Masih ingat dengan bunga gelombag cinta yang sangat diburu beberapa tahun silam? Bunga dengan daun bergelombang ini bisa dihargai puluhan juta oleh para kolektor karena punya keunikan tersendiri dan bisa dijadikan investasi. Mirip seperti gelombang cinta, sekarang, ada jenis daun tanaman liar dari Kalimantan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena beberapa khasiat yang dikandungnya serta bisa dijual dengan harga fantastis.
Tanaman yang disebut daun Sapat atau Mahang Damar ini bisa dengan mudah ditemukan di daerah Hulu Sungai Utara. Kabar lainnya lagi, tanaman ini sudah dikenal hingga negeri Paman Sam. Kira-kira seberapa hebat daun ini ya? Yuk simak ulasannya di bawah ini!
Kayu Sapat memiliki nama ilmiah Macaranga triloba. Tanaman Sapat ini memang bisa tumbuh liar di persawahan dan rawa sekitar daerah Hulu Sungai Utara dengan tinggi mencapai 35 meter. Ada lima jenis kayu Sapat yang bisa diambil oleh masyarakat, yaitu tangkai hijau, putih, merah muda, merah tua, dan hijau tanduk. Mulai tahun 2015 lalu, para warga di Barabai, Amuntai gencar mencari tanaman ini untuk diambil dan ditukar dengan rupiah.
Sebelum daun kayu Sapat ini menjadi incaran, masyarakat sekitar menumpukan ekonomi mereka dengan mencari ikan dan bertani. Hampir semua masyarakat hidup dari hasil menyetrum ikan dan bertani Kayu Rabah. Namun, karena ikan semakin sedikit dan kayu Rabah mulai tidak ramah untuk lahan pertanian, daun kayu Sapat seolah menjadi oase untuk kesulitan ekonomi yang melanda warga. Mereka berduyun memetik daun sapat dan menjualnya kepada pengepul.
Ada satu faktor yang membuat masyarakat tak pernah lelah mencari daun Sapat ini. selain tumbuh liar di hutan, proses pengelolahan daun ini juga sangat mudah. Setelah dipetik, cukup jemur di bawah terik matahari selama kurang lebih 9 jam sampai benar-benar kering. Daun yang kering itu bisa langsung diremukkan manual dengan tangan dan kaki, atau bisa juga digiling menggunakan mesin penggiling tepung.
Menurut pengakuan Nasrullah, salah satu warga yang bisa menambah pundi-pundi uang dari berjualan daun Sapat, daun ini dijual 2-3 ribu per kilo jika dalam keadaan basah. Sedangkan daun yang sudah kering bisa dihargai 10 ribu rupiah. Menurut kabar, daun Sapat ini digunakan sebagai obat herbal yang bisa mengatasi penyakit diabetes, hipertensi, kolesterol, serta gula darah. Daun yang berhasil mensejahterakan masyarakat ini sudah di ekspor ke luar negeri meliputi Buntok, Tiongkok bahkan Amerika.
Karena terus diburu, tentulah daun ini menjadi semakin sedikit. Di balik banyaknya rupiah yang dihasilkan, beberapa warga mengeluh karena pohon yang sengaja di tanam di lahannya dicuri daunnya dan ditebang. Tak hanya itu, pencarian daun berakhir petaka juga dialami oleh keluarga Matruji dan Sinah. Sepasang suami istri itu harus kehilangan anak laki-lakinya yang masih kelas 6 SD. Inan yang masih berusia 13 tahun tewas tersambar petir saat sedang mengambil daun Sapat.
Nah, sudah tau bukan seberapa berharganya daun ini jika sampai ada yang rela bertaruh nyawa untuk mendapatkannya? Beberapa dari warga Barnabai bahkan sengaja menanam pohon Sapat di halaman dan lahan mereka. Namun, semakin hari sepertinya daun dari pohon ini semakin langka dan susah didapat.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…