Beberapa tahun ke depan akan menjadi tahun yang sibuk untuk Indonesia. Bagaimana tidak, Indonesia kedapatan menjadi tuan rumah beberapa event kelas dunia, utamanya di bidang olahraga. Mulai dari Piala Dunia U-20, MotoGP dan World Superbike ( WSBK ) di tahun 2021 hingga ke kejuaraan dunia basket FIBA pada tahun 2023.
Tidak perlu menunggu lama, Di awal 2020, Indonesia, untuk pertama kalinya, akan menjadi tuan rumah untuk seri balapan Formula-E dengan nama 2020 Jakarta E-Prix. Sebelum membahas lebih jauh tentang event tersebut, mari kita mengenal terlebih dahulu, apa itu Formula-E, balapan mobil yang disebut sebut tidak kalah seru dengan Formula 1.
Berawal dari ngobrol santai sambil makan di restoran.
Siapa yang menyangka, sebuah ide dan obrolan singkat di suatu sore pada 3 maret 2011 di sebuah restoran di Paris, akan menjadi salah satu olahraga yang paling berkembang saat ini. Kala itu Jean Todt, yang juga merupakan presiden FIA (Federasi Balap Internasional), “nyeletuk” dengan idenya tentang perlombaan balap mobil bermesin full elektrik kepada koleganya yang hadir saat itu, politisi Italia Alejandro Agag dan Antonio Tajani.
Gayung bersambut, dengan harapan dapat mengurasi emisi karbon serta memperkenalkan mesin hybrid dan elektrik, keduanya sepakat dengan ide tersebut. Pada tahun 2014, balapan pertama Formula-E sukses diselenggarakan di sirkuit Olympic Park Beijing.
Menjadi event balapan single seater pertama yang menggunakan mesin elektrik
Berbeda dengan Formula 1 yang menggunakan mesin hybrid, Formula-E full menggunakan mesin bertenaga listrik. Menjadikan Formula E adalah balapan single seater open cockpit pertama yang menggunakan mesin elektrik. Meskipun masih kalah cepat dengan mobil mobil jet Formula 1, kecepatan yang dimiliki oleh mobil Formula-E juga tidak bisa dipandang remeh.
Mobil Formula-E dapat mencapai kecepatan 100 km/jam hanya dalam waktu 3 detik saja. Dan kecepatan maksimal yang dapat dicapai adalah 225 km/jam. Selain itu, karena berkonsep masa depan, maka desain dari mobil mobilnya pun tampak futuristis. Melihat balapan Formula-E itu seperti melihat balapan mobil tamiya dalam skala ukuran 1:1.
Jalannya balapan yang bisa lebih seru dibanding f1
Apabila anda merasa balapan F1 saat ini mulai membosankan, jenuh, kurang drama dengan pemenang yang sudah bisa ditebak dari awal, bolehlah untuk sekilas melirik ke balapan Formula-E. Dikarenakan spesifikasi mesin dan sasis mobil yang sama, Formula-E menjanjikan balapan yang lebih seru dan seimbang.
Generasi pertama mobil Formula-E dikembangkan oleh Spark-Dalara dan diberi nama Spark-Renault SRT01E. Sedangkan generasi kedua yang mulai digunakan pada musim balapan 2018-2019 bernama Spark SRT05e yang memberikan performa lebih baik dibanding mobil sebelumnya.
Peningkatan utamanya kapasitas baterai mobil yang lebih besar, power output yang lebih tinggi dan top speed yang dapat mencapai 280 km/jam. Yang membuatnya berbeda lagi ketimbang F1, semua balapannya dilaksanakan di sirkuit jalan raya.
Fitur Formula-E yang unik
Meskipun dari sistem balapan yang tidak jauh berbeda dengan balapan serupa, Formula-E mempunyai beberapa fitur unik yang membuatnya berbeda dengan yang lain. Di antaranya adalah fitur “Fanboost”. Dengan “FanBoost”, fans dapat memberikan voting untuk pembalap jagoannya melalui medsos sejak 6 hari sebelum jalannya balapan.
5 pembalap dengan perolehan suara terbanyak, akan mendapat keuntungan tambahan power burst untuk mobilnya, yang dapat digunakan selama 5 detik saat pertengahan balapan. Lalu pada musim 2018-2019, Formula-E mengenalkan fitur “Attack Mode” . Fitur tersebut akan memberikan pembalap tambahan tenaga sebesar 25 kwh untuk mobilnya.
Untuk mendapatkannya, pembalap harus melalui jalur khusus “Attack Mode” di area yang sudah ditetapkan dalam sirkuit. Dengan dua fitur tersebut, dipastikan banyaknya aksi overtake atau saling menyalip yang lebih banyak ketimbang F1.
Diikuti oleh nama nama besar di dunia balap dan otomotif.
Selain menjadi ide langsung Jean Todt yang tak hanya jadi presiden FIA tapi juga mantan Team Principal Scuderia Ferrari F1, Formula-E juga diisi oleh nama nama beken dan mentereng di dunia otomotif. Ada beberapa jebolan F1 yang menjadi pembalap Formula-E seperti Lucas Di Grassi, Stoffel Vandoorne, Jean Eric Verge, Pascal Wehrlein yang merupakan tandem Rio Haryanto di Manor F1, hingga veteran F1 Felippe Massa.
Pabrikan yang ikut berpartisipasi juga bukan main-main. Dari nama Jaguar, Nissan, BMW, Audi, DS, dan Mahindra, ditambah musim depan dua nama besar Porsche dan Mercedes-Benz juga akan ikut bergabung menjadikan Formula-E balapan yang tidak dapat lagi dipandang sebelah mata.
Indonesia menjadi tuan rumah
Seperti yang dibahas di awal, bahwa Indonesia kedapatan untuk menyelenggarakan satu seri Formula-E, tepatnya di Jakarta pada tanggal 6 Juni 2020. Sirkuit jalanan yang menurut rencana akan memiliki panjang 3 kilometer dengan 12 tikungan, siap dibangun. Dan karena sirkuitnya menggunakan jalan raya yang sudah ada, pembangunannya pun tidak membutuhkan waktu lama seperti sirkuit Mandalika yang akan menjadi panggung pagelaran balap MotoGP 2021 nanti.
Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (IMI) Sadikin Aksa, sirkuit akan dibuat seminim mungkin mengganggu lalu lintas, meskipun dia masih menyimpan rapat desainnya seperti apa. Sirkuit untuk Formula-E Indonesia ini dirancang oleh Hermann Tilke yang juga ikut merancang desain sirkuit Marina Bay di Singapura.
Anyway, terkait pelaksanaan Formula-E di Jakarta, beberapa waktu lalu banyak netizen yang menentangnya, bahkan menginginkan agar gelaran besar ini dibatalkan saja. Alasannya tak lain karena Jakarta tengah banjir, sehingga alih-alih jadi tuan rumah Formula-E, uangnya bisa dialihkan untuk banjir. Entah untuk membantu korban atau pun bangun infrastruktur.
BACA JUGA: Melihat Prestasi Anies Baswedan untuk Warga Jakarta Selama Menjabat Sebagai Gubernur
Gelaran balap level dunia di Indonesia terakhir adalah A1 GP sentul tahun 2006 lalu. Jadi, adanya Formula-E ini tentu saja adalah hal bagus. Terutama karena Indonesia bakal dilihat oleh dunia dan bisa jadi benchmark. Namun demikian tetap perlu dipikirkan bagaimana solusi terbaiknya terkait isu di masyarakat soal Formula-E. Terlepas dari itu bangsa Indonesia layak berbangga, karena kini kita tak perlu menyebrang ke negeri tetangga untuk melihat langsung balapan kelas dunia.