“Dan terjadi lagi..”, kutipan lagu dari Noah inipun mewakili kita semua di Indonesia yang melihat kondisi pendidikan saat ini. Di mana hampir setiap hari ada saja masalah, khususnya senior yang masih hobi lakukan perpeloncoan kepada juniornya. Parahnya, banyak murid-murid tak bersalah yang meregang nyawa akibat kegiatan tak manusiawi tersebut.
Padahal, pemerintah sudah membuat aturan tertulis untuk meniadakan perpeloncoan di dalam kegiatan pengenalan lingkungan sekolah atau kampus. Tapi tetap saja, hal ini masih luput dari perhatian pihak sekolah. Seperti beberapa peristiwa di bawah ini yang mengakibatkan murid menjadi trauma hingga menghembuskan nafas terakhir.
Aldama Putra, seorang taruna yang sedang melaksanakan pendidikan di Akademik Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) kini sudah terbujur kaku di peti mati. Pada awalnya, pihak kampus mengatakan kepada orangtua Aldama jika lelaki berusia 19 tahun ini tewas karena jatuh di kamar mandi. Namun Daniel, ayah dari Aldama tak percaya begitu saja lantaran melihat banyak luka lebam di sekujur tubuh anaknya. Di saat itulah Daniel langsung melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Biringkanaya.
Setelah diselidiki lebih lanjut, polisi mengatakan kalau dugaan ayah dari Aldama ini benar. Sebab visum telah membuktikan bahwa luka lebam tersebut berasal dari tindak kekerasan. Dan benar saja, seniornya yang bernama Muhammad Rusdi jadi pelaku utamanya. Dia mengaku kalau pada saat itu ia menyuruh sang adik tingkat ‘bersikap taubat’. Di mana kedua kaki dilebarkan, kepala jadi tumpuan dan tangan diikat ke belakang. Nah, pada saat itu si pelaku langsung memukuli dada juniornya tersebut hingga pingsan. Dari situ, ia dan teman-temannya membawa Aldama ke klinik, namun sayangnya nyawa dari adik tingkatnya itu tak tertolong lagi.
Masih di tempat yang sama, ayah dari Aldama Putra juga membeberkan betapa buruknya perilaku dari beberapa senior di ATKP. Ia menjelaskan jika anak dari kawan-kawannya, dipaksa untuk memakan coklat bekas kunyahan teman-temannya. Jika perintah itu tidak dilakukan, maka taruna dan taruni harus menerima pukulan dari senior-seniornya.
Lalu yang kedua, para taruna dan taruni disuruh make up mengunakan autan di seluruh wajahnya. Padahal kita tahu sendiri Sahabat Boombastis kalau autan tidak boleh diterapkan di wajah. Kalau nekat, bisa-bisa kulit muka akan mengalami kerusakan. Kemudian yang ketiga, para junior disuruh minum air sabun. Entah apa tujuan dari para senior ini. Tapi yang jelas bukan untuk mendidik, namun sudah memperlakukan para juniornya seperti binatang.
Kegiatan lain yang tak kalah mendapat banyak perhatian adalah peristiwa di salah satu sekolah di Aceh. Beberapa waktu lalu, para senior dari ekstrakurikuler Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibra) di sekolah tersebut memberikan sebuah cairan menjijikkan kepada adik tingkatnya. Tak peduli adik tingkatnya muntah-muntah, mereka tetap tega memberikan cairan kuning tersebut.
Sikap tak manusiawi dari senior ekstrakurikuler inipun mendapat kecaman para netizen. Pasalnya, kegiatan ini tak mendidik sama sekali dan bisa menyebabkan anak-anak tersebut menjadi trauma. Tapi sayangnya, kasus ini berhenti begitu saja tanpa ada penyelidikan lebih lanjut dari pemerintah setempat.
Di SMA Nusantara, Tangerang Selatan, kegiatan perpeloncoan juga dilakukan oleh senior kepada juniornya. Resita, salah satu korban menceritakan jika ini berawal dari masalah ketidakkompakan di sebuah acara pementasan sekolah. Ia dan teman-temannya pun akhirnya disuruh oleh kakak tingkatnya tersebut untuk meminum campuran nutrisari, roti kacang hijau, dan nabati coklat keju.
Tak sampai di situ, Resita dan kawan-kawannya juga mendapat perlakukan tidak menyenangkan kembali. Adalah mereka dikata–katai menggunakan bahasa binatang. Pada akhirnya Resita pun melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah agar masalah ini segera ditindaklanjuti. Tapi sayang beribu sayang, hukuman yang diberikan kepada si pelaku hanyalah skorsing selama satu minggu.
BACA JUGA : 12 Potret Perpeloncoan di Indonesia Ini Bikin Geram dan Tidak Masuk Akal
Sebenarnya masih banyak lagi peristiwa perpeloncoan yang terjadi antara kakak kepada adik tingkatnya. Dari sini kita masih melihat dengan jelas kalau senioritas masih terjadi di pendidikan Indonesia. Maka dari itu, pihak sekolah atau universitas sebaiknya juga ikut memantau bagaimana pelaksanaan penyambutan peserta didik baru. Dengan begitu, istilah senior dan junior tidak akan terjadi kembali.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…