Setiap profesi yang dijalani seseorang, pasti memiliki resiko dalam menjalankannya. Ibaratnya penjual minyak wangi resikonya beraroma harum terkena minyak wanginya, begitu pun tukang jualan bensin yang suatu waktu akan terkena cairan bensin. Begitu juga dengan abdi negara, TNI di tanah air. Mereka pun memiliki berbagai resiko mulai dari ancaman musuh, kekerasan fisik, hingga luka akibat senjata di sekitar mereka.
Seperti yang kita ketahui, anggot TNI memang kerap mempertaruhkan nyawanya bagi negara. Dan kasus yang baru terjadi adalah meninggalnya empat anggota TNI AD. Keempatnya meninggal akibat senjata Giant Bow Cannon pada gladi bersih pembukaan latihan PPRC di Kepulauan Riau. Seperti apa Giant Bow Cannon yang menewaskan empat orang itu, berikut ini beberapa faktanya.
Giant Bow Cannon adalah senjata panah raksasa. Memiliki fungsi sebagai penangkis serangan udara, senjata ini dibuat oleh negara China pada tahun 2000 silam. Giant Bow Cannon terdiri dari meriam 23 mm/Giant Bow yang memiliki laras ganda kaliber kecil sehingga masuk kategori Twin Gun. Selain meriam, Giant Bow Cannon juga terdiri atas kendaraan Battery Command Vehicle (BVC). Kendaraan BVC ini sebagai Firing Control System (FCS) dari meriam 23 mm/Giant Bow dan juga sebagai sistem komando.
Alat utama sistem pertahanan ini diketahui sebagai senjata efektif guna melawan sasaran udara yang terbang rendah. Selain itu, alat ini juga memberikan aplikasi pengoperasian pertahanan udara yang memiliki mobilitas tinggi. Arhanud TNI AD saat ini menggunakan Giant Bow Cannon sebagai pertahanan titik. Kabarnya, belasan unit Giant Bow Cannon menyebar di satuan Arhanud TNI AD.
Senjata buatan China itu bisa dioperasikan dalam tiga metode berbeda. Pertama, mode otomatis penuh yang dikendalikan otomatis melalui BCV. Kedua, mode semi otomatis yang dikendalikan dengan dukungan tenaga listrik dari baterai yang dimiliki meriam tersebut. Ketiga, mode manual yang sepenuhnya dioperasikan oleh awak meriam.
Giant Bow dikembangkan oleh pabrikan senjata Norinco milik China. Alat ini merupakan senjata yang sama (jiplakan) seperti buatan Soviet dengan nama Zu-23-2 Sergey. Pertahanan udara di Indonesia telah memakai senjata sejenis Giant Bow yaitu turunan dari Zu-23-2 yang modern yakni Zu-23-2KG Gun/ Misille.
Menurut pernyataan Brigadir TNI Alfret Denny Tuejeh selaku Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), kecelakaan terjadi ketika geladi resik kedua menjelang pembukaan latihan PPRC di Natuna pada Rabu 17 Mei 2017 lalu. Padahal saat geladi bersih pertama, tak ada halangan dan semua berjalan lancar. Kecelakaan yang menewaskan empat orang dan sebanyak 8 orang luka-luka itu terjadi saat latihan menembak altileri pertahanan udara. Kasus ini sedang dalam proses penyelidikan dan dugaan sementara ada malfungsi yang menyebabkan kecelakaan.
Korban meninggal dunia segera diantarkan jenazahnya di rumah duka masing-masing, sedangkan beberapa orang yang luka-luka dievakuasi ke rumah sakit terdekat. Adapun korban meninggal yakni Pratu Marwan, Praka Edy, Danri Kapten Arh Heru, dan Pratu Ibnu Hidayat. Seluruh korban diketahui berasal dari satuan Yon Arhanud 1 Kostrad.
Itulah beberapa fakta Giant Bow Cannon, senjata yang menewaskan 4 anggota TNI AD. Hingga kini sedang dilakukan penyelidikan lebih lanjut tentang apa sebenarnya penyebab kecelakaan mengingat gladi bersih pertama yang dilakukan berjalan lancar-lancar saja.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…