Selama ini, Arab Saudi dikenal sebagai negara di kawasan Timur Tengah yang memiliki kebijakan ketat soal peraturan di negaranya. Saking ketatnya, mereka yang dinilai terlalu ‘kritis’ terhadap pemerintah, bakal dibungkam seketika. Hal inilah yang kini dialami oleh Jurnalis senior Arab Saudi, Jamal Khashoggi.
Wartawan yang kerap mengkritisi kebijakan pemerintahan Arab Saudi itu, dikabarkan menghilang setelah memasuki Kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Beredar kabar, sang Jurnalis dibunuh secara keji oleh sekelompok orang secara diam-diam. Berita kematiannya pun beredar luas dan memancing reaksi internasional. Lantas siapa sebenarnya Jamal Khashoggi dan mengapa ia dilenyapkan.
Dilansir dari internasional.kompas.com, Jamal Khashoggi memulai karier sebagai seorang jurnalis di sebuah koran berbahasa Inggris, Saudi Gazzete, pada era 1990-an. Hal ini dilakukannya setelah lulus dari Indiana State University, Amerika Serikat jurusan pendidikan Administrasi Bisnis.
Salah satu penyebab kematian Khashoggi, disinyalir berasal dari kritikan tajam kepada pemerintah Arab Saudi melalui tulisan-tulisannya. Tak heran, kenekatannya mempertahankan idealismenya itu akhirnya berbalik mengancam dirinya sendiri. Secara otomatis, Khashoggi pun langsung dicap sebagai musuh negara.
Setelah berada di Negeri Paman Sam, Khashoggi terdaftar sebagai salah seorang kolumnis di media internasional yang berbasis di ibu kota Amerika Serikat, The Washington Post. Dilansir dari internasional.kompas.com, dirinya telah menulis banyak artikel kolom di media tersebut sejak Maret 2018. Setelah Pangeran Mohammed bin Salman melakukan restrukturisasi besar-besaran di dalam tubuh pemerintahan Arab Saudi, Khashoggi termasuk orang yang berpotensi ditangkap atas kritik-kritik tajamnya di media.
Pada 2 Oktober 2018 lalu, Jamal Khashoggi dilaporkan hilang ketika mendatangi gedung Konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Kedatangan sang jurnalis itu sejatinya hendak mengurus dokumen pernikahan dengan sang tunangan, Hatice Cengiz.
Saat dinyatakan hilang, aparat berwenang Turki mengklaim Jamal di eksekusi di dalam kantor konsulat, berikut dengan barang bukti rekaman audio interogasi hingga pembunuhan. Menurut Al Jazeera yang dikutip dari internasional.kompas.com, jurnalis senior itu dimutilasi bagian tubuhnya hanya dalam waktu 7 menit saja.
Cepat atau lambat, mereka yang terlibat dalam kasus pembunuhan tersebut akan terkuak ke permukaan. Mungkin, para pembunuh merasa dirinya bisa lolos dari tindakan hukum karena jejaknya tak bisa ditemukan. Yang jelas, peristiwa yang dialami oleh Jamal di atas, merupakan sebuah potret nyata. Betapa pemerintah seolah memiliki kuasa menghilangkan nyawa seseorang yang dianggap tak sejalan dengan kebijakannya.
Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…