Tak ada tempat untuk hidup, bahkan tak ada tempat untuk mati. Mungkin inilah yang cukup mampu menjelaskan keputusasaan di Suriah. Perang sipil berdarah membuat banyak orang meregang nyawa, tak ada pula tempat berlindung karena serangan udara bisa datang kapan saja. Setelah matipun, tak tahu di mana lagi jiwa-jiwa malang itu akan diistirahatkan.
Setelah kemarin dunia dihentak oleh foto seorang bocah korban bom, Omran Daqneesh yang termangu tanpa air mata padahal dahinya berdarah-darah, kini ada kenyataan pahit lain yang bisa kita lihat di Douma. Kota di pinggiran Damaskus yang dikuasai oleh pemberontak ini bahkan kehabisan lahan makam bagi para korban.
Mereka mati berceceran bagai hama yang diserang habis-habisan, setelah itu harus dimakamkan bertumpuk-tumpuk bagaikan ikan pindang. “Kain kafan putih sudah tidak cukup lagi,” kata aktivis Douma, Abu Muhammad Marouf. “Kami telah menggunakan kain berwarna. Bahkan dalam pembantaian di bulan Agustus, kami menggunakan kantong plastik.”
1. Douma, sebuah kota yang dikuasai pemberontak di pinggiran Damaskus, jadi salah satu potret pemakaman massal di Suriah.
2. Dewan perwakilan setempat berinisiatif untuk membuat pemakaman massal. Ada 40 liang lahat yang digali di sana. Hanya 40? Untuk 100 orang?
![Pembuatan makam massal di Suriah [image source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/08/konstruksi-dalam-makam.jpg)
3. Ya. Dari satu makam saja, akan digunakan untuk mengistirahatkan 6 jenazah.
4. Setiap makam diukur dengan seksama. Baik ukuran liang lahat maupun bata yang digunakan. Memastikan bahwa jenazah nantinya tidak akan tumpang tindih.
5. Mata dunia, melalui PBB, hanya mengetahui 200.000 jiwa yang meninggal dunia di Suriah. Nyatanya, jumlah kematian di negeri tersebut bisa jadi sudah mencapai 400.000 jiwa.
6. Pada bulan November, seorang aktivis dan relawan lokal mengatakan bahwa saking banyaknya korban, mereka bahkan kehabisan kain kafan.
7. Jenazah yang sudah teridentifikasi biasanya dimakamkan lebih dulu. Sementara yang belum, diposisikan di lapisan atas untuk identifikasi berikutnya.
![Jenazah berikutnya. [image source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/08/kehabisan-kafan.jpg)
8. Batu lempung digunakan untuk menutup liang lahat. Daripada pemakaman, aktivitas ini lebih seperti pembuatan bangunan. Air mata sudah kering, rasa sedihpun hambar sudah.
![Batu lempung menutup makam. Tak ada nisan, tak ada bunga. [image source]](https://boombastis.sgp1.digitaloceanspaces.com/wp-content/uploads/2016/08/makam-berlapis-suriah.jpg)
9. Kemelut perang sipil di Suriah membuat nyawa bagai tak ada harganya setiap hari.
Setelah Aylan Kurdi, hati netizen kembali diremas-remas setelah melihat bocah Suriah yang menatap nanar tanpa air mata, meski dirinya bersimbah darah dan tampak menyakitkan. Netizen dan banyak orang di luar sana menyerukan kegeraman, akhiri perang, mengkritik lembaga perdamaian dunia dan mengecam perang di Suriah. Namun, tak pernah ada yang tahu, kapan mimpi buruk ini akan berakhir,