Trending

Profil Band Sukatani dan Nasibnya Setelah Minta Maaf ke Kapolri

Band punk asal Purbalingga, Sukatani, menjadi sorotan setelah mengumumkan penarikan lagu mereka yang berjudul “Bayar Bayar Bayar” dari semua platform musik digital. Keputusan ini diiringi dengan permintaan maaf yang mereka sampaikan secara langsung kepada Kapolri dan institusi kepolisian melalui unggahan di Instagram resmi mereka pada 20 Februari 2025.

Langkah ini menimbulkan berbagai reaksi dari publik, terutama dari komunitas musik punk dan aktivis yang selama ini mendukung mereka. Di satu sisi, Sukatani dianggap tunduk pada tekanan, sementara di sisi lain, banyak yang tetap memberikan dukungan karena melihat keberanian mereka dalam menyampaikan kritik sosial melalui musik. Lantas, bagaimana nasib band ini setelah permintaan maaf tersebut? Berikut ulasan lengkapnya.

Profil Band Sukatani

Sukatani adalah band punk asal Purbalingga yang beranggotakan Muhammad Syifa Al Lufti sebagai gitaris dan Novi Citra Indriyati sebagai vokalis. Band ini terbentuk pada Oktober 2022 dan dikenal dengan lirik-lirik yang mengangkat isu sosial dan kritik terhadap berbagai ketidakadilan.

Sukatani [sumber gambar]
Namun, setelah kontroversi lagu “Bayar Bayar Bayar,” band ini menghadapi dampak besar, termasuk pemecatan Novi dari pekerjaannya sebagai guru di sebuah sekolah swasta di Purbalingga. Meski tidak ada pernyataan resmi dari pihak sekolah, banyak yang menduga keputusan ini berkaitan dengan kontroversi yang menimpa bandnya. Kejadian ini semakin memicu perdebatan mengenai kebebasan berekspresi dan dampaknya terhadap kehidupan pribadi musisi yang vokal dalam menyuarakan kritik sosial.

Polemik Lagu “Bayar Bayar Bayar”

Band Sukatani [sumber gambar]
Lagu “Bayar Bayar Bayar” mendadak viral karena liriknya yang dianggap mengkritik institusi kepolisian, terutama pada frasa “bayar polisi.” Banyak yang menilai lagu ini mencerminkan keresahan masyarakat terhadap pungutan liar dan ketidakadilan yang dirasakan di berbagai sektor. Namun, setelah mendapat perhatian luas, terutama dari aparat kepolisian, Sukatani memutuskan untuk menarik lagu tersebut dan menyampaikan permintaan maaf.

Klarifikasi dan Permintaan Maaf

Dalam sebuah unggahan video, dua anggota Sukatani, Muhammad Syifa Al Lufti dan Novi Citra Indriyati, tampil tanpa topeng—sesuatu yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan. Mereka menyatakan bahwa lagu tersebut bukanlah bentuk provokasi, melainkan hanya ekspresi keresahan yang kemudian viral tanpa mereka duga. Mereka juga menegaskan bahwa keputusan untuk menarik lagu dan meminta maaf adalah langkah yang mereka ambil secara sadar, bukan karena paksaan.

Novi Citra & Syifa [sumber gambar]
Meski demikian, banyak netizen yang merasa jika mereka seharusnya tidak perlu melakukan permintaan maaf tersebut. Bahkan, lagu “Bayar Bayar Bayar” tetap dinyanyikan oleh massa aksi di berbagai demonstrasi meskipun telah ditarik oleh Sukatani. Di Jakarta, lagu ini menggema dalam demonstrasi Indonesia Gelap serta Aksi Kamisan, bahkan diputar di depan aparat kepolisian. Fenomena ini menunjukkan bahwa lagu tersebut telah menjadi simbol perlawanan dan solidaritas bagi banyak kelompok masyarakat sipil.

Polisi Mengaku Tidak Anti Kritik dan Wacanakan Mereka Jadi Duta

Listyo Sigit Prabowo [sumber gambar]
Di tengah polemik yang berkembang, kepolisian menegaskan bahwa mereka tidak anti kritik dan menghargai kebebasan berekspresi dalam seni. Bahkan, Kapolri Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa jika Sukatani berkenan, mereka akan dijadikan sebagai “Duta Polri” untuk membantu membangun kritik demi koreksi dan perbaikan terhadap institusi serta evaluasi terhadap perilaku oknum Polri yang masih menyimpang.

BACA JUGA: Hashtag Indonesia Gelap, Ini Sejumlah Fakta Aksi Demo Mengkritik Pemerintah

Kontroversi yang melibatkan Sukatani menunjukkan bagaimana musik dapat menjadi alat kritik sosial yang kuat, tetapi juga berisiko bagi para musisinya. Nasib band ini ke depan masih menjadi tanda tanya, apakah mereka akan tetap berkarier di jalur musik punk atau beradaptasi dengan situasi baru yang mereka hadapi.

 

Share
Published by
Nikmatus Solikha

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago