Bagiku, cinta yang indah itu adalah yang mendapat restu. Sulit bagiku menjalin hubungan dengan dirimu tanpa adanya restu dari orang tua atau orang terdekatmu. Jujur saja tak pernah ada maksud hatiku untuk menjauhi atau menjaga jarak darimu. Hanya saja saat ini aku sedang berupaya untuk mendapatkan restu, dari orang tuamu juga dari orang tuaku.
Berilah aku waktu beberapa saat lagi. Bersabarlah sebentar lagi. Aku tahu kamu juga sedang berusaha mempertahankan hubungan kita. Aku pun di sini sedang memperjuangkannya dengan caraku sendiri. Bukan, bukan maksudku untuk egois. Aku ingin hubungan kita berakhir indah dan bahagia. Jadi, coba pahamilah.
1. Tak Ada Maksudku Mempermainkan Hatimu, Justru Aku Ingin Menggenapi Rasamu
Ketika aku mendengarmu orang tuamu belum memberi restu hubungan kita, jujur hatiku hancur. Perih hati ini menghadapi kenyataan hubungan kita bagai di ujung tanduk. Tak ingin aku berpisah darimu. Tapi tak mungkin aku murka dan marah pada orang tuamu. Kutahu pasti ada sebab orang tuamu belum memberi restu hubungan kita.
Jika mungkin alasannya karena aku kurang mapan, maka aku bekerja lebih keras dari biasanya. Akan aku buktikan bahwa aku bisa jadi seseorang yang lebih baik dan tak lagi dipandang sebelah mata. Jika alasannya karena aku terlalu buruk untuk dirimu yang sempurna, tak lantas aku berdiam diri. Saat ini aku sedang memperjuangkanmu dengan meningkatkan kualitas diriku. Nanti ketika saatnya tiba (dan kalau kita memang ditakdirkan berjodoh) ak akan kembali menghadap orang tuamu. Akan kubuktikan bahwa aku pantas dan layak bersanding denganmu. Karena sungguh aku ingin sekali jadi malaikat pelindungmu hingga akhir hayatku.
2. Ketahuilah Aku Bukan Pengecut, Hanya Saja Mungkin Perjuanganku Akan Lebih Melelahkan demi Mendapatkanmu
Aku bukan pengecut dan aku juga tak mau jadi gila. Meski cinta kita terhalang restu, bukan berarti aku berhenti dan pasrah. Akan aku buktikan aku bisa jadi sosok pelindungmu, seseorang yang bisa kau andalkan. Tak hanya itu, aku juga ingin kedua orang kita bisa sama-sama bahagia dan ikut tersenyum melihat kita jalan bersama.
Sungguh aku hanya tak ingin melukai hati orang terdekat kita dengan cinta yang kita punya. Aku ingin kita semua sama-sama bahagia. Meski mungkin perjuanganku dan prosesku mendapat restu akan lebih lama dan panjang dari orang lain, aku masih tetap optimis kita akan bersama. Kita akan menapaki jalan yang sama dan menuju gerbang yang serupa.
3. Kalaupun Kita Memang Tak Berjodoh, Semoga Tak Ada Hati yang Tersakiti atau Terluka
Tak bisa kututup mata kemungkinan itu ada. Kemungkinan bahwa kau dan aku tak ditakdirkan bersatu. Tak bisa aku mengelak kalau pasti akan ada kemungkinan kita ternyata tak berjodoh. Tapi itu bukan alasanku untuk langsung menyerah dan berputus asa saat ini. Seperti kata orang, sebelum janur kuning melengkung, pantang diri ini mundur untuk memperjuangkanmu.
Mungkin aku bukan (atau belum jadi) sosok terbaik di mata orang tuamu. Namun, aku yakin kalau kita berjodoh akan ada pintu yang terbuka. Pasti akan ada yang mengetuk pintu hati orang tua kita berdua. Jujur memang aku takut kehilanganmu. Tapi satu hal yang pasti, kalaupun kita memang tak berjodoh semoga tak ada kepingan hati kita yang tercerai. Kita masih bisa tetap sama-sama bahagia, kan?
4. Kusadari Kawin Lari atau Membawamu Kabur Bukan Jalan Keluarnya, Kuharap Kau Juga Sepakat Akan Hal Itu
Di film atau drama percintaan, saat cinta terhalang restu, biasanya sang pria akan membawa kabur kekasihnya. Atau mereka nekat untuk kawin lari atau menikah diam-diam. Tapi aku tak akan melakukan itu. Aku tak mau malah menyusahkan atau membuat khawatir orang lain dengan aksi nekat yang konon katanya “atas nama cinta”. Tak pernah sedetik pun terbesit di pikiran untuk mendapatkanmu dengan mengorbankan perasaan atau hati orang terdekat kita.
Aku hanya ingin bersatu denganmu melalui restu. Restu dan doa dari orang tua kuyakin akan membawa berkah dan kebahagiaan untuk kita. Karena menikah bukan sekadar perkara menyatukan hati dua insan. Lebih dari itu, menikah juga menyatukan dua pihak keluarga dan hidup bersama tanpa saling menyakiti atau melukai. Apakah itu terdengar muluk-muluk? Semoga saja tidak.
5. Saat Ini Kita Sama-Sama Butuh Waktu dan Doaku “Semoga Kita Bisa Sama-Sama Mencapai Pintu Restu
Tujuanku masih sama: mendapatkan restu. Aku masih memperjuangkanmu. Meski lelah dan rasanya sudah hampir menyerah, ketahuilah aku bisa tetap melangkah. Kuperjuangkan dirimu dengan semampuku. Akan kucapai pintu restu itu. Entah sampai kapan, semoga kamu bisa bersabar.
Selain itu, mungkin saat ini adalah saatnya kita perlu sama-sama merenungkan kembali hubungan kita. Pertaruhan itu juga di depan mata dengan dua pilihan: haruskah hubungan ini tetap diperjuangkan atau disudahi saja. Tentu saja aku berharap pada pilihan yang pertama. Sejak aku mengenalmu, detak jantung ini sudah memberi tanda engkaulah takdir itu. Setiap kali aku bersamamu, rasanya bohong kalau aku tidak merasa nyaman dan bahagia di dekatmu. Setiap senyum yang kau lukiskan seperti tetes embun pagi yang menyejukkan hati.
6. Kita Hanya Dua Insan yang Sama-Sama Memperjuangkan Cinta, Semoga Ada Akhir yang Bahagia
Meraba dan memprediksi masa depan sama sekali bukan keahlianku. Yang aku tahu apa yang kukerjakan dan kuperjuangkan saat ini akan mencapai sebuah akhir. Entah bahagia atau duka. Tak pernah kutahu pasti apakah kita akan mendapat akhir yang indah. Tapi tak pernah pupus harapan itu untuk bisa bersanding denganmu.
Kita hanya dua insan yang sedang sama-sama berusaha. Mungkin kita harus jatuh dan terluka demi mendapat restu di tangan. Aku yakin jika sedari awal kita ditakdirkan bersama, pasti akan ada jalan yang terbentang untuk kita berdua.