Pantai Parangtritis merupakan pantai yang paling terkenal di Jogjakarta. Lokasinya yang hanya berjarak 27 kilometer dari kota Jogjakarta, menjadikan pantai ini termasuk wajib dikunjungi. Ombaknya yang besar khas pantai di pesisir selatan, serta pemandangannya di waktu matahari tenggelam yang sangatl romantis, menjadi daya Tarik pantai. Tak heran jika tempat ini sering digunakan sebagai lokasi prewedding ataupun sekedar lokasi rekreasi bersama keluarga.
Namun di balik keindahannya, ternyata pantai ini menyimpan banyak misteri yang bersifat mistis. Mulai dari misteri Kerajaan Kanjeng Ratu Kidul yang melegenda, sampai misteri ombak besarnya yang sering memakan korban. Seperti apakah misteri yang ada di sana? Yuk kita ungkap satu per satu…
Kepercayaan mistis yang paling kuat di sekitar wilayah pantai Parangtritis adalah adanya sebuah kerajaan laut yang dipimpin oleh Kanjeng Ratu Kidul.
Konon, Kanjeng Ratu Kidul, atau ada juga yang menyebutnya sebagai Nyi Roro Kidul, adalah salah satu penguasa gaib yang mengitari Kesultanan Yogyakarta. Karena itu para Sultan harus tetap menjalin komunikasi dengan penguasa laut selatan ini, dan harus meminta restu Nyi Roro Kidul dalam melaksanakan setiap kegiatan, agar semua berjalan dengan aman dan tenteram.
Nah, pantai Parangtritis dipercaya sebagai pintu gerbang menuju kerajaan gaib di laut selatan. Karenanya, di pantai Parangtritis sering dilakukan tata cara adat agar sultan bisa berkomunikasi dengan kanjeng ratu gaib tersebut.
Masih erat dengan kepercayaan adanya hubungan dengan kerajaan gaib di laut selatan, di pantai Parangtritis sering dilakukan upacara pemberian sesaji atau yang disebut dengan labuhan. Tradisi ini sendiri mulai dilakukan sejak jaman Sultan Hamengkubuwono I dan masih berlangsung hingga saat ini.
Menurut tradisi Kraton Kesultanan Yogyakarta, upacara labuhan dilakukan secara resmi dalam acara penobatan Sultan, peringatan hari Ulang Tahun Penobatan Sultan yang disebut “Tingalan Panjenengan” atau “Tingalan Dalem Panjenengan” atau “Tingalan Jumenengan” dan peringatan hari “windo” hari ulang tahun penobatan Sultan. “Windon” berarti setiap delapan tahun.
Selain dari ketiga rangka peristiwa di atas, upacara labuhan dapat juga diselenggarakan untuk memenuhi hajat tertentu dari Sri Sultan, misalnya apabila Sri Sultan menikahkan putera-puterinya.
Dengan tradisi ini, diharapkan agar kesejahteraan Sultan dan masyarakat di sekitar kesultanan tetap terjamin.
Kisah mistis lain berhubungan dengan larangan memakai baju hijau jika berkunjung ke pantai Parangtritis. Konon, Ratu Pantai Selatan sangat menyukai warna hijau. Dalam beberapa lukisan yang dibuat, sang ratu digambarkan mengenakan pakaian warna hijau juga.
Dan jika ada orang memakai baju hijau (utamanya pria), maka Kanjeng Ratu akan suka, dan kemungkinan besar akan “direkrut” untuk menjadi pegawainya. Dan tempat “perekrutan” favorit adalah di pantai Parangtritis ini. Berani melamar?
Tak dipungkiri, besarnya ombak di pantai Parangtritis seringkali membawa korban. Meski secara resmi pemerintah telah melarang wisatawan untuk mandi di pantai, namun tetap saja ada orang yang melanggarnya. Atau, jikapun tidak mandi, mereka bermain air terlalu jauh dari bibir pantai.
Uniknya, semua korban yang tenggelam susah ditemukan pada hari yang sama. Meskipun sudah dicari di seluruh lokasi sekitarnya. Namun setelah dua atau tiga hari kemudian, jasad orang tersebut akan ditemukan mengambang dengan sendirinya di lokasi yang tidak jauh dari tempat menghilangnya.
Konon, sang korban “diambil” oleh Kanjeng Ratu Kidul dan jasadnya disandera untuk sementara waktu.
Jika keempat misteri di atas lebih bersifat mistis, maka misteri hisapan ombak ini bisa dijelaskan secara ilmiah. Menurut penelitian para ahli, penyebab utama hilangnya para wisatawan di pantai Parangtritis adalah karena adanya rip current.
Rip current adalah arus balik yang terjadi akibat aliran air gelombang datang dan kemudian membentur pantai dan kembali lagi ke laut. Arus itu bisa menjadi amat kuat karena biasanya merupakan akumulasi dari pertemuan dua atau lebih gelombang datang. Dengan kecepatan mencapai 80 kilometer per jam, arus balik itu bisa menjadi sangat mematikan.
Korban akan mudah terseret arus balik jika berada terlalu jauh dari bibir pantai. Jika pada saat terseret arus ini korban kemudian melawan, maka dia akan semakin jauh terseret arus bawah laut dan selanjutnya bisa tersangkut karang atau masuk ke dalam patahan dalam laut. Di sini korban akan diendapkan dan baru bisa kembali terangkat ke permukaan jika ada arus lain yang mengangkat sedimen dari dasar laut. Dan hal ini butuh waktu beberapa hari.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…