Koes Plus. Nama satu ini mungkin hanya beberapa kali didengar oleh anak muda zaman sekarang. Tapi nama ini begitu melegenda dan sayang untuk dilupakan oleh mereka yang lahir di masa orde lama.
Koes Plus merupakan nama band dari era 50an hingga 90an. Di masa jayanya, lagu-lagu ciptaannya begitu menjamur. Genre musik dan gaya para personilnya bahkan menjadi kiblat band-band lainnya di masa itu. Nah, sebenarnya siapakah Koes Plus itu? Yuk, kita simak sepak terjang mereka dari awal kemunculannya hingga kini.
1. Band dari Klan Koeswoyo
Pak Koeswoyo punya 9 putra putri yang salah satunya telah meninggal dan 4 di antaranya adalah pecinta musik. Dipelopori Tony Koeswoyo yang mahir dengan aneka jenis alat musik, ketiga adiknya yaitu Yon dan Yok Koeswoyo, serta yang hobi berpetualang Nomo Koeswoyo malah ikutan bermain musik. Dari sinilah 4 bersaudara ini membentuk Koes Brother’s, cikal bakal Koes Plus.
Band dari klan Koeswoyo ini mulai resmi terbentuk tahun 1960. Sebelumnya band ini hanya menyalurkan bakat mereka dengan mengamen atau menghibur di acara nikahan dan sunatan menggunakan alat musik ala kadarnya.
2. Berawal dari Hobi Sang Kakak
Setelah lama bernyanyi dari panggung ke panggung dan mengamen, tahun 1962 atas ide dari sang kakak, Tony Koeswoyo, Koes Brother’s mencoba peruntungan di dapur rekaman. Kesempatan itu akhirnya diperoleh band kakak beradik ini melalui label Irama. Tak hanya bersedia mengurus perekaman lagu-lagu Koes Brother’s, Irama juga mengganti nama band mereka dengan Koes Bersaudara, serta menambahkan Jon Koeswoyo di posisi bass.
Ternyata proses rekaman yang mereka lakukan tak semulus yang dipikirkan. Koes Bersaudara harus berulang kali mengulang rekaman karena gangguan suara kereta api. Bahkan suara bass Jon Koeswoyo harus didiskualifikasi dan diganti dengan suara gitar hasil dubbing. Alhasil, Koes Bersaudara hanya mampu merekam 1 lagu dalam waktu seminggu.
Meski tidak berjalan mulus di rekaman perdana mereka, tapi pada akhirnya Koes Bersaudara mampu menerbitkan 1 album yang berisi 12 lagu pada tahun 1963. Bis Sekolah, Senja, dan Telaga Sunyi adalah beberapa lagu dari album ini yang hits kala itu.
3. Koes Bersaudara Sempat Masuk Bui
Sekitar tahun 1965, Tony, Yon, dan Yok yang kemudian disusul Nomo harus merasakan dinginnya dinding penjara. Mereka ditangkap karena sering memainkan lagu-lagu The Beatles yang dianggap sebagai lagu ‘ngak-ngek-ngok’ (lagu barat) oleh pemerintahan Soekarno. Presiden Soekarno menganggap lagu ‘ngak-ngek-ngok’ sangat meracuni kaum muda kala itu.
Setelah dibebaskan sehari sebelum peristiwa G 30 S/PKI yaitu 29 September 1965, Koes Bersaudara kembali membuat lagu-lagu baru yang terinspirasi dari Penjara Glodok, tempat di mana mereka mendekam selama 3 bulan. Lagu-lagu tersebut antara lain, Di dalam Bui, Jadikan Aku Dombamu, To The So Called The Guilties, dan Balada Kamar 15. Bukannya meredup, lagu-lagu Koes Bersaudara justru melejit tak kalah dari lagu-lagu di album sebelumnya.
4. Transisi Koes Bersaudara Menjadi Koes Plus
Tak selamanya band berjalan mulus, adakalanya gesekan-gesekan dan perbedaan-perbedaan kecil menjadikan suatu band berubah. Begitu pun dengan Koes Bersaudara. Nomo sang drummer memiliki pekerjaan sampingan selain bermain band dengan saudara-saudaranya. Hal ini bertolak dengan sang kakak, Tony yang ingin adiknya tersebut berkonsentrasi pada salah satu bidang saja. Nomo pun harus memilih antara band bersama saudara-saudaranya atau pekerjaannya sebagai pengusaha.
Nomo akhirnya memilih keluar dari band Koes Bersaudara, ia memilih untuk menggeluti dunia usaha. Yok juga memilih keluar dari Koes Bersaudara. Dengan keluarnya Nomo dan Yok Koeswoyo, Tony merasa perlu mencari pengganti kedua adiknya itu. Ia pun akhirnya merekrut Totok A.R dan Kasmuri atau Murry. Bertambahnya dua personil yang non Koeswoyo, nama band ini pun berubah menjadi Koes Plus yang artinya Koes Bersaudara Plus Totok dan Murry.
Nah, ada fakta yang belum banyak diketahui publik. Totok A.R memiliki nama asli Adji Kartono, huruf A.R dibelakang namanya adalah singkatan dari nama ayah Adji yaitu Adji Rahman. Jika kita kembali membuka artikel tentang Dara Puspita, kita akan menemukan 2 personilnya yang punya nama belakang A.R yaitu Titiek A.R dan Lies A.R. Yup, kedua personil Dara Puspita ini adalah kakak kandung dari Totok A.R.
5. Pernah Kecewa Karena Lagunya Ditertawakan
Lepas dari nama Koes Bersaudara, ternyata Koes Plus tak berhasil mengambil simpati masyarakat Indonesia atas lagu-lagu mereka yang terekam apik di album volume 1 dan 2. Terbukti dengan ditolaknya piringan hitam album pertama mereka di beberapa toko kaset. Mereka juga harus mengalami sakitnya lagu mereka ditertawakan orang.
Keadaan ini membuat Murry geram dan ngambek. Ia pergi ke Jember dengan membawa serta piringan hitam Koes Plus. Di Jember, Murry bekerja sebagai buruh pabrik gula sambil membagikan piringan hitam bawaannya ke teman-temannya secara cuma-cuma. Selain sebagai buruh, Murry juga bermain band dengan Gombloh.
Murry akhirnya mau kembali ke Jakarta bersama dengan Tony dan personil Koes Plus lainnya setelah lagu-lagu mereka diputar di RRI. Bahkan setelah lagu Derita, Kembali ke Jakarta, Malam Ini, Bunga di Tepi Jalan, dan Cinta Buta berkumandang di RRI, Koes Plus kian tenar dan mendominasi musik tanah air.
6. ‘The Beatles’ Indonesia yang Mulai Meredup
Band yang dilahirkan dari dinasti Koeswoyo ini telah mengalami gonta ganti personil beberapa kali sejak 1962. Lagu-lagu yang dihasilkan juga dari beberapa genre, ada rock and roll, dangdut, keroncong, pop jawa, dan pop. Meski begitu hampir semua lagu yang dihasilkan Koes Plus enak didengar. Bisa dibilang lagu-lagu besutan Tony Koeswoyo, adik, dan teman-temannya ini adalah lagu lintas generasi, karena lagu-lagu mereka tetap bisa dinikmati dari nenek kakek kita, hingga zaman modern saat ini.
Saat ini para personil baik Koes Bersaudara maupun Koes Plus cukup memprihatinkan. Mereka hanya dibayar sekali untuk 1 album yang mereka hasilkan, tanpa tambahan fee atau pun royalti. Karena begitu mirisnya kehidupan para personilnya, sampai-sampai Yon harus berjualan batu akik untuk menghidupi keluarganya. “Koes Plus hanya besar namanya tetapi tidak punya apa-apa,” begitulah yang diungkapkan Yon dikutip dari Suara Merdeka.
Begitulah kisah perjalanan panjang Koes Plus sebelum mereka jadi legenda band Indonesia. Sepanjang karirnya, Koes Plus telah menghasilkan 953 lagu yang terangkum dalam 89 album. 203 lagu dalam 17 album pada saat bernama Koes bersaudara, serta 750 lagu dalam 72 album ketika telah berubah nama menjadi Koes Pluss. Seandainya kelompok ini lahir di Inggris atau AS bukan tidak mungkin akan menggeser popularitas Beatles.