Jakarta kini sedang berada pada kondisi yang sama sekali tidak mengenakkan karena hujan lebat beberapa hari yang lalu yang tak kunjung henti. Kini, banjir kembali menerjang Kota Metropolitan ini sekan meluluhlantakkan kota. Ternyata Jakarta dan banjir yang menimbulkan banyaknya kerugian baik materiial maupun korban jiwa ini sudah menjadi cerita yang bermula sejak jaman dahulu hingga sekarang.
Masalah banjir di ibu kota Indonesia ini seakan tak pernah ada hentinya. Beberapa kali banjir besar menghajar hiruk pikuknya kota besar ini. Restu Gunawan ‘merekam’ bencana banjir yang pernah terjadi di Jakarta pada tahun 1918 dalam tulisan di bukunya “Gagalnya Sistem Kanal: Pengendalian Banjir Jakarta dari Masa ke Masa”. Kala itu banjir menggenangi Jakarta yang mengalami hujan 22 hari tiada henti.
Berikut 6 kali bencana banjir besar yang pernah terjadi di Ibu Kota tercinta :
Hujan selama 22 hari dari Bulan Januari hingga Bulan Februari 1918 mengguyur kota. Tanggal 4 Februari, Weltreveden (kini sekitar Lapangan Benteng) terendam air. Beberapa pemukiman, seperti di Tanah Tinggi, Kampung Lima, Kemayoran Belakang, Glodok juga terendam air bah bahkan di beberapa tempat ketinggian mencapai 1,5 meter.
Ribuan warga harus mengungsi karena Bendungan Sungai Grogol jebol yang mengakibatkan Batavia bagian barat juga tergenang air bah. Akhirnya rumah-rumah di Pasar Baru, Gereja Katedral, dan Molenvliet (kini Lapangan Monas) alih fungsi menjadi tempat pengungsian.
Di tahun ini, banjir yang menggenangi Jakarta pada 19-20 januari membuat 714.861 orang terpaksa harus mengungsi. Bahkan 20 orang dinyatakan hilang karena musibah ini.
Jakarta selatan yang biasanya aman tidak tersentuh banjir kala itu harus ikut merasakan derita akibat air bah. Wilayah Pondok Pinang direndam air dengan ketinggian mencapai 2,5 meter, dari sini 3 orang dinyatakan hilang akibat banjir.
Dalam “Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta”, (alm) Sutopo Purwo Nugroho, yang pernah menjabat Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menuliskan pada tahun 1996 Kali Ciliwung debit airnya mencapai puncak yaitu 743 meter kubik per detik.
Pada tanggal 9-11 Februari 1996, banjir lebih besar terjadi di Jakarta, hal ini dikarenakan buruknya seluruh sistem drainase yang ada. Bahkan ketinggian banjir yang merendam Jakarta kala itu mencapai 7 meter, dan menyebabkan jatuhnya korban hingga 20 orang.
Banir yang menyerang Jakarta sejak 27 Januari hingga 1 Februari 2002 ini telah menyebabkan 42 kecamatan serta 168 kelurahan harus terendam air. Kejadian ini membuat 24.25% dari luas kota Jakarta digenangi air bah.
Sutopo Purwo Nugroho, dalam “Evaluasi dan Analisis Curah Hujan sebagai Faktor Penyebab Bencana Banjir Jakarta” mengungkapkan ketinggian air yang menggenangi Ibu Kota kita ini mencapai ketinggian 5 meter. Akibat kejadian ini, 21 nyawa tercatat menjadi korban.
Bermula dari hujan yang tak kunjung henti dari tanggal 1 Februari hingga 2 Februari 2007, ditambah dengan sistem drainase yang buruk menjadi dua hal yang mampu menjadikan Jakarta direndam banjir hebat.
Wilayah Jakarta yang diterjang banjir mencapai 60% dari luas kota metropolitan tersebut. Banjir yang terjadi selama 10 hari tersebut telah menyebabkan jatuhnya 80 korban jiwa.
Sejak Hari Selasa tanggal 15 Januari hingga 21 Januari 2013, banjir besar kembali mengepung Kota Jakarta. Akibat kejadian ini 20 orang menjadi korban musibah air bah ini.
Dari catatan {alm) Sutopo Purwo Nugroho saat menjabat sebagai Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, sebagian besar korban jiwa justru meninggal di lokasi yang jauh dari sungai-sungai yang airnya meluap. Beberapa dari korban meninggal karena tersengat listrik yang berada di dalam rumah atau tempat-tempat yang terendam air.
Kejadian yang konon berulang tiap beberapa tahun sekali ini, semoga menjadi pelajaran untuk semua elemen baik pemerintah dan masyarakat. Ada banyak faktor penyebab banjir, mulai dari efektivitas penanganan pemprov, tata kota hingga kesadaran lingkungan masyarakat sendiri. Semoga ke depannya segera bisa ditemukan pemecahan masalah, supaya Jakarta dan sekitarnya tidak kembali merasakan gempuran banjir.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…