Krisis dunia yang saat ini tengah melanda Indonesia dan beberapa negara lainnya, tentu sangat memukul perekonomian yang tengah berjalan. Alhasil, rakyat kecil pun menjadi korban dan dibuat tak berdaya. Nilai rupiah yang terus menerus mengalami pelemahan terhadap Dollar dan perang dagang yang dilancarkan AS, semakin menambah daftar panjang keterpurukan ekonomi Indonesia.
Semakin menguatnya nilai Dollar yang mengalahkan Rupiah, tentu memancing sebuah pertanyaan, “kenapa Dollar begitu berkuasa?”. Atau mungkin “Kenapa Dollar menjadi acuan mata uang di seluruh dunia?”. Bagi masyarakat awam, hal tersebut tampaknya seperti sesuatu yang tidak penting. Tapi bagi kita yang peduli akan nasib Rupiah dan masa depan perekonomian Indonesia, hal di bawah ini tentu harus di cermati.
Panggung Perang Dunia II Menjadi Awal Dollar Semakin Populer
Sejarah mencatat, Amerika dan para sekutunya merupakan blok gabungan negara-negara Allies yang memenangkan Perang Dunia II. Tentu saja, pihak blok Axis yang kalah seperti Jerman, Jepang dan Italia, harus menanggung beban moral berupa kehancuran perekonomian maupun sumber daya manusiannya.
Pada fase inilah, Amerika Serikat tampil sebagai penyelamat dengan memberikan hutang kepada negara-negara yang membutuhkan. Selain hutang, negeri Paman Sam tersebut mengucurkan dana berupa bantuan (aid fund) untuk memulihkan perekonomian dan infrastruktur. Terlebih, Dollar merupakan mata uang yang banyak tersedia pada saat itu. Secara perlahan, panggung Perang Dunia II menjadi jalan bagi Dollar dan Amerika Serikat mengontrol perekonomian di banyak negara.
Faktor kekuatan militer yang dominan
Setelah berlalunya Perang Dunia II, tak ada negara yang bisa menandingi kehebatan militer Amerika Serikat. Meski Russia yang saat itu bernama Union of Soviet Socialist Republics (USSR), menjadi saingan terdekat, toh popularitasnya semakin anjlok karena banyak negara kecil yang hendak memisahkan diri dari Moskow.
Dari segi militer, alutsista, intelijen dan personelnya, Amerika Serikat tampak digdaya bagi negara lain. Hal ini pula yang mendorong semakin menguatnya posisi Dollar di mata dunia. Alhasil, negara-negara maju maupun berkembang pun ramai-ramai bertransaksi dengan Dollar sebagai mata uang acuannnya. Selain memudahkan hubungan bisnis dengan Amerika Serikat, sekaligus bisa mencari sekutu jika sewakt-wakut terjadi perang.
Ekonomi Ameria Serikat yang stabil
Kehancuran masif dan kekalahan yang diderita oleh mereka pada pangggug Perang Dunia II, membawa dampak yang sangat luas. Terutama pada sektor perekonomian. Sebagai negara yang menang, Amerika Serikat mulai menanamkan Dollar sebagai pengaruhnya di bidang moneter dengan cara mengucurkan bantuan kemanusiaan.
Ketersediaan Dollar yang melimpah, ditambah AS yang menjadi kekuatan ekonomi baru di wilayah Barat, membuat negara-negara lain tak mempunyai pilihan. Dilansir dari thebalance.com, ada sekitar $ 580 miliar berada di luar Amerika Serikat sendiri. Hal itu termasuk 75 persen dari $ 100 tagihan, 55 persen dari $ 50 tagihan, 60 persen dari $ 20 tagihan. Kebanyakan dari uang di atas dikucurkan pada negara-negara pecahan Uni Sovyet (sekarang Rusia) dan Amerika Latin.
Dollar bakal menjadi mata uang tunggal dunia?
Berjalan dari usainya Perang Dunia II hingga saat ini, membuat Dollar semakin jumawa di antara mata uang lainnya. Hingga pada 2009 silam, Menteri Keuangan AS memberikam gagasannya tentang mata uang global yang dijalankan oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Senada dengan cita-cita legenda eknonom dunia, John Maynard Keynes.
Tak hanya AS saja yang merasa harus membuat mata uang tunggal, sejumlah pebisnis pun menyuarakan hal serupa. Dilansir dari kumparan.com, CEO Twitter, Jack Dorsey dan salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, juga menginginkan mata uang tunggal secara global. Bedanya, kedua pemimpin tersebut menempatkan mata uang cryptocurrency Bitcoin sebagai implemantasinya. Bukan Dollar yang diinginkan oleh Menteri Keuangan AS.
Selain keempat hal di atas, masih ada banyak faktor yang membuat Dollar menjadi acuan mata uang global hingga saat ini. Sayangnya, keberadaan Dolar justru banyak membuat ketimpangan ekonomi dan sosial di banyak negara. Termasuk krisis besar pada 1998 silam di Indonesia. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?