Gejolak politik dunia akhir-akhir ini kian memanas. Apalagi ketika presiden Amerika Serikat mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Ya desakan dan kecaman dari berbagai negara langsung menyerang mereka. Namun di sisi lain, juga ada yang mendukung Israel mendirikan ibukota di sana.
Masih soal polemik Israel, siapa sangka Indonesia pun juga sempat melakukan aksi tidak setuju atas tindakan mereka. Bahkan hal itu sempat dilakukan dalam dunia olahraga. Ya dengan menolak bertanding dengan mereka. Indonesia tidak sendiri, negara lain pun juga sempat melakukannya. Lalu negara apa saja? Simak ulasan berikut.
Turki, baik politik atau pun olahraga, selalu bersinggungan dengan Israel
Hubungan kedua negara ini sejatinya seperti anjing dan kucing, selalu saja ada masalah antara keduanya. Bukan hal yang aneh sih mengingat Turki adalah negara yang menyupport seratus persen mengenai kemerdekaan Palestina akan Israel. Namun siapa sangka bukan hanya dalam urusan politik mereka berdua ini bersinggungan, ya pasalnya dalam dunia olahraga pun juga.
Usut punya usut, timas Turki dalam kualifikasi piala dunia 1958, skuad negeri dua benua ini memilih hengkang dan menolak bertanding. Alhasil Israel pun menang tanpa bertanding dan lolos di grup tersebut. Ternyata alasan Turki erat dengan keputusan politiknya yang dalam memperjuangkan hak Palestina.
Iran, lebih baik dianggap kalah ketimbang lawan Israel
Ternyata langkah yang sama dengan Turki juga dilakukan oleh Iran dalam dunia olahraga jika bertemu di cabang olahraga. Ya kebijakan negara ini melarang atlet-atletnya jika harus berhadapan dengan negeri bintang Daud itu. Bukan karena apa, memang negara yang satu ini dari dulu tidak pernah mengakui adanya Israel di tanah Palestina.
Ya, meskipun banyak terjadi pro dan kontra dalam masalah ini, apalagi mengingat seharusnya olahraga tidak boleh dicampuri oleh masalah politik. Meskipun demikian, ternyata ada beberapa atlet yang sempat melakukan pertandingan dengan Israel, bukan berarti mereka mengakui negeri bintang daud, namun dengan alasan ingin berkompetisi dengan baik.
Penolakan bertubi-tubi Indonesia saat laga dengan Israel
Siapa sangka bumi pertiwi sudah beberapa kali melakukan penolakan saat bertanding dengan Israel dalam beberapa lagi. Semisal dalam ajang piala dunia 1958, bumi pertiwi ternyata enggan meladeni Israel. Ya pasalnya dalam ajang itu, pertandingan diadakan di tempat Israel, berarti tidak netral. Tentu hal ini sangat bertolak belakang dengan pandangan Indonesia sebagai negara non blok.
Tidak hanya satu kali, tahun 2006 kontingen Tenis Indonesia juga melakukan tindakan serupa. Ya karena alasan yang sama, pertandingan dilakukan di tempat yang tidak netral. Atas kejadian itu tim Indonesia pun harus menanggung denda dari federasi.
Sudan ogah bertemu Israel meskipun punya kemungkinan menang banyak
Masih tentang piala dunia 1958, lantaran mendengar Turki ogah meladeni negeri bintang daud itu, ternyata Sudah juga melakukan langkah yang sama. Padahal jika dilihat dari segi kualitas permainan bola waktu itu, negeri ini punya kemungkinan besar untuk menang.
Ya pasalnya seandainya tidak ada satupun negara seperti Turki dan Indonesia yang mundur, maka Israel dan Sudan akan bertemu di partai puncak. Namun apalah daya, memang inilah keputusan dari Sudan. Alhasil Israel menjuarai grup tanpa bertanding sekali pun. Meskipun akhirnya saat kualifikasi berikutnya mereka harus kalah dengan Wales dengan agregat 0-4.
Ya tidak bisa dipungkiri memang mau tidak mau dalam urusan dunia olahraga pun kadang tercampur dengan masalah politik. Memang sedikit tidak etis, namun bagaimana lagi seperti inilah pilihan masing-masing negara. Mungkin memang seperti itulah cara berbeda suatu negara dalam menyikapi masalah.