Semenjak film 5 cm meledak pada tahun 2012 lalu, banyak masyarakat Indonesia yang bukan seorang pendaki beramai-ramai mengunjungi gunung-gunung di seluruh negeri. Berbekal keyakinan 5 cm di depan dahi kita, mereka pun datang tanpa banyak persiapan. Alhasil, beberapa puncak di Indonesia menjadi kotor dan tak terjaga kelestariannya.
Sama seperti sosok asal Bogor, Jawa Barat ini. Beberapa hari lalu dirinya menjadi trending topic di media sosial karena instagram story-nya mendadak viral. Ia mengumumkan bahwa dirinya tengah tersesat di hutan jalur pendakian Gunung Salak. Kisah lengkapnya akan diungkap dalam ulasan berikut.
Berawal dari perjalanan pulang yang terburu-buru
Sosok bernama Dimas Ramadhan dan Mardiansyah tak kalah ramai diperbincangkan dari Putri Marino beberapa hari lalu. Pasalnya, dua nama ini merupakan korban yang tersesat di kawasan pendakian Gunung Salak. Dilansir dari kompas.com, berniat menghindari hujan, mereka pun terburu-buru berlari dan tersesat ke tempat yang tak pernah diketahui sebelumnya.
Cuaca yang semakin dingin mengigit membuat Dimas berinisiatif untuk meminta pertolongan. Ia pun dengan sigap memanfaatkan sinyal selulernya, yang kebetulan sedang bagus, dan mulai membuat insta story di instagram. Ia menuliskan “penting, tolong bantu, gua tersesat di kawah ratu gn salak tolong info ke sana, gua gatau jalan pulang, gua ikut arus air ke arah atas, tolong bantu.”
Respon cepat dari para pengikut akun instagram Dimas
Tak lama setelah Dimas mengunggah video untuk insta story-nya di akun instagram pribadi (@dms_rmdhn), beberapa koleganya pun menanggapi dengan serius. Sempat beredar juga percakapan mereka dalam direct message (dm) di instagram. Dimas pun mengaku sudah kedinginan dan tak kuat lagi menghadapi keadaan.
Beruntung, sang teman segera melapor ke tim SAR Bogor, serta komunitas-komunitas pendaki di sekitar Gunung Salak. Pada malam harinya pun, Dimas dan Mardiansyah masih belum ditemukan. Lagi-lagi lelaki berusia 22 tahun ini mengunggah potret peta yang menunjukkan di mana lokasi dirinya ke dalam feeds instagram.
Menjadi pendaki ilegal di Gunung Salak
Siapa sangka ternyata Dimas dan Mardiansyah merupakan pendaki ilegal? Dilansir dari kompas.com, jalur pendakian di Gunung Salak sedang ditutup mulai dari 5 Desember 2017 lalu. Kepala Resor Kawah Ratu, Ugur Gursala mengungkapkan belum tahu sampai kapan jalur pendakian ini ditutup karena menunggu BMKG merilis perkembangan cuaca yang meliputi kawasan Gunung Salak.
Meskipun begitu, tim SAR serta beberapa komunitas pendaki tetap melakukan pencarian untuk dua orang yang telah melanggar peraturan. Perjalanan yang berat akibat cuaca buruk tak menghentikkan tim-tim ini untuk menyelamatkan rekan pendakinya. Benar-benar solidaritas yang terbangun atas panggilan jiwa.
Ditemukan selamat dalam keadaan menggigil
Pada hari Senin (5/3/2018), Dimas dan Mardiansyah akhirnya ditemukan oleh tim gabungan dari SAR dan komunitas pendaki di sekitar Gunung Salak. Kondisi mereka ketika ditemukan sangat memprihatinkan. Tanpa penerangan, mereka tampak menggigil kedinginan karena diguyur hujan deras.
Beruntungnya, tim penyelamatan bertindak cepat sehingga dua korban tersebut dapat ditemukan. Dimas pun tampak sudah memberikan update pada akun instagram pribadinya. Alhasil, banyak teman-temannya yang memberikan komentar agar tak mengulangi lagi pendakian macam ini dan jangan melanggar peraturan yang telah dibuat.
Gunung Salak dan para pendaki yang hilang
Bukan pertama kali kasus tersesat atau bahkan hilang menghampiri para pendaki Gunung Salak. Pada akhir tahun 2017 lalu juga ada 3 orang pendaki yang dikabarkan terpisah dari rombongan mereka. Banyak yang bilang bahwa Gunung Salak memang memiliki atmosfer mistis bagi siapapun yang datang ke sana.
Dilansir dari merdeka.com, gunung tersebut disinyalir menjadi satu-satunya tempat di mana Belanda menguburkan harta karunnya. Para petugas Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) juga sudah menegaskan untuk para pendaki tidak melakukan ekspedisi di awal tahun karena cuaca sedang tak baik. Alhasil, mulai dari tahun 2009 hingga kini, kasus pendaki hilang hingga tewas pun selalu bermunculan di bulan-bulan yang sama.
Ulasan di atas tak hanya menghimbau para pendaki saja, tetapi semua orang yang ingin menikmati alam Indonesia lewat puncak gunung. Seperti kepercayaan nenek moyang terdahulu, meskipun tampaknya diam, alam bisa merasa dan berbicara. Sehingga, jika kita memperlakukan alam dengan seenak jidat, seperti buang sampah sembarangan atau memetik bunga yang jelas-jelas dilindungi, maka alam juga tak segan-segan memberi balasan yang setimpal.