Barangkali nama Titien Sumarni terdengar asing di telinga kita. Tapi, jika kita tanya pada kakek atau nenek, pastilah mereka tau siapa Titien Sumarni. Sebab, Titien merupakan salah satu aktris paling gemilang di era 50-an. Perempuan yang lahir di Surabaya pada tanggal 28 Desember 1930 ini memang memiliki bakat seni sejak kecil. Rasa cintanya pada seni peran yang membuatnya merantau ke Tasikmalaya.
Nama Titien begitu gemilang hingga jadi pujaan orang se-Indonesia. Dalam rentang waktu lima tahun, Titien sudah memainkan sekitar 30 judul film. Kekayaannya bahkan bisa digunakan untuk membuat perusahaan film sendiri. Namun sayang, kekayaan dan ketenaran tersebut tidak berlangsung lama. Dan berikut ini adalah kisah pilu Titien, aktris idola Bung Karno pada masanya.
Pernikahannya dilakukan sebagai bentuk balas dendam
Titien mulai serius belajar berlakon dengan bantuan pamannya, R. Mustari. Setelah sekian lama bersama Mustari, Titien pun akhirnya menikah dengan pamannya itu. Namun, hal tersebut dilakukan semata-mata sebagai bentuk balas dendam pada kekasihnya, seorang perwira militer Indonesia yang berselingkuh dengan istri Mustari. Cerita tentang pernikahan Titien memang bak drama sinetron. Namun, hal itu hanya awal dari segala cerita tragis Titien. Setelah pernikahan tersebut, Titien memutuskan untuk berhenti sekolah dan meniti karier sebagai aktris. Ia juga menghibur tentara republic yang sedang berjuang dalam perang kemerdekaan hingga ia dan suaminya pindah ke Jakarta.
Jadi Idola Pak Soekarno
Di tahun 1950-an, Titien adalah wanita yang dipuja-puja. Parasnya yang cantik alami juga membuat banyak pria menyukai setiap film yang dia perankan. Bahkan, Ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia juga menyukai aktris satu ini. Titien begitu populer, bahkan mengalahkan aktris papan atas lainnya, seperti Netty Herawati, Elya Rossa dan lainnya. Putri Solo adalah film yang mengangkat nama Titien hingga dikenal orang se-Indonesia pada masa itu. Setelahnya, Titien mendapat banyak job bermain film dan jadi terlaris di masa jayanya.
Lima kali kawin cerai
Karier Titien rupanya nggak bertahan lama, seperti kehidupan rumah tangganya. Film terakhir perempuan cantik tersebut adalah Janjiku, yang rilis di tahun 1956. Setelahnya, Titien nggak pernah muncul lagi. Di masa-masa ketenarannya, Titien bercerai dari suaminya, Mustari. Titien pun kawin cerai hingga 5 kali, dan memiliki satu anak laki-laki dengan masing-masing suaminya. Salah satu pria yang pernah menjadi suami Titien adalah seorang perwira tinggi, namun entah mengapa suaminya tidak pernah mengakui Titien.
Nasib tragis sang artis
Pada tahun 1966, seorang wartawan tanpa sengaja menemukan Titien di sebuah rumah sempit di salah satu kota Bandung. Kisahnya pun dituangkan dalam koran Pikiran Rakyat waktu itu. Kondisinya begitu mengenaskan, terbaring sakit dengan tubuh tak berdaya. Titian dirawat oleh seorang wanita yang berprofesi sebagai mucikari. Disebut-sebut bahwa Titien menderita penyakit paru-paru. Namun, ada pula yang menyebut jika Titien menderita penyakit kotor yang sangat akut. Dalam foto yang dimuat di koran-koran, banyak orang yang tidak percaya bahwa wanita tersebut adalah Titien yang dikenal dengan kecantikannya. Titien hidup dengan kelima orang anak laki-lakinya dengan mengandalkan belas kasihan orang, dan juga sebagian kecil bantuan dari mucikari yang merawatnya.
Meninggal muda, meninggalkan lima orang anak yang masih kecil
Saat masih sukses menjadi artis, Titien memiliki harta yang melimpah. Ia punya lebih dari satu mobil, perhiasan, hingga beberapa bangunan rumah. Tapi kekayaan bukan hal yang kekal. Karena sejak kariernya meredup, Titien hanya memiliki empat lembar pakaian lusuh. Begitu pula dengan lima orang anak laki-lakinya. Berkat bantuan artis lain dan kakeknya, Titien akhirnya bisa dirawat di rumah sakit Boromeous. Sementara itu, lima orang anaknya ditempatkan di panti asuhan. Namun, tak lama sejak dirawat di rumah sakit, Titien mengembuskan napas terakhirnya dipelukan anak-anaknya. Di pemakaman Titien, tak ada satu orang pun mantan suami yang datang melayat. Kisah tersebut dituangkan dalam buku Lingga Wisjnu.
Dari kisah hidup Titien, kita bisa banyak belajar jika kehidupan pasti berputar. Kadang di atas, kadang di bawah. Hari ini harta berlimpah ruah, namun tak ada jaminan jika besok masih sama. Semoga cerita Titien selalu jadi pengingat bagi kita untuk tidak berfoya-foya.