Trending

Sutan Sjahrir: ‘Si Kancil’ yang Jadi Perdana Menteri RI Pertama

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, ada satu nama yang sangat populer di kalangan masyarakat, yaitu Sutan Sjahrir. Tak hanya dikenal sebagai Perdana Menteri pertama, ia juga menjadi sumber inspirasi bagi para pelaku politik yang membentuk Indonesia saat ini.

Tak hanya sebagai seorang diplomat dan politikus, Sjahrir juga menjadi pelopor dari berbagai pergerakan di negara ini. Beragam pemikiran yang ia curahkan juga menjadi inspirasi bagi para tokoh hebat Tanah Air.

Anak Padang Panjang yang mendunia

Mengawali sejarah tentang Sutan Sjahrir, ia lahir di salah satu sudut keindahan Sumatera Barat, yaitu kota Padang Panjang pada tanggal, 5 Maret 1909. Ia merupakan anak dari seorang Jaksa Penuntut Umum ternama, sekaligus Penasehat Kesultanan Deli, yaitu Maharaja Sutan Mohammad Rasad.

Tumbuh sebagai anak seorang penegak hukum, pendidikan Sjahrir pun tak jauh dari dunia bapaknya. Aktif dalam kegiatan seni dan politik semasa menjadi pelajar AMS Bandung, ia juga berhasil menamatkan pendidikan hukumnya di Belanda.

Menjadi warna di kancah politik Indonesia

Kembali ke Tanah Air, Sutan Sjahrir memanfaatkan ilmunya untuk menggebrak situasi politik dalam negeri. Dimulai dengan menjadi Ketua Umum Partai Pendidikan Nasional Indonesia Baru (PNI Baru) di tahun 1932, hingga beberapa kali ditangkap dan diasingkan pemerintah Hindia Belanda, mungkin karena dianggap terlalu berbahaya.

Sutan Sjahrir juga berperan besar dalam penyelenggaraan kemerdekaan Indonesia, yaitu sebagai orang yang mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 karena mengetahui kekalahan Jepang melalui siaran radio. Dirinya pula yang mempelopori gerakan bawah tanah dalam menyebarkan berita kekalahan Jepang, sekaligus menjadi motor dalam merebut kekuasaan negara.

Si Kancil yang tangguh dalam berdiplomasi

Berkat jasanya dalam kemerdekaan Indonesia, Sjahrir mendapat kepercayaan untuk mengurus pergerakan politik Indonesia. Pasca proklamasi, ia diangkat menjadi Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) serta beberapa kali jadi pemimpin Kabinet Parlementer.

Sjahrir juga ditunjuk sebagai Perdana Menteri pada tanggal 14 November 1945. Sebuah kejutan, karena ia saat itu menjadi Perdana Menteri termuda sedunia. Karirnya terus berlanjut hingga adu diplomasi di Perjanjian Linggarjati. Sebuah perjanjian yang menyita perhatian dunia, meski harus mengorbankan kabinet yang dibangun oleh Sjahrir.

Sempat jadi korban penculikan hingga bikin Soekarno berang

Sutan Sjahrir juga sempat menjadi korban penculikan oleh kelompok oposisi yang dipimpin Mayor Jenderal Soedarsono dan termasuk Tan Malaka. Ketidakpuasan terhadap hasil diplomasi melalui Kabinet Sjahrir II menjadi alasan mengapa dirinya diambil paksa.

Berita tentang penculikan ini membuat Presiden RI kala itu, Soekarno marah besar. Bergerak cepat, 14 pimpinan penculikan ditangkap dan langsung dijebloskan ke dalam tahanan oleh kepolisian Surakarta pada tanggal 1 Juli 1946, yang sehari kemudian diserbu oleh pimpinan Mayor Jenderal Soedarsono untuk membebaskan para pimpinan tersebut.

Persahabatan dengan Bung Hatta

Sjahrir juga memiliki hubungan yang dekat dengan Wakil Presiden RI pertama, Muhammad Hatta. Sering kali mereka bertemu dan bertukar pikiran dimana momen keduanya sering terekam dan menjadi kenangan bersejarah. Hal ini sudah biasa mereka, bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan terjadi.

Salah satu pertemuan mereka adalah ketika keduanya dianggap berbahaya dan ditempatkan oleh pemerintahan Belanda di Banda Neira. Sjahrir dan Hatta tinggal satu atap selama masa pengasingan tersebut, sambil menenggelamkan diri dalam dunia mereka masing-masing, yaitu Sjahrir menunggu berita-berita dari luar negeri, sementara Hatta menimba ilmu dari buku-buku yang ia baca.

Semasa hidupnya, Sutan Sjahrir juga menghasilkan banyak karya tulis. Salah satu yang sangat populer hingga saat ini adalah ‘Pikiran dan Perjuangan.’ Ia menghembuskan napas terakhirnya di usia 57 tahun dan berkat jasa-jasanya, di tahun 1966 pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepadanya.

Share
Published by
Bayu Yulianto

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago