Bendera Merah Putih merupakan salah satu lambang negara yang harus dihormati. Merah berarti berani, putih berarti suci. Secara etimologi, bendera merupakan secarik kain kibaran yang berwarna, kadang juga bergambar dan/atau bertulisan, yang dikibarkan sebagai lambang cita dan tanda kehormatan dari yang menggunakan. Kata bendera itu sendiri berasal dari Bahasa Portugis, yaitu Bandara yang berarti kibaran cita.
Baca Juga :5 Fakta Tentang Mematikannya Militer Turki yang Harus Kamu Tahu
Nah, dibalik berkibarnya Bendera Merah Putih sebagai bendera negara, ada banyak fakta yang menyimpulkan bahwa Bendera Merah Putih memang sudah pernah berkibar ratusan tahun lalu di tanah Indonesia. Jadi bukan barang baru lagi jika Bendera Merah Putih menyimpan segudang sejarah yang harus kita ketahui. Berikut kami bahas fakta-fakta berkibarnya merah putih sejak 13 abad yang lalu.
Kerajaan Majapahit merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Indonesia. Wilayahnya tak kurang dari luasnya Pulau Jawa, Pulau Sumatera, sebagian Pulau Kalimantan, Semenanjung Malaya, dan sebagian wilayah Indonesia Timur. Di masa jayanya, Kerajaan Majapahit sudah menggunakan warna merah dan putih sebagai bendera kerajaan. Hal ini diketahui dari umbul-umbul yang biasa mereka gunakan, yang disebut sebagai Umbul-umbul Abang Putih.
Warna merah dan putih itulah yang menjadi warna panji-panji prajurit Kerajaan Majapahit kala itu. Filosofi ini juga tampak pada penamaan pasukan Kerajaan Majapahit yang dinamakan Prajurit Gula Kelapa. Gula Kelapa itu berwarna merah dan terbuat dari sari buah kelapa yang berwarna putih. Selain itu, prajurit Majapahit ada juga yang menyebutnya sebagai Prajurit Getih-Getah yang bermakna Getih (darah) berwarna merah dan Getah berwarna putih.
Candi Borobudur juga tak ketinggalan memberikan bukti lekatnya warna merah dan putih terhadap sejarah Bangsa Indonesia. Candi yang dibangun pada masa Dinasti Syailendra pada abad ke-8 M ini memiliki bukti relief di salah satu dindingnya yang menggambarkan tiga orang hulubalang membawa umbul-umbul berwarna gelap dan terang, diduga melambangkan warna merah dan putih.
Keterangan untuk ukiran tersebut menyebutnya sebagai Pataka atau Bendera. Catatan-catatan lain di sekitar Borobudur juga sering menyebut Bunga Tunjung Mabang (Merah) dan Bunga Tunjung Maputeh (Putih). Ukiran yang sama juga tampak di dinding Candi Mendut, tidak jauh dari Candi Borobudur, yang kurang lebih bertarikh sama. Ini berarti, merah putih sudah dikibarkan 13 abad yang lalu.
Kerajaan Bone didirikan tahun 1330 M dan setelahnya mengalami penaklukkan oleh Kerajaan Gowa yang berpusat di Makassar. Untuk memperoleh kemerdekaan, Kerajaan Bone harus menunggu sampai tahun 1669 di bawah pimpinan Arung Palakka. Saat itu Arung Palakka berhasil mengembangkan Bugis menjadi kekuatan maritim besar. Untuk memperoleh kemerdekaan Bone, Arung Palakka bersekutu dengan Belanda untuk mengalahkan Kerajaan Gowa.
Menariknya, bendera berwarna merah dan putih pernah berkibar dalam persekutuan Kerajaan Bone dan Belanda ini. Hal ini diketahui dari penemuan bendera dan lambang Kerajaan Bone oleh Perelaer di pertengahan abad ke-19. Sebelum era Arung Palakka, bendera Merah dan Putih menjadi lambang kekuasaan dan kebesaran Kerajaan Bone. Bendera Bone itu dikenal dengan nama Woromporang.
Sisingamangaraja merupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dia adalah tokoh pemersatu. Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, saat Raja Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Kemudian ada 12 orang yang melanjutkan Dinasti Sisingamangaraja, dan yang paling dikenal adalah Sisingamangaraja XII yang ditampilkan dalam mata uang Rp. 1000,- oleh Bank Indonesia.
Dalam keterkaitan Sisingamangaraja dengan bendera merah putih, ternyata warna merah dan putih menjadi bendera perang mereka. Bendera perang tersebut bergambarkan pedang kembar berwarna putih dengan warna putih sebagai warna dasar beserta warna merah yang menyala. Warna merah dan putih ini adalah bendera perang Sisingamangaraja XII. Dua pedang kembar ini melambangkan Piso Gaja Dompak, pusaka raja-raja Sisingamangaraja I-XII.
Aceh merupakan salah satu wilayah yang cukup sulit ditaklukkan oleh Belanda, padahal posisinya sangat strategis sebagai pusat pertemuan laut dan perdagangan di Semenanjung Malaka. Saking susahnya, pemerintah Belanda mengirim khusus Prof. Crinstian Snouck Hurgronje untuk melakukan pengamatan di Aceh guna mengetahui kekuatan lawan dari dalam.
Selama melakukan perlawanan, pejuang Aceh memakai umbul-umbul berwarna merah dan putih sebagai bendera perlawanan. Dalam bendera itu tergambar pedang, bulan sabit, matahari, dan bintang serta beberapa ayat suci Al Qur’an yang disematkan dalam bendera tersebut.
Bendera berwarna merah dan putih juga pernah berkibar di era perjuangan Pangeran Diponegoro. Beliau merupakan salah satu pejuang kemerdekaan yang banyak menginspirasi Bangsa Indonesia. Beliau sebenarnya memiliki darah bangsawan yang seharusnya memberikannya akses mudah untuk berhubungan dengan Belanda. Namun, sebagai seorang pribumi, Pangeran Diponegoro lebih suka membela rakyat kecil ketimbang harus bersahabat dengan Belanda.
Di tahun 1825-1830 M Beliau mengibarkan perang terhadap Belanda yang dikenal sebagai Perang Jawa. Meski pada akhirnya Pangeran Diponegoro harus kalah karena dicurangi, api perlawan Pangeran Diponegoro ini cukup dikenang hingga sekarang. Nah, dalam Perang Jawa inilah panji-panji berwarna merah dan putih berkibar sebagai sebagai bendera perlawanan Pangeran Diponegoro.
Baca Juga :5 Kebiasaan Unik Pangeran Diponegoro Ini Jadi Bukti Pahlawan Hebat Juga Manusia Biasa
Nah, itulah fakta-fakta berkibarnya Bendera Merah Putih sejak 13 abad yang lalu. Ternyata pemilihan warna merah dan putih sebagai bendera kenegaraan memang tidak sembarangan, karena merah dan putih ternyata memang sudah memiliki akar yang kuat dengan Bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, kita harus menjaga Bendera Merah Putih sebagai lambang martabat dan kehormatan Indonesia.
Akhirnya kejadian, seorang petugas pemadam kebakaran Depok gugur ketika melakukan tugasnya. Dia adalah Martin Panjaitan,…
Menjelang pemilu yang semakin dekat, sejumlah daerah mengadakan debat calon kepala daerah untuk memperkenalkan visi…
Kasus penahanan seorang guru bernama Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik. Perempuan…
Solo yang dikenal dengan kota yang tenang, baru-baru ini terdapat kejadian yang menghebohkan. Kota Solo…
Fomo (fear of missing out) adalah rasa takut ketinggalan akan sesuatu hal yang sedang tren.…
Drama Korea sering kali memberikan kisah-kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup…