Menurut para antropolog, Suku Sentinel adalah orang yang bermigrasi ke Pulau Andaman selama ribuan tahun lalu. Mereka memang tak mau tahu menahu tentang kehidupan manusia modern. Mereka juga menolak setiap orang yang mau mengunjungi tempat tinggal mereka dengan membunuhnya.
Buas dan bringasnya suku ini terbukti sendiri dengan tewasnya John Allen Chau, seorang pemuda yang berusaha menyebarkan ajaran Kristen ke sana. Pihak berwenang bahkan tak berani mengambil jenazah Chau karena takut dengan penduduk Sentinel tersebut. Meskipun sangat minim informasi, namun berdasarkan pengamatan yang pernah dilakukan, beginilah pola kehidupan suku berbahaya ini.
Tradisi menyambut tamu yang menakutkan
Seperti yang sudah kita ketahui jika orang-orang Suku Sentinel adalah satu dari banyak suku berbahaya yang menutup diri dari orang luar. Mereka sangat menolak kehadiran siapapun untuk ikut campur dalam kehidupan mereka. Melansir dari laman New York Times melalui Grid.id, Sentinel sudah mendiami kepulauan tersebut selama kurang lebih 60.000 tahun lamanya. Berdasarkan catatan dalam jurnal John Chau, penduduk Sentinel menyambut tamu mereka dengan mengacungkan tombak dan panah. Hal ini jelas berarti sebuah penolakan terhadap orang yang datang.
Bertahan hidup dengan berburu
Suku Sentinel adalah satu-satunya suku zaman pra-Neolitik yang masih tersisa hingga kini. Itu artinya, mereka telah melakukan cara bertahan hidup seperti periode pertengahan Zaman Batu. Suku ini tidak melakukan praktik pertanian sama sekali, tidak ada pula bukti yang menunjukkan mereka bercocok tanam. Suku ini menggantungkan hidup mereka dengan berburu hewan liar seperti babi hutan, kura-kura, serta ikan. Bisa dilihat dari persenjataan mereka berupa tombak dan busur panah.
Cara komunikasi antar sesama
Hingga saat ini tak ada yang mengetahui jumlah pasti penduduk yang mendiami Sentinel. Hanya perkiraan para ilmuwan mereka berjumlah 50-100 orang saja. Berdasarkan laporan yang ditulis dalam India Today, suku ini sama sekali tidak mengenal jabat tangan seperti yang biasa kita dilakukan. Untuk menyapa (salam) mereka akan duduk di pangkuan satu sama lain seraya menampar punggung mereka (yang akan disapa) dengan keras. Anup Kapoor, seorang antropolog asal Universitas Delahi mengatakan bahwa untuk menyapa mereka, orang harus berpenampilan sama seperti penduduk Sentinel. Sayang, hingga sekarang tak seorangpun yang bisa berbaur dengan mereka.
BACA JUGA: Kisah John Allen Chau, Warga Amerika yang Pertaruhkan Nyawa di Pulau Sentinel
Sentinel tak hanya menewaskan satu atau dua orang saja, lebih dari itu siapapun yang berani menghampiri rumah tinggal mereka akan disambut dengan tombak dan panah. Hal tersebut boleh jadi karena suku ini menilai manusia adalah ancaman yang dapat membahayakan mereka, sehingga mereka menganggapnya sebagai musuh.