Bekerja sebagai seorang kurir dengan kendaraan seperti mobil atau motor sudah pasti menjadi hal yang biasa kita lihat. Tapi apa jadinya, jika modal transportasi pengantar pesanan adalah sebuah sepeda?
Jika kalian pernah menonton film Premium Rush, pasti kalian tahu bagaimana kerennya seorang kurir sepeda beraksi. Mereka harus menerjang padatnya lalu lintas kota, dengan pesanan yang harus sampai tujuan tepat waktu. Nah, biar kenal lebih jauh tentang pekerjaan ini, baca dulu ulasan berikut ini.
1. Pekerjaan berusia Sangat Tua
Kurir sepeda sebenarnya sudah ada sejak sepeda itu sendiri dikenal dunia. Hanya saja tidak setenar saat ini. Dengan padatnya lalu lintas kota, dan harapan konsumen akan barang yang dipesan cepat sampai tujuan, membuat profesi kurir sepeda ini lahir. Berawal dari kota-kota besar seperti New York dan San Fransisko, pekerjaan kurir sepeda pun meluas hingga ke pelosok dunia, salah satunya Indonesia.
Di Indonesia sendiri, pekerjaan sebagai pengantar pesanan atau kurir sepeda sudah mulai berkembang sekitar tahun 2013 lalu. Terutama untuk kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung.
2. Terinspirasi dari Macetnya Jakarta
Adalah Jeje, seorang mahasiswa lulusan Sistem Informasi yang memulai karir sebagai kurir sepeda di Jakarta sejak 2013 lalu. Lambatnya pengantaran barang karena jalanan ibukota yang padat dan macet menjadi inspirasi Jeje untuk menjadi kurir sepeda. Alasan lain Jeje memilih menjadi kurir sepeda adalah karena kecintaannya pada sepeda.
Awalnya Jeje hanya menjalani pekerjaannya seorang diri. Tapi lambat laun, banyak orang yang bergabung dalam usahanya ini. Ada sekitar 15 orang kurir dengan rata-rata usia di atas 17 tahun. Karena usahanya kian berkembang, Jeje mendirikan markas di sekitar Pasar Santa, Jakarta Selatan yang ia beri nama Westbike Messanger Service (WMS).
3. Usaha yang Membuka Peluang Usaha Baru
Hobi yang kemudian berkembang menjadi lahan bisnis ini makin berkembang, seiring makin merebaknya kampanye lingkungan dan Jakarta bebas polusi. Penghasilan yang diperoleh Jeje juga cukup besar. Ketika ia masih kuliah saja penghasilan yang didapatkannya bisa mencapai Rp 3 juta per bulan. Penghasilan yang cukup besar bagi seorang mahasiswa.
Dengan menyewa tempat di lantai dua Pasar Santa yang menjadi pusat berkumpulnya anak-anak muda yang kreatif juga menjadi salah satu kunci berkembangnya WMS. Tak hanya itu, Hendi salah satu rekan Jeje juga membuka bisnis usaha di markas WMS. Ia membuka bisnis jual beli segala hal tentang sepeda, seperti kaus, tas, aksesori, hingga frame sepeda fixie.
4. Berpacu dengan Waktu, Meski Nyawa Taruhannya
WMS setiap harinya beroperasi dari jam 9 pagi hingga jam 7 malam, dengan order terakhir jam 7 malam. Jeje dan kawan-kawan sadar betul, tanggung jawab sebagai kurir tidaklah mudah. Mereka harus berpacu dengan waktu, sehingga barang sampai di tujuan tepat waktu dan pelanggan tidak menunggu terlalu lama. Paket atau barang yang diantar juga harus dijaga kondisinya agar tidak cacat atau rusak. Para kurir juga dilarang menyentuh atau pun membuka paket.
Selama beroperasi, para kurir di WMS melakukan pengantaran barang menggunakan sepeda jenis fixie. Jenis sepeda satu ini dipilih karena lebih mudah digunakan untuk jalanan terjal, dan pembawaannya yang ringan bisa mempercepat pengiriman barang.
Menerjang padatnya kendaraan di Ibukota dengan kecepatan bersepeda bukanlah perkara mudah. Ada kalanya para kurir WMS ini menyenggol kendaraan lain atau jatuh dan lecet-lecet di badan. Meski begitu, para kurir WMS bangkit dan berupaya keras mengantarkan barang tepat waktu.
Di zaman yang butuh mobilisasi super cepat ini, ternyata sepeda masih mampu berperan di dalamnya. Dengan kombinasi ciamik antara kecintaan pada sepeda, budaya hidup sehat, lingkungan bebas polusi, pemanfaatan teknologi, dan peluang bisnis, membuat pekerjaan sebagai kurir sepeda menjadi salah satu solusi yang punya segudang manfaat. Lantas, bagaimana dengan kalian yang mengaku pencinta sepeda? Apa inspirasi dan aksi nyata yang sudah kalian lakukan?