Meskipun katanya pertumbuhan entrepreneur di Indonesia nggak bagus, tapi harus kita akui makin ke sini, makin banyak muncul anak-anak muda dengan jiwa usaha yang tinggi. Bukan cuma menciptakan industri kreatif membuka lapangan kerja, tapi juga jadi pedagang alias seller. Tentang pedagang, jangan remehin pekerjaan ini, tidak ada usaha yang lebih kelihatan untungnya selain berdagang. Bahkan kalau katanya agama, 9 dari 10 jalan rezeki itu ada di jalur perdagangan.
Meskipun terlihat menguntungkan, berdagang juga sama susahnya seperti kerja kantoran. Nah, part paling susah dari kegiatan berjualan adalah how to deal with customers alias segala hal yang berhubungan dengan pelanggan, salah satunya misalnya aktivitas COD. Cash on delivery memang terlihat memberikan sejuta harapan karena sedikit lagi kita bisa mendapatkan uang. Tapi, nyatanya tidak selalu begitu.
Ada banyak nih pengalaman COD-an yang bikin kesel. Bahkan gara-gara ini sampai ada seller yang mutung bahasa Jawanya alias udahan jualan lantaran trauma atau sejenisnya.
Sebelum COD, biasanya antara seller dan buyer ada nego harga. Kemudian setelah deal, keduanya bakal janjian untuk bertemu di suatu tempat. Nah, momen paling nggak enaknya biasanya dimulai dari sini. Seller biasanya akan mengorbankan waktu dan bensin untuk menuju tempat yang diinginkan buyer. Alasannya ya biar cepat laku saja barangnya.
Sayangnya, tidak semua buyer itu baik. Sudah dibela-belain datang jauh ke tempat janjian, eh si pembeli tidak muncul juga. Kesalnya lagi, ketika diminta menunggu sebentar nyatanya juga tidak muncul selama sejam lebih. Rugi bensin, waktu, tenaga, barang pun tak jadi terjual. 10 kali saja seperti ini, balik modal pun bakal seperti mimpi.
Media perantara jualan di era modern ini adalah sosmed dan BBM. Facebook terutama, ia bisa menjembatani seller untuk menggunakannya sebagai lapak alias display jualan. BBM dibutuhkan untuk kontak lebih lanjut masalah nego harga lokasi COD dan sebagainya. Terlihat sangat praktis, namun ada kalanya gara-gara dua hal ini, jualan jadi nggak enak.
Ketika akan COD semuanya lancar. Tapi, pas sudah sampai di lokasi, tiba-tiba si pembeli nggak bisa dihubungi. BBM no read, sampai akhirnya di delete contact. Dihubungi via messenger FB ternyata juga diblokir. Ngenes, Bro! Cobaan orang jualan sih, tapi kalau kejadiannya sering ya mending pensiun saja alias gantung barang dagangan.
Sering kali hal ini terjadi, mungkin hampir tiap hari. Kalau kamu gabung di grup-grup jualan, pasti akan menemukan laporan buyer yang merasa tertipu seperti ini. Kasusnya biasanya salah penjual sih, tapi nggak jarang juga justru seller yang kena fitnah.
Seller sudah baik-baik dalam menawarkan barang, COD dan sebagainya, ternyata dianggap menipu. Biasanya ini hanya miskomunikasi saja. Tapi, ketika postingan buruk sudah terlanjut ada di Facebook, ini bakal memengaruhi reputasi. Akibatnya tentu saja seller yang dimaksud bakal di-notice bahkan bisa-bisa kena blacklist. Buruknya, bisa juga di-kick dari grup jualan. Kalau sudah begini matilah pangsa pasar kita.
Di mana-mana buyer selalu mengganggap dirinya raja. Makanya mereka selalu merasa dirinya wajib untuk selalu diprioritaskan serta mendapatkan servis maksimal. Termasuk tepat waktu saat COD. Ya memang harusnya janjian seller dan buyer itu tepat waktu, tapi ada kalanya penjual itu tidak hanya COD dengan satu orang saja. Alhasil, terlambatlah janjian dengan pelanggan yang lain.
Buyer baik hati itu seperti mitos saja. Dalam kasus di atas, hampir tidak ada lho mereka yang mengerti perjuangan seller untuk tepat waktu. Kebanyakan kalau penjual terlambat janjian buyer bakal ngamuk-ngamuk. Mending barangnya dibeli urusan kelar, tak jarang juga sudah kena semprot malah nggak jadi beli. Apes deh!
Coba bayangkan kamu yang mengalami ini. COD-an dari kota sampai kabupaten gara-gara buyer tinggalnya di pelosok. Kemudian setelah ketemu, si pembeli membatalkan transaksi gara-gara barang tidak sesuai dengan display. Rasanya gimana, Bro? Ya, kalau membunuh tidak masuk penjara mungkin kamu akan melakukannya.
Faktanya, hal ini sering lho terjadi di lapangan, dan sungguh kasihan seller yang pernah mengalaminya. Sebenarnya ini bukan murni salah penjual. Pembeli harusnya jadi smart buyer yang artinya teliti dulu, tanya-tanya dulu, sebelum akhirnya memutuskan untuk membeli lewat COD. Kalau sudah begini yang rugi ya seller. Barangnya nggak seberapa, bensinnya itu bikin tekor.
Inilah fenomena per-COD-an yang nyata terjadi di tengah-tengah masyarakat. Kamu yang seorang seller mungkin pernah mengalami salah satu dari ini. Memang bikin kesel sih, tapi selalu ingat jalan sukses itu nggak ada yang mulus kayak aspal fly over. Pastilah ada hambatan-hambatan yang bakal menguji kegigihan jiwa dagang kita. Kalau kejadian seperti ini saja sudah bikin surut nyali, apalagi yang lebih besar. Maka dari itu, kuatlah wahai para pedagang!
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…