Meski bukan sesuatu yang wajib, Rasulullah menghimbau agar umatnya melakukan maka sahur di bulan Ramadan. Rasulullah pun memberitahukan dalam sebuah hadist yang berbunyi, “Bersahurlah, sesungguhnya dalam sahur itu penuh dengan barakah” (HR. Ahmad). Karena teramat pentingnya sahur, Rasulullah pun memerintahkan umatnya untuk tak pernah meninggalkan hal ini meski hanya dengan meminum seteguk air.
Dan ternyata sejak masa Nabi akhir zaman itu telah ada upaya membangunkan warga Muslim untuk menunaikan makan sahur. Caranya pun terbilang unik dan tidak sama seperti yang dilakukan orang-orang saat ini. Lalu, seperti apakah caranya? Simak ulasan menariknya berikut.
Pada zaman Rasulullah belum ada pengeras suara atau alat lain yang memadai untuk membangunkan makan sahur seperti saat ini. Karena itu, upaya membangunkan Muslim untuk makan sahur dilakukan dengan cara terpusat. Dan cara yang digunakan adalah penanda lewat azan. Kala itu, Rasulullah SAW meminta Bilal bin Rabah untuk berazan guna membangunkan masyarakat Muslim untuk bersantap sahur. Azan ini juga berfungsi sebagai tanda diperbolehkannya memulai sahur.
Jika masuknya waktu bersantap sahur ditandai oleh azan Bilal bin Rabah, maka berbeda halnya dengan tanda selesainya waktu sahur. Meski sama-sama dilakukan dengan cara azan, mengakhiri usainya waktu sahur dikumandangkan oleh Abdullah bin Ummi Maktum. Azan Abdullah ini juga manandakan telah masuknya waktu subuh. Dan perlu diketahui, di zaman itu tidak ada istilah imsak seperti yang kita temui saat ini.
Tentang masuknya waktu sahur di bulan Ramadhan dijelaskan dalam Hadist. Kala itu Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Bilal azan pada waktu malam, maka makan dan minumlah kalian sampai terdengan azan Ibnu Ummi Maktum.” Hadist tersebut diriwayatkan oleh Bukhari. Dan saat bersahur, kebiasaan umat di masa Rasulullah adalah menyantap hidangan berupa roti, daging, ataupun kurma.
Jika bangsa Arab di masa lalu membangunkan umat Muslim bersahur hanya dengan azan, maka berbeda dengan cara yang dilakukan di masa kini. Ternyata, penduduk islam di sekitaran Makkah memiliki kelompok-kelompok yang bertugas membangunkan orang-orang untuk bersahur. Kelompok-kelompok ini ditugaskan untuk keliling-keliling kampung dengan membawa fanus (lentera khas Arab). Tak ketinggalan, mereka juga menabuh duf al-bafaz atau sejenis alat seperti gendang dengan berirama. Selain itu, mereka juga meneriakkan semacam yel-yel untuk memecahkan keheningan sepanjang jalan yang dilalui. Maka hal ini kurang lebih sama dengan cara membangunkan sahur yang dilakukan di tanah air.
Membangunkan sahur di masa Rasulullah hanya dengan azan, meski begitu semua orang semangat untuk menunaikan sunnah tersebut. Maka hal ini perlu kita jadikan pelajaran agar lebih bersemangat saat sahur, sebab kita beruntung di zaman sekarang penuh dengan berupa-rupa hal yang memungkinkan untuk lebih mudah bangun untuk makan sahur.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…