grasberg di Papua adalah tambang emas terbesar di dunia dan merupakan tambang tembaga terbesar ketiga di dunia. Biaya yang dikeluarkan untuk tambang gunung ini sebesar 3 miliar dolar AS. Pada tahun 2004, tambang ini diperkirakan memiliki cadangan 46 juta ons emas. Pada 2006 produksinya adalah sejumlah 58.474.392 gram emas.
Gunung ini memang sudah menarik perhatian para ilmuwan sejak tahun 1936. Pada tahun ini, seorang ahli geologi dari Belanda bernama Jean-Jeacques Dozy membuat sebuah catatan dimana dia menyatakan rasa herannya dengan batu hitam dengan warna kehijauan yang ada di gunung-gunung Papua. Dua puluh tahun kemudian ahli Geologi Forbes Wilson yang sedang bekerja untuk Freeport membaca catatan tersebut. Dia kemudian melakukan ekspedisi bersama Del Fint dan menemukan deposit tembaga yang sangat besar di bumi Papua pada tahun 1960.
Pada Mei 2013 Freeport pernah mengalami bencana longsor yang cukup besar. Pada video amatir yang diambil oleh seorang karyawan Freeport ini menunjukkan suasana panik pasca longsor terjadi. Beberapa karyawan berusaha menyelamatkan teman-teman mereka yang terjebak di reruntuhan. Sayup-sayup dalam video ini kita bisa mendengar orang meminta tolong.
Sekitar 34 pekerja PT Freeport Indonesia yang masih training dikabarkan tewas tertimpa longsor, setelah mengikuti kelas sekitar pukul 07.00, Selasa waktu Papua, 14 Mei 2013. Menurut seorang pekerja di sekitar lokasi kejadian, musibah longsor terjadi di UG QMS, tempat training annual refresher.
Pada 21 Februari 2006, terjadi pengusiran terhadap penduduk setempat yang melakukan pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi Freeport di Kali Kabur Wanamon. Pengusiran dilakukan oleh aparat kepolisian yang bekerjasama dengan pihak keamanan Freeport. Pengusiran inipun berakhir dengan penembakan dan konflik antara Freeport dan warga sekitar.
Pendudukan sekitar yang mengetahui kejadian tersebut kemudian menduduki dan menutup jalan utama menuju Freeport di Ridge Camp, Mile 72-74 selama beberapa hari. Jalan itu merupakan akses satu-satunya ke tambang Garsberg. Beberapa hari setelah kejadian ini banyak aksi demo yang dilakukan masyarakat umum dan mahasiswa menuntut PT Freeport ditutup karena dianggap telah semena-mena pada warga sekitar.
Demikianlah beberapa fakta mengenai PT Freeport dan penambangan emas terbesar yang ada di Papua. Sudah tidak terhitung banyaknya keuntungan yang diraup negara tersebut dari hasil kekayaan bumi Indonesia. Tidak cukup dengan itu, perusahaan tersebut juga dengan semena-mena mengusir para warga sekitar, yang hidupnya ada di garis kemiskinan di tengah megahnya Freeport dan fasilitas yang mereka miliki.
Sudah terlambat untuk mencegah, emas-emas sudah terlanjur dikeruk dan kesepakatan pengerukan masih akan terus berlanjut hingga beberapa puluh tahun mendatang. Semoga penambangan yang tampak sangat eksploitatif ini tidak berujung pada bencana dan hal ini tidak pernah terulang lagi di negara kita. (HLH)
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…