Halimah Agustina Kamil atau yang dulu akrab dipanggil dengan Halimah Bambang Trihatmodjo adalah mantan istri dari pengusaha Bambang Trihatmodjo. Wanita ini resmi menjadi menantu mantan Presiden Soeharto pada 24 Oktober 1981.
Sebagai menantu Presiden Soeharto yang saat itu masih menjabat, tentu Halimah menjadi sosok yang diperhatikan publik. Namun ia berhasil membuktikan diri sebagai sosok yang patut ditiru dengan tingkah lakunya yang santun dan aktif dalam kegiatan sosial.
Masa Bahagia Halimah Sebagai Anggota Keluarga Cendana
Halimah terkenal dengan parasnya yang cantik, tutur kata yang halus, sorot mata yang teduh dan perilakunya yang anggun. Sebagai putri dari seorang diplomat, Ia juga menunjukkan bahwa dirinya adalah sosok yang terpelajar dan telaten. Hal ini tampak dari kebiasaannya bertukar pikiran dengan ibu mertuanya di setiap kesempatan.
Menjadi istri anak presiden tidak membuat Halimah menjadi besar kepala. Ia aktif dalam berbagai kegiatan sosial seperti Gerakan Nasional Orangtua Asuh (GN-OTA) yang juga menunjukkan keramahan dan kerendahan hatinya. Kepribadiannya yang tidak pernah neko-neko inilah membuatnya menjadi menantu kesayangan Pak Harto dan Ibu Tien serta tentunya menantu idaman para mertua lainnya.
Sebagai istri Bambang Trihatmodjo, kehidupannya seolah sempurna. Apalagi dengan karunia 3 orang anak di pernikahannya, Gendis Siti Hatmanti, Panji Adhikumoro, dan Bambang Aditya Trihatmanto. Namun ternyata, kesempurnaan tersebut berakhir dengan isu datangnya pihak ketiga yang mengguncang keharmonisan keluarga ini.
Tetap Berdiri Tegak Meski Cobaan Mengancam Keutuhan Pernikahannya
Masa-masa indah bersama Bambang Trihatmodjo ternyata tidak abadi karena setelah 26 tahun menikah, putra ketiga mantan presiden RI tersebut justru menggugat cerai dirinya. Di masa ketika Soeharto jatuh sakit, Halimah justru harus terguncang karena suaminya memilih untuk menceraikan dirinya dan menikahi wanita lain.
Wanita kebanyakan akan merelakan suaminya pergi jika mereka dikhianati. Namun tidak demikian halnya dengan wanita berdarah Minangkabau ini. Demi pernikahannya yang sudah berjalan cukup lama, ia tetap berdiri tegak dan berjuang mempertahankan rumah tangganya. Meski sedih dan kecewa, ia tidak ingin menyerah dan membiarkan rumah tangga yang telah dibinanya selama bertahun-tahun kandas begitu saja.
Pertikaian diantara keduanya tidak membuat Halimah lantas berhenti berkomunikasi dengan suaminya. Demi mertuanya yang saat itu kondisinya semakin kritis, Halimah tetap menghubungi Bambang Trihatmodjo dan memintanya untuk menemui sang ayah. Pertikaian dengan sang suami tidak membuatnya menjadi ‘durhaka’ kepada mertuanya yang tengah sakit.
Gendis yang saat itu menjadi saksi dalam sidang perceraian mengungkapkan kesedihannya pada majelis hakim. Berkali-kali meminta majelis hakim agar menyelamatkan keluarganya dan berusaha mengadu pada eyangnya, Soeharto yang hanya bisa menangis melihat kemalangan yang menimpa rumah tangga Halimah.
Kabarnya, saat kondisi mantan presiden Soeharto kritis, ia sempat berkata pada Halimah bahwa sampai kapanpun menantunya adalah Halimah. Bahkan saat Bambang Trihatmodjo menikah lagi, hanya kakaknya saja yang terlihat menghadiri acara pernikahan. Hal ini menunjukkan bahwa anggota keluarga lainnya sebenarnya masih merasa berat harus kehilangan Halimah sebagai anggota keluarga.
Tidak hanya pihak keluarga saja yang menyesalkan kejadian ini, publik pun turut memberikan dukungan pada perjuangan Halimah. Meskipun merasa dikhianati, ia masih berjuang untuk mempertahankan pernikahannya. Ia bahkan menggugat Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang dinilai justru mempermudah perceraian dan tidak menjamin adanya upaya untuk melanggengkan ikatan perkawinan.
Resmi Bercerai Tidak Membuatnya Layu
Usaha Halimah dan anaknya ternyata tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Perjuangan Halimah untuk membatalkan pernikahan Bambang Trihatmodjo dan istri keduanya juga ternyata akhirnya gagal. Setelah 3 tahun menjalani proses sidang perceraian, Halimah dan Bambang akhirnya resmi dinyatakan berpisah.
Meski merasa sedih dan kecewa, Halimah tetap menghargai keputusan hakim dan pengadilan. Meski begitu, di sisi lain pengacaranya mengungkapkan bahwa keputusan tersebut adalah kemunduran bagi perempuan dan menunjukkan sikap kesewenang-wenangan laki-laki yang nyata.
Sejak putusan perceraian tersebut, Halimah jarang terlihat di media. Namun bukan berarti ia terus terpuruk dengan perceraian yang menimpa dirinya. Dalam sebuah opening film yang disutradarai oleh putranya, Panji Trihatmodjo, Halimah muncul digandeng sang anak dengan senyum merekah di bibirnya. Ia terlihat segar dan dan seolah tidak pernah mengalami masalah pelik di hidupnya.
Meski akhirnya posisinya telah tersisihkan di hati Bambang Trihatmodjo, namun sebagai seorang wanita ia adalah sosok yang patut dibanggakan. Dalam kasus perceraiannya, ia tampak tak canggung mempertahankan perkawinan dan terus memperjuangkan hal itu tanpa lelah. Bukankah pernikahan memang harusnya selalu diperjuangkan dan dipertahankan?