Dalam setiap negara, pasti ada banyak kelompok suku yang menolak berinteraksi dengan dunia modern. Mereka mendiami wilayah-wilayah terpencil dan jauh dari peradaban. Di Indonesia saja, suku seperti Anak dalam, Dayak, Baduy masih hidup bergantung pada alam dan meninggali hutan-hutan.
Selain Indonesia, kepulauan Melanesia juga dikenal memiliki penduduk yang masih berpegang teguh dengan budaya nenek moyang mereka selama ratusan bahkan ribuan tahun. Salah satu yang unik dari tradisi mereka adalah kultus ‘menyembah kargo’. Penasaran bagaimana kisahnya? Berikut Boombastis.com rangkum untuk sahabat semua.
Siapa itu orang Melanesia?
Sebelumnya, mungkin kamu akan bertanya, siapa itu Melanesia? Melanesia memang terdengar aneh di telinga orang Indonesia, terutama yang tinggal di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Melanesia adalah istilah untuk menyebut mereka yang berasal dari beberapa wilayah timur Indonesia, terutama wilayah Nusa Tenggara Timur, Papua. Sayang, Melanesia kalah tenar dengan Orang Indonesia Timur –yang tentunya lebih akrab di telinga kita. Melanesia lebih tepatnya mengacu kepada penduduk berkulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar dan kuat dan memiliki profil tubuh atletis. Itu artinya, Melanesia tak hanya ada di Indonesia saja, tetapi juga sampai Kepulauan Fiji yang terletak di selatan Samudra Pasifik.
Kultus menyembah kargo suku Melanesia
Kultus kargo adalah satu dari sekian banyak budaya yang dinilai paling aneh. Melansir Grid.id, kultus kargo ini muncul di sub-wilayah Oceania ini di Pasifik Selatan setelah kontak awal penduduk asli dengan penjelajah dan penjajah Inggris serta Prancis pada abad ke-19. Kargo dalam hal ini adalah benda-benda asing yang dibawa oleh penjajah ke pulau mereka. Benda tersebut meliputi, senapan, kompas, pakaian, serta barang yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Para penyembah kargo ini sendiri terbagi lagi dalam beberapa kelompok, di antaranya ada Kultus John Frum (Pulau Tanna) serta Tom Navy.
Menolak transaksi dengan uang dan pendidikan dara Barat
Berdasarkan jejak sejarah, Kultus John Frum muncul sekitar tahun 1930-an, tepat sebelum Perang Dunia Kedua meletus. John Frum sendiri datang dengan mengenakan seragam militer Amerika. Dirinya kemudian menyuruh para penduduk asli kembali ke agama tradisional mereka dan menolak para misionaris Kristen, yang pada waktu itu akan membangun gereja dan mengubah budaya mereka secara perlahan. Kultus ini menolak adanya alat tukar dengan uang dan pendidikan dari negara barat. Mereka hanya menerima timbal balik berupa barang berharga, rumah, serta makanan, serta harta kekayaan.
Masih eksis sampai sekarang
Menempatkan benda-benda sebagai sentral dalam kehidupan, suku yang mendiami sub-wilayah Oceania ini masih eksisi hingga kini. Kelompok ini sendiri mengadopsi ajaran nenek moyang mereka yang percaya dengan keberadaan Mesias (Kristus) selain mengagungkan benda-benda. Adat yang berlaku juga terus menjadi praktik selama ribuan tahun, dari satu keturunan ke keturunan lain. Mereka percaya bahwa Mesias kelak akan menghujani mereka dengan kasih dan hadiah.
BACA JUGA: 5 Fakta Tentang Orang Indonesia Timur yang Harus Kamu Ketahui
Kelompok orang-orang Melanesia ini dilihat oleh Eropa sebagai penduduk yang sangat berbudaya, bukan hanya berbeda ras dan bahasa saja. Hal ini dibuktikan dengan orang Amerika yang kebanyakan mendekati mereka dengan rasa hormat dan rasa ingin tahu.