Ada kurang lebih 350 tahun di tambah dengan 2,5 tahun Indonesia dijajah oleh penjajah Belanda dan Jepang. Perhitungan tersebut belum termasuk ketika masuknya bangsa Spanyol dan Portugis di Indonesia pada abad permulaan.
Sebelum masuknya bangsa asing di Tanah Air, seluruh wilayah di Indonesia dikuasai oleh banyak kerajaan, baik yang berskala kecil maupun yang besar. Namun karena kesewenang-wenangan para ‘pengunjung’ dari negara lain yang tidak hanya datang untuk berbisnis saja, melainkan juga untuk menguasai setiap jengkal dari tanah Indonesia, maka secara serempak seluruh kerajaan dan segenap masyarakat di Tanah Air mengangkat senjata serta mengusir para penjajah dari Bumi Pertiwi.
Setelah era kemerdekaan dan Indonesia berhasil lepas dari cengkeraman tirani, ada banyak sekali peninggalan para penjajah yang sampai sekarang ada yang sudah mulai hancur termakan waktu dan ada pula yang masih terjaga kelestariannya. Mulai dari bangunan, arsitektur dan tata kota, peninggalan persenjataan sampai dengan budaya juga adatnya menjadi bagian dari masyarakat di Indonesia hingga kini.
Salah satu dari peninggalan negatif yang tetap digunakan atau dianut oleh masyarakat Indonesia secara langsung atau tidak langsung adalah pola pikir dan adat kebiasaan. Berikut ini adalah beberapa contoh dari peninggalan-peninggalan tersebut.
Secara umum, penyebutan, istilah atau penyematan kata “mister” merupakan bentuk penghormatan yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia terhadap orang asing yang memiliki karakteristik tubuh tinggi besar, berkulit putih, berwajah khas ras Kaukasoid, (mayoritas) berambut pirang dan berhidung mancung atau biasa dipanggil dengan sebutan “bule” tersebut.
Memang, dalam artian sebenarnya, mister merupakan cara baca akan istilah “Mr” yang digunakan sebagai bentuk formal sebelum menyebut nama seseorang yang tidak dikenal sebelumnya, memiliki kedudukan tinggi atau juga yang memiliki pengaruh akan sesuatu.
Akan tetapi, pada zaman penjajahan, banyak orang Indonesia terbiasa untuk memanggil orang asing dengan sebutan mister bukan sebagai penghormatan penyebutan nama orang yang bersangkutan, melainkan merupakan cara mudah untuk melafalkan kata “master” atau “tuan.”
Budaya pemanggilan mister terhadap orang asing ini sampai sekarang tetap digunakan untuk memanggil atau menyebut orang asing yang tidak dikenal di Indonesia.
Tentunya Anda pernah mendengar, bahkan pernah sadar atau tanpa sadar menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan orang asing atau produk buatan luar negeri, apa saja yang berasal dari Indonesia pasti kalah, seperti contohnya;
“Tentu saja barang ini buatan Amerika Serikat, jelas lebih unggul dibanding buatan Indo (Indonesia),” “Jelas kalah, lawannya orang bule,” dan masih banyak lagi lainnya.
Sifat mengkerdilkan diri atau bangsa sendiri ini sudah terpupuk sejak dulu kala ketika para penjajah masih bercokol di Bumi Pertiwi. Hal ini dikarenakan sebelum para penjajah masuk dan menguasai Indonesia, segala hal yang ada di Tanah Air dapat dikatakan masih sangat terbelakang dibandingkan dengan kemajuan zaman dan moderenisasi dari bangsa-bangsa Eropa dan sekitarnya.
Walaupun sekarang ini sudah banyak orang Indonesia yang mulai bangkit dan tidak ingin kalah ataupun diremehkan bangsa lain, akan tetapi tidak sedikit dari masyarakat Indoensia yang memiliki perasaan selalu kalah dan kerdil jika bersaing dengan bangsa lain.
Indonesia adalah salah satu atau bahkan mungkin satu-satunya negara di dunia yang memiliki keragaman budaya di dalamnya. Hal ini dikarenakan terdapatnya berbagai macam suku, budaya, bahasa sampai dengan tata cara kehidupan yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya.
Dengan keragaman tersebut, harusnya masyarakat Indonesia dapat melestarikan kebudayaan sendiri, terlebih bangga untuk menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya saja mengenakan batik tidak hanya ketika ada momen pernikahan atau acara formal saja, melainkan di segala suasana atau lainnya.
Sayangnya, alih-alih bangga akan budaya sendiri, sekarang ini justru masyarakat Indonesia, para kaum muda pada khususnya, lebih menggemari dan mengagung-agungkan budaya luar negeri yang dirasa lebih keren dibanding budaya sendiri, contohnya saja tren Jepang, Korea, Amerika Serikat sampai dengan budaya yang berasal dari Timur Tengah.
Dengan menganggungkan budaya asing di atas budaya sendiri, tentu saja tidak heran ada yang mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah negara kaya budaya yang sudah kehilangan jati dirinya sendiri.
Sampai sekarang mungkin sudah tidak terhitung berapa banyak orang asing yang masuk ke Indonesia dengan tujuan berbisnis hingga bekerja. Khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan, banyak perusahaan di Tanah Air yang mempekerjakan orang asing untuk bekerja di tempat mereka.
Seperti disebutkan di poin di atas, stereotype bahwa orang asing lebih hebat dan lebih pintar dari orang lokal masih tetap terjaga dan tumbuh subur hingga sekarang ini. Contohnya saja, orang asing yang bekerja di sebuah perusahaan akan langsung dapat menjabat atau menduduki posisi sentral atau penting dengan gaji yang lebih besar dibandingkan dengan orang lokal yang kurang lebih setara jabatannya atau yang sudah mengabdi selama bertahun-tahun.
Tentu saja, hal ini terkadang memunculkan gap dan rasa iri dari orang lokal terhadap orang asing yang bekerja dalam satu perusahaan. Pada dasarnya, jika berani dibuat perbandingan dan bersaing, tidak sedikit dari para pekerja asal negeri sendiri yang memiliki kualitas di bawah orang asing.
Bahkan hal tersebut dapat dibuktikan dengan moncernya beberapa orang Indonesia ketika mereka bekerja di luar negeri. Tidak sedikit pula yang berhasil terkenal dan menjabat posisi penting di sebuah perusahaan di luar negeri.
Kira-kira apa lagi ya yang mencerminkan bahwa orang Indonesia masih ada yang bermental jongos dan mengagungkan orang asing?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…